Jumat, 30 September 2011

Indonesia Grand Prix Gold (GPG) 2011

(baru sadar nih tanggalnya gak sesuai, biarin lah ya ini versi belum diedit, nyari yang udah bener abisnya gada yang segede ini sih, jadi harap maklum! heheh :p)

Perhelatan turnamen yang satu kelas di bawah Super Series ini telh berlagsung sejak selasa (27/09) lalu da masih akan berlangsung hingga Ahad (02/10) ini. Turnamen yang diselenggarakan di Samarinda, Kalimantan Timur ini didominasi oleh pemain Indonesia serta beberapa pemain muda atau lapis kedua dari Negara-negara yang (masih) dianggap mendominasi peta bulu tangkis dunia, seperti: China, Denmark, dan Malaysia. Dengan kata lain Negara-negara papan atas bulu tangkis dunia ini sama sekali tidak tampil dengan kekuatan penuh dengan menurunkan para pemain terbaiknya. Bahkan Korea sama sekali tidak mengirimkan seorang pun wakilnya di ajang yang berhadiah total USD 120.000. meski demikian, bukan berarti turnamen ini menjadi sepi pemaindunia sama sekali. Juara ganda campuran dan tunggal putra Japan Open pekan sebelumnya, Chen Hung Ling/Cheng Wen Hsing (Taipe) dan Chen Long (China) pun awalnya turut ambbil bagian, namun sayang menjelang awal turnamen semuanya mengundurkan diri. Bukan hanya mereka, bahkan beberapa pemain unggulan lainnya pun sperti ganda Taipe di ganda putri, Jan O Jogersen (Denmark) di tunggal putra, tunggal putri unggulan pertama asal China, dan beberapa pemain unggulan lainnya. Penulis pribadi kurang tahu ya apa alasan seseungguhnya banyaknya pemain yang mengundurkan diri tersebut.

Ada beberapa faktor yang mungkin bias menjadi pemicu munculnya pengunduran diri masal tersebut, diantaranya jadwal yang terlalu padat mengingat sebelumnya mereka telah mengikuti dua turnamen secara marathon China Master dan Japan Open. Apalagi turnamen Super series berikutnya yang akan mereka hadapi ialah Denmak Open yang notabene merupakan turnamen kelas Premiere yang hadiahnya mencapai USD 400.000. Memang mulai tahun inisebagaimana yang pernah (dan bahkan nampaknya cukup sering) penulis ulas, BWF memperkenalkan turnamen kelas premiere yang hadiah serta gengsinya berlipat dari turnamen super series non premiere. Iya, begitulah, perbedaan kelas akan menyebabkan perbedaan nominal hadiah serta jumlah perolehan poin. Itu pula barangkali yang melatarbelakangi banyaknya pemain yang mengundurkan diri. Mungkin daripada mereka harus menelan resiko kelelahan dan bahkan cedera, lebih baik mereka istirahat dan fokus menghadapi Denmark Open karena toh poin dan hadiah yang ditawarkan jauh lebih menggiurkan (itu mah kalo mereka berfikiran matrealistis kayak penulis aja..heheh). Kan juga sekalipun yang menyelenggarakan adalah Indonesia yang merupakan salah satu raksasa bulu tangkis dunia (masih ya meski gak tau masih akan bertahan berapa lama julukan ini..huhu), namun tetap saja ini merupakan turnamen kelas GPG.

Turnamen kelas GPG ini biasanya dimanfaatkan oleh beberapa negara (yang membawa nama TINMAS) dan atau pemain (yang professional—tidak terikat pada negara) untuk memberikn pengalaman pada para pemain muda/lapis kedua mereka, atau bahkan ajang mendulang poin-poin tambahan untuk menyokong posisinya di delapan besar klasmen Super Series sehingga bias berpartisipasi di ajang Super Series final yang hanya mempertemukan delapan pemain teratas di masing-masing sektor seperti halnya di Tenis. Bagi para pemain yang sempat absen beberapa lama karena cedera misalnya, turnamen ini pun dijadikan sebagai area pemanasan untuk menghadapi “laga sesungguhnya” di Super Series. Secara umum, mesti diakui bahwa gaung GPG ini tidak semeriah Super Series. Bukti sahihnya ialah absennya sejmlah pemain papan atas dunia. Kecuali para pemain Indonesia dan beberapa pemain Jepang, tidak ada pemain delapan besar dunia lain yang ambil bagian di kejuaraan ini. Bahkan sebagaimana yang telah disinggung di awal Korea sama sekali tidak mengirimkan pemainnya di Indonesia GPG ini. Lalu ada yang salahkah dengan penyelenggaraannya?

Penulis rasa sih tidak ya, semua ini ya bisajadi karena factor tadi sehingga para pemain pun merasa absen di ajang ini tidak akan berepengaruh banyak dan memilih rehat. Pemilihan tempat di Samarinda, yang biasanya di Jakarta, sepertinya tidak menjadi soal ya. Justru malah menjadi satu hl yang positif mengingat selama ini Indonesia hanya mengandalkan Jakarta sebagai tempat penyeenggaraan berbagai kejuaraan bulu tangkis dunia mulai dari Indonesia Open, Indonesia GPG, hingga Thomas-Uber Cup dan Sudirman Cup. Jadi, ketika para atlet dunia datang ke Indonesia yang luas nan eksotik ini yang mereka tahu malah hanya Jakarta dan Bali saja (iyalah Bali mah reputasinya udah internasional gitu loh). Kan, seharusnya mereka bermain sambil disuguhi pemandangan alam serta budaya Indonesia yang khas, biar sekalian promosi pariwisata Indonesia juga. Lumayan kan, setidaknya motivasi mereka bertamabah selain untuk memenangi gelar juara, menambah poin, dan mendapatkan hadiah, mereka pun bias sambil berwisata disini. Uang hadiahnya bias mereka sisihkan sebagian untuk melalukan wisata alam kek, bahari kek, sejarah kek, budaya kek, atau bahkan kuliner. Hemm..sepertinya patut dicoba yaa diadakan semacam koordinasi dan kerjasama antara Mentri dan Dinas Olah Raga serta Mentri dan Dinas Pariwisata. Yaa, setidaknya bakal ada cerita lain yang mereka bawa bukan hanya sekedar kemenangnan mereka atas para pemain tuan rumah saja (wihh…ini mah kalau loh ya) tapi mereka bisa promosi pada sanak family, kerabat, teman, dan warga negaranya akan pesona alam dan budaya serta makanan Indonesia (sangat mungkin loh kata penulis mah!). Hal ini cukup potensial terutama bila tidak ada turnamen lagi dalam 1-2 pekan setelahnya, dan setelah melalui serangkaian jadwalyang ketat beberapa pecan sebelumnya, kan bias menjadi ajang refreshing tuh buat para atlet (kan mereka juga manusia ya yang buth hiburan..hehe).

Wah..daripada postingannya semakin ngaco akan segera penulis akhiri saja dengan kesimpulan bahwa gaung turnamen ini kurang terdengar. Minimnya pemain papan atas dunia yang ambil bagian turut mempengaruhi lemahnya gaung turnamen ini. Meski demikian nilai positifnya adalah Indonesia sebagai tuan rumah sehharusnya bisa mengoptimalkan prestasi dengan memanfaatkan celah absennya para pemain papan atas dunia tersebut. Hal ini bukan berarti bhwa pemain Indonesia tidak bisa bersaing dengan para pemain tersebut, namun absennya mereka membuat jalan dan langkah para pemain andalan merah putih ini relative lebih mudah. Namun, bukan berarti akan sama sekali mudah. China masih menebar ancaman sekalipun bukan pemain nomor satu mereka yang dikirim, terutama di ganda campuran. Jepang pun masih konsisten melaju hingga babak perempat final hari ini. Konon, mulai semifinal hingga final esok stasiun TV Nasional kita akan menayangkan secara live pertandingan di IndonesiaGPG, namun entahlah penulis pribadi jujur terlalu banyak kekecewaan dengan dukungan dari awak media tanah air terhadap cabor yag satu ini. Beberapa kali penulis merasa dikecewakan oleh stasiun TV Indonesia yang seperti setengah hati menyiarkan tayangan kejuaraan badminton. Ngomongnya aja stasiun badminton nasional, buktinya NON SENSE! (udah aah..ngomongin ini the bawaannya jadi emosi). Semoga saja stasiun TV pemerintah itu (kan punya pemerintah ya yang seharusnya mensupport betul) bisa konsisten dalam menyiarkan turnamen ini.

Well, saat ini prestasi perbulutangkisan Indonesia masih belum membaik, sebaik dan sejaya di awal 2000’an, ada bayak hal yang mesti dibenahi. Di beberapa ajang supers series terakhir, Indonesia belum pernah lagi kebagian gelar juara, paling bater hanya sampai final sebagaimana Bona/Ahsan di Jepang Terbuka pekan lalu. Wajar jika pada akhirnya masyarakat menjadi sepeti tidak begitu peduli akan perkembnagan bulu tangkis tanah air. Mereka lebih suk amengikuti sepeka bola Indonesia yang prestasinya pun sama-sama tak kunjung menunjukka perbaikan. Hal ini disukung oleh rendahnya ekspos dan kepedulian awak media dalam menyeberaluaskan informasi seputar kejuaraan bulu tangkis. Syukur-syukur jika di satu program berita olah raga ada yang menampilkan berita plus cuplikan gambar pertandingan yang dgelar di luar Indonesia karena paling banter biasanya hanya menampilkannya di running text saja. Padahal stasiun TV hari ini akan jauh lebih populer dibanding Koran. IRONIS! Jadi sungguh dengan disiarkannya ajang IndonesiaGPG ini diharapkan mampu menyentil kepedulian dari masyarakat Indonesia akan keberadaan dan kondisi bulu tangkis tanah air saat ini. MAJU TERUS BULU TANGKIS INDONESIA!

Minggu, 25 September 2011

YONEX JAPAN OPEN SUPER SERIES

Pekan ini turnamen Super Series memasuki seri ke-8 yang digelar di Tokyo Metropolitan Gymansium, Tokyo, Jepang. Turnamen ini diikuti oleh banyak pemain ternama dari seluruh dunia termasuk Indonesia. Malaysia yang absen dalam beberapa penyelenggaraan Super Series dan beberapa turnamen lainnya pun kembali ambil bagian.

Lee Chong Wei kembali unjuk gigi setelah absen beberapa pekan untuk mengamankan posisinya di peringkat satu dunia. Ia, tentu saja tidak sendiri, Taufik Hidayat, Lin Dan, Peter Gade, serta beberapa pemain muda China dan jangan lupa tunggal tuan rumah seperti Shoji Sato dan Kenichi Tago siap bertarung bersama-sama demi meraih gelar juara.

Di ganda, semua pemain peringkat atas dunia ambil bagian, mulai dari pemain peribgkat satu dunia, Cai Yun/Fu Haifeng asal China; ganda nomor satu Malaysia, Koo Kien Kiet/Tan Boon Heong; ganda teratas Eropa, Mogensen/Carsten; serta tak ketingalan pasangan-pasangan kebanggaan tanah air, Bona Septano/M. Ahsan, Markis Kido/Hendra Setiawan, serta Alvent Yulianto/Hendra Aprida Gunawan. Sayangnya salah satu ganda dunia lain asal Korea sekaligus juara China Master pekan sebelumnya bermain dengan pasangan yang berbeda (bertukar pasangan—rotasi), yang sayangnya masih belum bisa menembus kekompakkan para pemain ganda yang telah ajeg dengan pasangannya masing-masing dalam kurun waktu yang cukup lama itu.

Dari sektor putri, di tunggal, para pemain China seperti biasa masih dan selalu mendominasi. China menyertakan semua pemain terbaiknya di sektor ini seperti Wang Yihan dan Wang Shixian yang menduduki unggulan satu dan dua di ajang ini. Namun, mereka patut waspada pada ancamman yang ditebar pemain-pemain non China yang sering kali merepotkan para putri China ini seperti Tine Baun, yang mesti sudah tidak muda namun permainannya masih bisa mengimbangi para pemain muda; Juliiane Schenk, pemain Jerman yang juga sudah tak muda lagi, namun acap kali merepotkan pemain muda; juga tak ketinggalan saina Nehwal, pebulutangkis andalan India yang beberapa kali berhasil mempecundangi para pemain China. Di luar itu, belum ada pemain yang terlihat menonjol lagi termasuk pemain Indonesia seperti Ardianti Firdasari, Maria Febe, dan Aprilia yang masih belum mampu mengimbangi para tunggal putri teratas dunia tersebut.

Sama halnya seperti di tunggal, pemain China pun masih mendominasi di sektor ini. Namun demikian China tidak menurunkan ganda terbaiknya yang masih dilanda cedera sejak final China Master lalu. Ancaman serius datang dari ganda tuan rumah. Ya, Jepang memang dikenal cukup kuat di sektor putrinya, terbukti dua pasanganny tercatat sebagai unggulan keempat dan keenam di turnamen ini. Ganda Denmark, Christina Pedersen/Kamilla Ryther Juhl, pun menjadi ancaman tersendiri, pasalnya mereka sama-sama bermain baik di ganda campuran (keduanya merupakan pemain ganda campuran). Indonesia sendiri diwakili oleh Greysia Polii/Meiliana Jauhari yang diunggulkan di peringkat 8 serta Lindaweni/, non unggulan, juga Vita Marissa/Nadya Melati pasangan senior-junior yang sempat tampil di final Indonesia Open Super Series. Persaingan di sektor ini memang patut diakui tidak seketat di sektor lainnya.

Sementara di sektor ganda campuran, Zhang Nan/Zhao Yunlei pasangan kekasih sekaligus ganda teratas dunia asal China berhasrat memperpanjang rekor kemenangan pasaca meraih gelar juara di China Master pekan sebelumnya. Ancaman bagi pasangan ini akan datang dari beberapa pasangan seperti Cristina Pedersen pemain asal Denmark yang jika permaianannya sedang stabil menjadi sangat kuat; Lee Yong Da/Ha Jung Eun, pasangan reuni yang sempat berpisah saat LYD dipasangkan dengan Lee Hyo Jung sebelum gantung raket; beberapa pasangan China lainnya seperti Xu Chen/Ma Jin, Hong Wei/Pan Pan; juga tak lupa pasangan Indonesia Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Indonesia sendiri mengirim beberapa wakil lainnya seperti Fran Kurniawan/Pia Zebadiah, Muhammad Rijal/Debby Sutanto, serta pasangan lawas yang sempat berjaya di awal 2000’n-Nova Widianto/Vita Marissa. Pasangan lain yang juga berpotensi mengancam ialah ganda India yang pekan lalu membuat kejutan dengan menembus final China Master juga pasangan China Taipei yang kerap menyulitkan ganda-ganda lainnya.

China secara keluruhan masih mendominasi peringkat teratas di hampir semua nomor, dan hampir semuanya ikut ambil bagian dalam turnamen ini. Kecuali di ganda putri, China tampil dengan kekuatan penuh. Pun Denmark, Malaysia, dan Indonesia serta Negara-negara lainnya yang banyak menurunkan pemain terbaiknya. Kecuali Korea yang memilih merotasi sang juara China Master Lee Yong Dae/Jung Jae Sung yang justru dipasangkan dengan pemain muda.

FINAL YJOSS

Sekarang (ahad) ini turnamen berhadiah total USD 200.000 ini sudah memasuki babak finalnya. Tidak ada kejutan yang berarti kecuali lolosnya ganda putri China non-unggulan ke final menghadapi ganda China Taipe. Final YJOSS ini merupakan salah satu final paling ideal, artinya final tidak hanya didominasi oleh satu dua Negara saja, tetapi ada sekitar enam Negara yang berlaga untuk memperebutkan lima gelar dari lima nomor.

Dari sepuluh pemain yang berlaga di final ini, empat diantaranya ialah pemain China yaitu: Wang Yihan (WS—1), Chen Long (WS—3), Bao Yixin/Zhong Qianxin (WD), serta Cai Yun/Fu Haifeng (MD—1). Semntara enam pemain lainnya sebagai berikut: Denmark 2 Cristina Pedersen (XD—4); Indonesia 1 Bona Septano/M. Ahsan (MD—4); Taipe 1 Chen/Cheng (XD—3); Jerman 1 Julianne Schenk (WS—8); serta Malaysia 1 Lee Chong Wei (MS—1).

Hasil ini menjadi kejutan tersendiri mengingat biasanya China mendominasi denga lebih dari lima wakil di final, yang artinya tak jarang menciptakan all-CHINA-final. Maka, kali ini, jangankan menyapu bersih gelar, bahkan di Ganda Campuran, China tanpa perwakilan di final! Meski demikian, toh China tetaplah China yang walau berapapun jumllah wakilnya di final selalu bisa meraih hasi maksimal. Artinya, peluang China untuk membawa pulang empat gelar dari empat partai yang mereka wakili masih sangat amat mungkin terjadi (China gitu loh *wiwwwww*).

Sayangnya prestasi luar biasa China ini sering kali diikuti oleh kontroversi yang juga tak kalah biasa. Bayangkan hampir di setiap turnamen nya bila ada partai yang mempertemukan sesame pemain China tak jarang salah seorang dari mereka mengundurkan diri atau bahkan WO dari pertandingan. Artinya, lawan sekaligus compatriot mereka diberi kemenangan mudah dan Cuma-Cuma. Banyak spekulasi berkembang bahwa hal tersebut dilakukan China sebagai suatu strategi guna memuluskan langkah para pemainnya di ajang tertentu. Umumnya kasus WO ataupun retired dilakukan oleh para senior ketika mesti menghadapi junior mereka supaya mereka meraih gelar dan mendapat poin yang nantinya di penghujung tahun akan diakumulasi sebagai acuan untuk berlaga di ajang super series final.

Alasan pengunduran dirinya beragam mulai dari sakit perut, demam, hingga cedera. Jika memang itu hanya alasan, sungguhlah tidak sportif strategi yang dirancang oleh kubu negeri tirai bamboo ini. Sah-sah saja berstrategi, namun dalam dunia olah raga kan dikenal adanya sportivitas yang semstinya senantiasa dijunjung oleh para atlet. Jika begitu caranya, dimana letak sportivitasnya? Ketika yang lain berjuang hingga tiga set menuju final, eeh mereka mah melenggang tanpa meneteskan keringan sebutir pun yang notabene akan membuat fisik mereka lebih fit. Adilkah? Merasa nyamankah mereka sebagai seorang atlet yang memenangi satu pertandingan tanpa keringat? Jawabannya ada pada diri mereka sendiri.

Terlepas dari kontrooversi tersebut, patut diakui China memang masih sangat mendominasi terutamadi putri. Tetapi, sayangnya dominasi China di turnamen ini sedikit berkurang seperti yang telah disinggung di atas. Bisa dikatakan raihan prestasi China di YJOSS ini tidak semulus di turnamen-turnamen sebelumnya, terbukti dengan banyaknya pemain China yang berguguran di babak-babak sebelumnya. Turnamen ini bisa dibilang kurang bersahabat dengan China. Selain dengan China, turnamen ini pun bahkan tidak bersahabat dengan Korea. Wakil terakhir Korea di ajang ini yakni pasangan baru LYD/Ko Sung Hyun mesti kandas di perempat final dari pasangan Indonesia Markis Kido/Hendra Setiawan.

Well, berikut daftar pemain yang berlaga di final Well, berikut daftar pemain yang berlaga di final YJOSS:

Men Single: Lee Chong Wei (Malaysia, 1st Seed) vs Chen Long (China, 3rd Seed)

Women Single: Wang Yihan (China, 1st seed) vs Juliane Schenk (Germany, 8th Seed)

Men’s Double: Cai Yun/Fu Haifeng (China, 1st Seed) vs Bona Septano/M.Ahsan (Indonesia, 4th Seed)

Women’s Double: Chen Wen Hsing/Chien Yu Chin (Taipe, 5th Seed) vs Bao Yixin/Zhong Qianxin (China)

Mixed Double: Chen Hung Ling/Chen Wen Hsing (Taipe, 5th Seed) vs Joachim Fiesher/Christina Pedersen (Denmark, 4th Seed)

Senin, 19 September 2011

Stoner is Back on His (Winning) Track!

Dari ajang MotoGP (ceileehh…udah kayak narrator berita olah raga aja yee..heu), berbanding terbalik degan nasib tim kesayangan penulis di dunia sepak bola, pembalap andalan penulis di ajang MotoGP, Casey Stoner berhasil kembali meraih kemenangan di Sirkuit Aragon, Spanyol, Ahad (18/09). Ia sukses mempertahkan posisi setelah sehari sebelumnya berhasil meraih pole position di ajang kualifikasi. Semantara Dani Pedrosa, rekan setimnya, dan Jorge Lorenzo, pembalap Yahama yang juga peraih juara dunia musim 2010 lalu finish di urutan kedua dan ketiga. Marco Simoncelli yang sempat merangsek ke posisi tiga harus puas finish di uturan 4 setelah melakukan kesalahn fatal dengan melebar dari lintasan di lap pertengahan. Finish di belakang pembalap Italia itu Ben Spies, rekan setim Lorenzo. Sementara Valentino Rosi harus puas berada di tempat ke-10.

Dengan kemanangan ke-8 Stoner sekaligus ke-100 bagi timnya, Repsol Honda Racing Team, posisinya di puncak klasmen semakin kokoh dengan 184 poin. Lorenzo masih setia menguntit sang rival di posisi kedua denga raihan 240 poin, terpaut 44 angka dari Stoner. Semnatara posisi ketiga dan keempat masing-masing dihuni oleh Andrea Dovisiozo dan Dani Pedrosa, yang sama-sama merupakan pembalap tim Repsol Honda. Performan Honda tahun ini memang luar biasa, terbukti dari tiga pembalapnya di klasmen lima besar perolehan poin sementara. Untuk memastikan gelar juara, Stoner, sebagaimana yang penulis baca di sebuah artikel Koran lokal, butuh 56 poin lain lagi sekitar dari 4 race tersisa. Artinya dua kemenangan sudah cukup bagi Stoner untuk kembali menyandang gelar dunia setelah terakhir pada tahun debutnya di motoGP tahun 2007 lalu bersama Ducati Malrboro. Atau, meski tidak menang,finish di tiga besar berturut-turut dalam empat race sisa itu pun tetap masih akan mengamankan kans nya untuk menngambil alih gelar juara dunia dari Lorenzo.

Minggu, 18 September 2011

ARSENAL oohh ARSENE WENGER

Sedih, marah, kecewa. Itulah yang dirasakan penulis sebagai seorang GOONERS menyaksikan fakta bahwa THE GUNNERS (kembali) menelan KEKALAHAN untuk kesekian kalinya di EPL. Bayangkan, dari lima laga yang telah dipertandingkan (3 diantaranya away), GUNNERS telah menelan 3 kali kekalahan, satu kali imbang, dan hanya (baru) sekali saja memenangi pertandingkan. Bahkan dari lima pertandingan ini, gawang Schezny telah kemasukan 15 gol, sementara gol yang disarangkan RVP dkk belum lebih dari 6. Bayangkan di pecan ketiga ini, dengan hasil seperti itu, tim asuhan Arsene Wenger ini terlempar ke posisi 17 dengan 4 poin saja dan defisit 9 gol! Memang ke depan masih banyak partai yang akan dimainkan, mengingat kompetisi pun baru dimulai. Namun, tiga kekalahan di awal musim tentu menjadi awal yang mebuat skuad yang bermarkas di Emirates stadium ini frustasi.

Citra mereka sebagai langganan “the Big Four” lah yang menjadikan situasi yang semestinya biasa ini menjadi tidak biasa. Sebagai tim langganan empat besar, kemerosotan prestasi tim asal London Utara ini tentu menjadi sorotan utama. Terlebih saat ini ada beberapa tim yang mengancam posisi the Big Four, yang siap merebut posisi itu dari siapa saja yang tidak siap, terutama Manchester City yang performanya makin impresif di musim ini. Makin menjadi masalah ketika ternyata salah satu factor kemajuan tim sekota MU tersebut justru pasca kedatangan Samir Nasri yang dibeli dari ARSENAL! Sejak debutnya dengan tim MachesterBiru itu ia telah menyumbangkan beberapa gol serta menyumbangkan berbagai kemenangan bagi timnya. Bayangkan saja hingga pertandingan keempatnya di EPL, tidak satu partai pun yang tidak menghasilkan 3 poin, hasil sempurna selalu ditorehkan oleh tim asuhan Roberto Mancini itu.

Banyak pihak yang kemudian mengaitkan seruntutan kekalahan yang dialami Theo Walcott dkk itu akibat ‘kecerobohan’ mereka melepas para pemain kuncinya terutama Samir Nasri dan Cesc Fabregas. Sama seperti Nasri, di tim barunya, Fabregas (kalau Fabregas mudik ya secara dulunya dia disana sebenernya) pun langsung menciptakan beberapa gol dan mnyumbangkan sekian kemenangan. Bahkan tidak tanggung-tanggung satu gelar juara telah dipersembahkannya bagi timnya, SESUATU yang telah bertahun-tahun tidak pernah lagi dirasakan bersama tim terdahulunya, Arsenal: GELAR JUARA! Memang suatu perjudian besar bagi Wenger untuk menjual pemain kuncinya, namun apa mau dikata jika memang pemainnya sendiri yang kekeuh ingin pergi ia pun mungkin mau bagaimana lagi, daripada permainannya setengah hati tapi gajinya tetep bahkan naik kan kayak buang-buang duit percuma aja ya (secra opah ini adalah ahli ekonomi yaa..heu).

Kekalahan Arsenal atas Blackburn, yang sebelumnya ada di posisi juru kunci semalam, tentu menjadi pukulan telak bagi Wenger. Terlihat dari muka frustanyasinya. Laga yang sebenarnya diawali cukup baik dengan gol Gervinho di menit ke-10 disusul Artheta di menit ke-30’n ini awalnya memunculkan secercah senyuman optimisme di wajah sang prof. Namun sayangnya memasuki akhir babak pertama dan terutama sepanjang babak kedua hingga laga usai ketegangan kembali menyelimuti pelatih yang telah merapat ke London Utara sejak 1996 ini. Bahkan ketika peluit tanda pertandingan usai ditiupkan pun ia segera masuk menuju kamar ganti sesaat setelah bersalaman dengan pelatih Blackburn tanpa menunggu para pemainnya kembali ke bench. Tersirat sekali rasa kekecewaan dalam roman wajah sepuhnya.

Sungguh kasian opah Wenger ini. Padahal pasca kekalahan 8-2 dari MU, ia beruapaya memperbaiki performa tim asuhannya dengan membeli sejumlah pemain di detik-detik terakhir transfer window. Tak tanggung-tanggung, ia yang selama ini dikenal ‘hemat’ dalam berbelanja pemain serta hobi membeli pemain muda untuk kemudian dipolesnya, secara mengejutkan (gak juga sih ya secara mendesak dan emang butuh) membeli lima pemain sekaligus, dan menariknya usia para pemain tersebut sudah tidak lagi muda untuk ukuran atlet (di atas 25 th, jauhlah dari selera aslinya opah). Ialah yang lantas dituduh sebagi biang dibalik kekalahan tim asuhannya. Tindakannya menjual dua pemain kuncinya tersebut yang memicu kritikan untukknya.Bahkan ada isu yang menyebutkan bahwa posisinya sebagai pelatih GUNNERS terancam akkibat hasil buruk yang ditorehkan oleh tim asuhannya di musim ini (aduh..tidaaak! plis ya jangan kayak bosnya itu tuh tim biru yang bermarkas di Stamford Bridge yang kagak sabaran, yang segampang ia merekrut satu pelatih segampang itu pula ia ‘menendang’ pelatih-pelatih tersebut).

Di pertandingan semalam sebagaimana banyak disebutkan oleh banyak pihak yang menonton pertandinggan Blackburn vs Arsenal semalam sebenarnya justru Arsenal mencetak 5 gol! Sayangnya dua diantaranya dimasukkan ke gawang sendiri! Alhasil koleksi dua gol yang dilesakkan pemain Blackburn sebelumnya mendapat bonus dua gol hadiah deh sehingga mereka justru bias unggul 4-3 dari GUNNERS. Bonus golnya diberikan secara cuma-Cuma oleh Alex Song dan Koscielny. Entahlah, selain gemar “menggelitik” wasit untuk merogoh kartu merah dari sakunya, akhir-akhir in iArshavin dkk ini senang sekali mengahdiahi lawannya gol (maksud hatinya baik kali yaa mau amal, tap icaranya gak gitu!*huhu).

Penulis sendiri kali ini tidak ingin memungkiri lagi bahwa sekarang penulis KECEWA, MARAH, dan SEDIH BERAAAAAAAT atas kekalahan (yang lagi-lagi dan kesekian kalinya) yang dialami tim kesayangan penulisini. Kalau sebelumnya penulis masih senantiasa berusaha untuk sebisa mungkin tetap optimis, kini asa itu perlahan telah mulai terkikis oleh pesimisme akan nasib tim ini kedepannya. Terutama sih, yang paling bikin penulis khawatir, nasibnya opah Wenger.Bukan tidak mungkin ya posisinya lama-lama akan dikudeta jika tim ini tidak ada perubahan hingga akhir atau malah pertengahan musim ini. Terlepas dari lamanya sang prof, begitu julukannya, menangani tim ini dan berapa gelar juara yang telah dipersembahkannya (sebelum masa puasa gelar dimulai sejak 2004), dalam dunia sepak bola modern yang amat berkaitan dengan bisnis dimana orientasinya ialah keuntungan yang sebanyak-banyaknya, maka posisinya masih belum aman. Logikanya kalau performa tim menurun akan berdampak pada ketertarikan penggemar (terutama penggemar selewat aja) untuk menyaksikan timnya secara langsung di lapangan menjadi berkurang yang akan berdampak pada merosotnya angka penjualan tiket yang akan menghambat pemasukan tim dan berimbas pada keuangan tim secara keseluruhan yang berpotensi menggangu stabilitas tim, keuangan tim yang tidak stabil akan berdampak pada pembayaran pemain, ofisial, dll, pemain yang telat dibayar atau tidak dikabulkan permintaan penaikan gajinya akan mulai merasa enggan bermain dan ingin hengkang, hengkangnya para pemain tersebut semakin membuat kondisi tim carut marut, danbegitulah seterusnya kira-kira siklus timbal balik prestasi dan keuangan tim.

Tentu sebagai seorang yang berlatar belakang ekonomi ia paham bahwa di era sepak bola modern saat ini stabilitas keuangan klub menjadi penting, dan untuk menunjangnya dibutuhkan prestasi yang konsisten. Dan ia pun sebenarnya sudah berusaha melakukan yang semaksimal yang ia bias. Menjual Fabregas dan Nasri tentu saja kalau ia bias memilih dan memiliki otoritas penuh (terutama dari segi keuangan ya, kan awal kepindahan Nasri menurut info yang penulis baca dan dengan dari beberapa sumber—berita bola stat tv—itu dari penolakan kenaikan gaji biar sama atau mendekati Fabregas—yang pindahnya emang dasar udah kangen sama kampong halamannya aja kalau kata penulis mah) tentu ia tak akan menjual dua pemain utamanya itu karena terbukrti kualitas meraka memang mumpuni. Tapi toh jika kondisi keuangan klub memang sedang kritis ya demi menadatangkan modal segar menjual dua pemain itu merupakan alternative terbaik. Secara keduanya berkualitas ya jadi harganya pun pasti lebih dari cukup untuk menutupi laba (apalagi ya kalo dibandingin harga pas beli dua pemain itu, ya secara dari yang ga-tau-sapa jadi skillful gitu pasti harganya melonjak tinggiàthe best thing of opah! J ). Tapi, yang mau penulis tekankan sekali lagi ialah kalaupun harus dicarai dimana masalahnya GUNNERS ini yang pasti bukan di opah WENGER! Stop to ask him to quit from this team!

Apart from that yaa, back to my own feeling, to be honest as I already stated before, for now on I REALLY REALLY REALLY FEEL SAD and DISSAPOINTED! How do you feel when you’re team is in the crisis? And what you can do? Nothing, I can do nothing except always pray for the best of them. The best here means at least they save their big four position in the end of the season. Hopefully they are going to back on their track soon. The end of the season might be still long, but we have to be realistic that in that condition when we lost three of five match that we have played, it’s will be so hard to still exist in the winning path. May be, this year is not their season as well. So, just hope the best for you guys. Whatever happened to you, GOONERS, will always stand by your side, including me. :))

Minggu, 04 September 2011

POSTINGAN PEMBUKAAN GADO-GADO ^^

Readers…..long time no posting nih, hemm…rencana bikin postingan 40 hari berturut-turut GATOT because of several factors (alasan itu selalu benar #pepatah). Naah, akhir-akhir ini hasrat bikin postingan penulis lagi mencapai stadium tiga, iyaa selain udah gatel nih tangan, banyak topic yang pengen penulis bahas juga. Topic-topik yang bikin panca indera penulis gatel itu diantaranya tntang ARSENAL, Moto GP: Stoner, Ramadhan, sampai Perbedaan Waktu Idul Fitri. Untuk mengefektifkan segalanya (ya waktu, ya otak penulis—biar idenya gak pada terbang—, ya tenaga—karena sungguh mengetik itu bikin tangan pegel kalau lama-lama—), let’s start the posting.

ARSENAL-ku Sayang, ARSENAL-Ku Malang (PART 1)

Arsenal, klub yang musim lalu (2010/2011) masih masuk bursa calon juara EPL, kini sedang terluka. Di musim ini, jangankan dicalonkan menjadi juara, untuk kembali finish di posisi empat besar pun nampak cukup sulit bagi tim asal London Utara ini. Satu poin dari tiga pertandingan awal EPL musim 2011/2012 ini menjadi bukti sohih kekritisan yang menimpa kubu the Gunners. Setelah bermain imbang tanpa gol 0-0 melawan Birmingham di pertandingan perdana, dua pertandingan berikutnya berkahir dengan kekalahan masing-masing oleh Liverpool di Emirates dan Manchester United di Old Trafford. Bahkan kekalahan terakhir dari MU ahad (28/08) lalu merupakan kekalahan terbesar sejak terakhir kali terjadi di akhir abad 19. Bayangkan tim sekelas Arsenal yang tidak pernah absen berrlag di kancah Liga Champion dalam kurun waktu 14 tahun terakhir mesti menelan kekalahan 8-2. Skor yang teramat besar yang seperti mustahil menimpa Arsenal yang sehat bugar. Ya, kekalahan telak yang begitu menyakitkan itu bagi penulis terjadi di saat Arsenal benar-benar tidak turun dengan para pemain terbaiknya. Memang hal ini seperti alasan belaka, tapi itulah kenyataannya. Musim ini bisa dikatakan merupakan tahun tersulit dan terberat di era kepeminpinan the Professor, Arsene Wenger, di tahun ke-15 nya ini. H Bagaimana tidak, dimulai dengan hengakangnya dua punggawa utama the Gunnlers, Cecs Fabregas dan Samir Nasri. Kepindahan keduanya memang seperti bom waktu yang tinggal menunggu waktu untuk meletus. Fabregas yang pada akhirnya pindah ke Barcelona sudah diisukan akan hengkang sejak 2-3 musim yang lalu. Sementara isu kepindahan Nasri baru berhembus di akhir musim yang lalu. Keduanya sama-sama kompak membantah isu pindah Karena masalah finansial (bayaran di dua klub barunya jauh lebih tinggi disbanding di Arsenal-red), mereka justru menyatakan pindah karena rindu ingin memenangkan gelar. Barcelona telah memberikan satu gelar di awal gabungnya Fabregas, dan masih ada banyak trofi yang sangat mungkin mereka raih ke depannya. Sedangakan Manchester City sendiri semenjak kedatangan Nasri telah berhasil menampilkan permainan yang impresif dan menjadikannya salah satu tim favorit juara EPL musim ini. Well, keduanya seperti menemukan pembenaran atas putusan mereka untuk hengkang ke klub barunya. Memang bukan salah mereka, toh setiap pemain pasti punya visi untuk memenangi setiap pertandingan yang dimainkannya dan memberikan trofi untuk klub tempatnya bermain. Tapi penulis juga begitu penasaran bagaimana perasaan mereka saat mengetahui hasil buruk yang menimpa Arsenal di tiga pertandingan awal ini, terlebih pasca kekalahan telak 8-2 dari Arsenal. “Syukurlah saya sudah pindah, ternyata itu merupakan keputusan yang tepat”’ atau “Andai saya masih berada di tim itu, setidaknya saia bisa menipiskan selisih gol atau setidaknya mencegah terciptanya gol yang semakin banyak” atau “ya udahlah, kalah menang kan itu mah biasa, wajar aja” atau “rasain tuh, ternyata tanpa gue kalian gabisa ngapa-ngapain”. Yaah, janngan dianggep serius yaa Readers, kan itu mah cuma kemungkinan-kemungkinan yang penulis mungkin-mungkinkan (maksa gitu cuy..heu). Tapi, patut diakui kehilangan dua pemain tengah itu memang merupakan kehilangan besar bagi GUNNERS, pasalnya merekalah dua ujung tombak tim Gudang Peluru selama beberapa musim terakhir. Wenger sendiri sebagai Manager bukan tanpa usaha untuk mengupayakan kedua pemain tersebut untuk bertahan, tapi kalau menurut penulis keinginan pribadi para pemain tsb untuk pindah klub sudah begitu besar. Kalaupun dipaksakan justru hanya akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi kedua belah pihak baik klub ataupun pemain itu sendiri. Masih menurut penulis, kalau kekeuh dipaksa bertahan, permainan mereka pun tidak akan lagi maksimal karena sebagian hatinya sudah berada di klub lain. Barcelona bagi Fabregas sendiri merupakan tim impiannya sejak kecil, sementara Nasri pada Manchester United bagai kumbang yang menemukan buahnya. Kepergian kedua pemain itu belum diimbangi oleh pervinho langsung digmain baru yang masuk ke tim ini musim ini. Bahkan Gervinho langsung diganjar kartu merah di pertandingan pertmanya bersama Theo Walcott cs. Skuad Arsenal yang masih didominasi oleh pemain muda seakan jadi kehilangan arh dengan hengkangny dua pemain tadi. Bayangkan tiga pertndinga hanya menghsilkan 1 poin dan membuahkan tiga kartu merah, sungguh memperihatnkan bagi tim sekelas Arsenal. Terlebih, masih cederanya beberapa pemain utama seperti Jack Wilshere dan Thomas Vermaleun. Di sisa transfer window jilid satu ini tak heran bila GUNNERS sedang massif berburu punggawa anyar guna menambal lubang menganga yang ditingglkan Fabregas dan Nasri.

Serangkaian hasil yang cukup menyesakkan dada itu tidak lantas mebuat penulis berpaling dari tim asuhan Arsene Wenger ini. Meski banyak pihak yang menyarankan penulis untuk ganti klub, tapi bagi penulis ARSENAL tetaplah yang terdepan. Kalah menang itu biasa. Pun kebangkitan dan keterpurukan. Mungkin saat ini Arsenal tegah berada dalam fase terkritisnya (terutama di masa kepelatihan Arsene Wenger yang selama ini dikenal sebagai peracik taktik yang jitu), namuin bukan berarti ini akhir dari perjalan mereka di kancah Liga local maupun internasional. Berjuanglah selalu wahai para Meriam Muda London Utara, kepulkan kembali asapmu!! GO GUNNERS GO!! I DO ALWAYS STILL (ALWAYS) BELIEVE ON YOU! J J J

***

Note: mohon maaf tadinya mau penulis sekaligusin berita lain seputar GP, B dinton, dll, tapi karena satu dan banyak hal lainnya terpaksa ditunda, dan kemungkinan besar akan menjadi postingan yang terpisah-pisah, so keep reading, and be patient for waiting my next posting (GRnyooo, as always :p)! Kamshamida….. ^^