Kamis, 31 Mei 2012

Indonesia Movie Award 2012



Diawali dengan penayangan Red Carpet yang dipandu dua co-host Indra Bekti dan Ivan Gunawan, IMA 2012 kemudian menayangkan VT yang dibintangi oleh Verald Humanggo yang lalu menyambung aksinya di panggung IMA dengan iringan musik dari Koil Band.  Kemudian atraksi baju lampu oleh dua “raksasa” mengiringi penampilan Bondan & Fade 2 Black “Tak Terkalahkan”  yang juga dilengkapi dengan baju berlampu.  Penampilan marathon dari para pengisi acara berhasil membakar panggung IMA  2012 *berasa kan gini kompetisinya,  dibandingin sama yang di tipi tetangganya 2 minggu ke belakang, upps*.  Setelahnya Wingky Wiryawan dan Prisia Nasution sebagai main host-nya pun akhirnya muncul menyapa hadirin dan pemirsa di atas panggung.

Sebagaimana dijelaskan para host, IMA menggunakan dua format, yakni terbaik yang merupakan pilihan juri, dan favorit yang dipilih oleh pemirsa melalui (apalagi kalau bukan) sms.  Turut hadir pula jajaran dewan juri yang terdiri dari Didi Petet (Actor, Acting Coach), Laila S. Chudori, Salman Aristo (Script Writer), Alex Komang (Actor), dan Aditya Gumay (Director, Script Writer).

Poppy Sovia dan Tora Sudiro berkesempatan membacakan nominasi pertama malam itu.  keduanya membacakan nominasi Pendatang Baru Pria Terfavorit dengan nominasi Axel Andaviar (Masih Bukan Cinta Biasa), Baim Wong (Dilema), Marcel Domits (Batas), Qausat Hata Y. (Mengejar Angin), Yosie Kristanto (Tendangan Dari Langit). 

Restu Sinaga dan Adinia Wirasti sudah menunggu di sudut panggung lain untuk membacakan nominasi Pendatang Baru Wanita Terfavorit yang menominasikan Astrid Tiar (Badai di Ujung Negeri), Dinda Hauw (Surat Kecil Untuk Tuhan), Prisia Nasution (Sang Penari), Siti Helda Meilita (Mengejar Angin), Tara Basro (Catatan Harian Si Boy). 

Berhubung ini nominasi favorit yang notabene dipilih pemirsa, ya no comment aja ya selera masyarakat berarti ya para pemenang itu.  kalau diliat latar  belakangnya mungkin (ini mungkin ya) salah satu indikatornya adalah seberapa familiar para nomine.  Dan kalau iya gak heran juga ya secara pemenang kategori pendatang pria terfavorit kan jauh lebih dulu ngeksis di layar kaca, sementara film yang dibintangi pendatang wanita favorit kan udah beberapa kali diputer di beberapa stasiun TV nasional. 

Wingky dan Pia kemudian memanggil Cut Mini dan Yama Carlos yang berduet membacakan nominasi Pemeran  Utama Pria Terfavorit  dengan nominasi Deddy Mizwar (Kentut), Donny Damara (Lovely Man), Oka Antara (Sang Penari), Tio Pakusadewo (Dilema), Tora Sudiro (Arisan 2).

Ada Akbar yang (maksudnya) menghibur hadirin dengan teori soal tiga jenis penonton dan perbedaan penonton pria dan wanita.  Ia menghantarkan keluarga Irawan (Dewi, Ria, dan Ade) membacakan nominasi Pemeran Utama Wanita terfavorit Adinia Wirasti (Jakarta Maghrib), Cut Mini (Arisan 2), Nani  Wijaya (Ummi Aminah), Raihanuun (Lovely Man), Wulan Guritno (Dilema).  

Wow..Dilema mendominasi raihan Pemeran Utama terfavorit.  Well, persaingan ketat seperti halnya di kategori Pendatang Baru menurut penulis pribadi lebih cenderung terjadi di kategori wanita.  Penulis padahal ngejagoin Raihanuun dan malah kurang suka sama perannya dan cara mbak Wulan bawain peran itu di Dilema itu. 

Sejumlah cuplikan film ditampilkan sebelum Coboy Junior menghibur hadirin dengan tembang “Elang” yang berlatar belakang film “Lima Elang” yang bertemakan Pramuka dan perkemahan.  Dwiki Darmawan seorang diri membawakan nominasi Soundtrack Terfavorit yang nominasinya dinyanyikan secara langsung dengan marathon oleh Pentaboyz: “Pupus” (Pupus), “Cubit-Cubitan”(Get Married 3), “I Need You” (Purple Love), “Darah Garuda” (Garuda di Dadaku 2), “Tendangan dari Langit” (Tendangan dari Langit.

Baru di kategori ini nih favorit penulis juga akhirnya keluar sebagai peraih Piala Layar Emas, emang asik sih, sayang seribu sayang penulis belum sempet nonton film ini. 

Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen mengawali pembacaan nominasi kategori Terbaik untuk kategori Pemeran Anak-Anak Terbaik dengan nominasi Emir Mahira (Garuda di dadaku 2), Monica Sayangbati (Serdadu Kumbang), Sayev M. Billah (Semesta Mendukung), Vicky Super K (Simfoni Luar Biasa), Yudi Miftahudin (Serdadu Kumbang).

Kategori ini penulis sebenernya ngejagoin si pangeran kecil ganteng Emir Mahira, tapi sih siapa aja juga pada akhirnya penulis yakin ya itulah yang terbaik menurut juri.  Sayang, lagi lagi penulis melewatkan film ini selagi masih tayang di bioskop.

Olivia Jensen didampingi Robertino membacakan nominasi Pendatang Baru Pria Terbaik yang menominasikan Axel Andaviar (Masib BCB), Baim Wong (Dilema), Marcel Domits (Batas), Qausar Harta Yudana (Mengejar Angin), Yosie Kristanto (Tendangan Dari Langit.

Mongol, komik yang tengah menjadi pusat perhatian hadir seorang diri, berstand up comedy di atas panggung.  *waktunya ngakak* sebelum kemudian Mieke Wijaya dan Rangga Joned mengambil alih panggung.  Keduanya membacakan nominasi Penatang Baru Wanita Terbaik yang nominasinya adalah Astrid Tiar (Badai di Ujung Negeri), Dinda hauw (Surat Kecil Untuk Tuhan), Prisia Nasution (Sang Penari), Siti Helda Meilita (Mengejar Angin), Tara Basro (Catatan Harian Si Boy).

Nah, disini baru deh kan sesuai ekspektasi para pemenangnya, yah kalau dibandingkan dengan versi favorit ya berarti masyarakat emang lebih cenderung mencari sosok yang sudah popular di mereka..

Mrario Lawalata dan Atrid Tiar hadir membacakan nominasi Pasangan Terbaik pasca penampilan duet  Dewi Sandra-Olla ramlan Donny Damara & Raihanuun (Lovely Man), Pevita Pearce & Wulan Guritno (Dilema), Prisia Nasution & Oka Antara (Sang Penari), Reza rahardian & Adinia Wirasti (Jakarta Maghrib), Surya Saputra & Rio Dewanto (Arisan 2).

Waduh...sekalipun yang menang my fave actor, aa Reza rahardian, tapi jujur penulis lebih suka chemistry Donny Damara-Raihanuun atau Prisia Nasution-Oka Antara loh..eeh tapi dipikir-pikir lagi ternyata penulis gak kebagian nonton Jakarta Maghrib, so gak bisa liat acting mereka berdua,  selamat aj deh aa *tapi gak suka momen menunggu kissing scene-nya*.

Samuel Rizal mendampingi Pierre Gruno hadir membacakan nominasi Pemeran Pendukung Pria Terbaik: Abimana Arya (Catatan Harian si Boy), Agus Kuncoro (Tendangan Dari langit), Hendro Djarot (Sang Penari), Mathias Mutchus (Mengejar Angin), Rio Dewanto (Arisan 2). 

Donny Damara bersama Dinda Hauw membawakan nominasi Pemeran Pendukung Wanita Terbaik Adinia Wirasti (Arisan 2), Dewi Irawan (Sang Penari), Ira Maya Sopha (Simfoni Luar Biasa), Poppy Sovia (Catatan Harian Si Boy), Sarah Sechan (Arisan 2). 

Sayanggggggg sekali lagi-lagi mas Agus Kuncoro harus cukup puas menjadi nominasi, padahal penulis sih pengen ya paling enggak disini doi dapet setelah di FFI dan FFB pun gak dapet.  Tapi di kategori wanita, syukurlah pemenangnya sesuai ekspektasi gak kayak di ajang award serupa dua pekan sebelumnya.

Latinka, Angel, dan Gisel menayanyikan “Badai Pasti Berlalu”, alamat pembacaan Penghargaan Khusus Lifetime Achievement Award yg bakal dikasihin kalo gak ke om Slamet Rahardjo kayaknya Roy Martin atau Christine Hakim *nah lho*.  Oohh…ternyata Cuma sebagai reminder, okay..

Duo cowok cool yang beda umur, aa Reza rahardian sama on Tio Pakusadewo membacakan nominasi Pemeran Utama Wanita Terbaik Adinia Wirasti (Jakarta Maghrib), Cut Mini (Arisan 2), Nani Wijaya (Ummi Aminah), Raihanuun (Lovely Man), Wulan Guritno (Dilema). 

Sedangkan nominasi Pemeran Utama Pria Terbaik dibacakan oleh Wulan guritno yang bersanding dengan Ray Sahetapi yang menominasikan Deddy Mizwar (Kentut), Donny Damara (Lovely Man), Oka Antara (Sang Penari), Tio Pakusadewo (Dilema), Tora Sudiro (Arisan 2).

Dan..yap, untuk kategori pemeran utama terbaik diborong sama cast-nya Lovely Man.  Untuk di kategori pria penulis gak begitu bermasalah, artinya sepakat, ya semoga tidak terpengaruhi beban kalau sebelumnya mas Donny “Ipuy” Damara ini udah menang di Asia Film Festival.  Nah, kalau untuk mbak Raihanuun sih penulis masih inget bener pas adegan yang “Aku Cahaya…uhukhukhuk”, tapi entah karena keseringan dihadirkan sosok Prisia Nasution sebagai jawara di kategori ini ya penulis sebenarnya lebih condong ke doi, hemm..semoga aja juga bukan gara-gara Prisia-nya udah menang di kategori pendatang baru, jadi bagi bagi nominasi gitu, semoga sportif semuanya, selamat buat mas Donny dan mbak Raihanuun.

Akhirnya, dua perwakilan dewan juri Didi petet dan Alex Komang hadir membacakan nominasi Film Terfavorit yang menghadirkan 12 kategori: “Arisan 2” (Kalyana Shira Film), “Catatan Harian Si Boy” (700 Pictures), “Dilema” (WGF Pictures & 87 Film), “Garuda Di Dadaku 2” (SBO Films, Indika, Kompas), “Get Married 3” (PT. Kharisma Starvision Plus), “Jakarta Maghrib” (Indie Picture, Lovely Man (Karuna Pictures, “Masih Bukan Cinta Biasa” (Wannabe Picture), “Pengejar Angin” (Putar Production),” Sang Penari” (Salto Film, Indika, Kompas-Gramedia), “Serdadu Kumbang” (Alenia Picture), “Tendangan Dari Langit” (Sinemart Picture). 

Okay, berhubung ini labelnya favorit yang notabene pilihan pemirsa, jadi ya gak banyak protes deh, apalagi ternyata perwakilan yang ngasih winning speech dari film yang bersangkutan salah satunya ya sang pemeran utama, si pangeran muda ganteng Emir Mahira!  Suaranya sekarang ya, hemm..suara anak cowok menuju ke remaja cowok, mulai beurat!  Congrates bro!

Dengan dibacakannya kategori Film terfavorit, maka berakhir sudah gelaran Indonesia Movie Award 2012. *teu rame*
***

Udahan? Kirain masih ada kategori terbaiknya buat film.  Penulis juga sebenarnya menantikan kategori yang lumrah ada di award film, macam sutradara, penulis skenario, penata kamera, penata musik, sinematografer, dan lain-lain, pokoknya mereka yang berada di belakang layar.  Tapi ternyata? Nihil! Well, mungkin dari segi penyelenggaraan, IMA 2012 ini lebih berasa nuansa awardnya, artinya atmosfer award dibangun melalui perpaduan host, pengisi acara, pembaca nominasi, sampai ke lokasi dan set panggungnya.  Jadi nuansa kemegahan berbalut eleganitas dari satu ajang penghargaan itu berasa.  Kalau harus membandingkan sama award serupa dua pekan sebelumnya, maaf ya, kalah jauh.  Acara award di stasiun tv ‘satu untuk semua’ itu bagi penulis pribadi tak ubahnya acara musik mingguan milik stasiun tv bersangkutan Cuma dihadiri oleh sederetan aktor dan aktris sebagai bintang tamu, tok!  Hostnya, pengisi acaranya, sampe pembaca nominasinya itu semua stasiun tv yang bersangkutan punya.  Pokonya disana penulis gak bisa ngerasain gengsi dari suatu ajang penghargaan.  Berlebihan?  Gak kok emang begitu yang penulis rasakan. 

Bagaimana dengan IMA?  Yah, nothing perpect ya memang.  Ketika IMAmemiliki semua unsur yang mesti ada dalam suatu ajang penghargaan bergengsi, sayang komponen utama yakni nominasi sama sekali tidak lengkap.  Yang diapresiasi disini hanya rasanya terbatas pada sebagian unsur film saja, hanya dari unsur pemain, yang muncul di layar.  Sementara mereka yang dibalik layar, sebagaimana diungkapkan sebelumnya, tidak kebagian apresiasi di sini.  Untuk format favorit dan terbaiknya sendiri taka da masalah karena toh komitmennya msih ditunjukkan dengan hadirnya kategori terbaik mendampingi favorit.  Selain itu dari segi peraih nominasi pun tidak banyak kejutan berarti.  Dari nominasi pun penulis lebih merasa puas dibanding nominasi award si stasiun tv sebelah sebelumnya.  Cuma di beberapa nominasi ada kesan seperti ingin bagi-bagi piala, soalnya tidak ada yang memboyong lebih dari satu piala, kecuali satu film iya ada yang memboyong beberapa piala seperti Dilema dan Jakarta Maghrib. 
Sebenarnya yang bikin penulis agak kurang sreg yakni reputasi sang pemilik hak siar yang di ajang award tertentu disinyalir berlaku tidak adil dengan dominannya perolehan nominasi yang menyertakan stasiun tv bersangkutan.    Jadi sempet khawatir aja kalau ada sedikit unsur ‘politis’ untuk menghapus image kurang baik yang kadung melekat.  *semoga tidak*.   Yang menarik dari IMA 2012 ini adalah dominasi nominasi.  Jakarta Maghrib, Lovely Man, dan Dilema bersaing ketat mengoleksi gelar.  Padahal di FFI, yang mendominasi adalah Sang Penari karya Ifa Isfansyah, sementara dalam FFB, sang istri, kamila Andini melalui the Mirror Never Lies-lah yang mendominasi.  Okay, Sang Penari masih adalah, tapi The Mirror never Lies? Gak masuk di satu kategori pun, aneh! 

Menilik fakta ini, pada akhirnya penulis berkesimpulan bahwa tiap ajang penganugeraan memang memiliki kekurangan dan kelebian masing-masing.  Jika award yang satu unggul dari segi penyelenggaraan, tapi hanya memberikan penghargaan untuk segelintir kategori saja, nah award yang lain lengkap dari segi kategori nominasi (sampai ke sinetron dan soundtrack), eeh..penggarapannya menegcewakan.  Selain itu, masing-masing ajang juga kayaknya punya kriteria dan standarisasi masing-masing, yang cukup sangat berbeda satu sama lain, walhasil para pemenang di ajang yang satu bisa jadi sangat berbeda dengan pemenang di ajang yang lainnya.  Ada masala? Sah-sah saja sih bagi penulis selama penilaian dilakukan secara fair dan jauh dari unsur politisasi *plis mau jadi apa bangsa ini kalau segala sektor kehidupan dipolitisasi?*.  Pokoknya maju terus perfilman Indonesia!

Tidak ada komentar: