Kamis, 23 September 2010

Enam Kabupaten Super Kaya di Indonesia

VIVAnews - Beroperasinya perusahaan skala besar di suatu wilayah berkontribusi besar terhadap pendapatan asli daerah itu. Tak terkecuali bagi sejumlah wilayah kabupaten/kota di beberapa daerah di Indonesia.

Enam kabupaten/kota di Indonesia tercatat memiliki pendapatan per kapita tertinggi. Pendapatan per kapita itu merefleksikan produk domestik bruto (PDB) per kapita masing-masing kabupaten/kota tersebut.

Enam kabupaten/kota dengan pendapatan per kapita terbesar itu rata-rata mencatat PDB per kapita di atas Rp100 juta. Kabupaten itu sebagian merupakan wilayah yang memiliki tambang, seperti emas, tembaga, batu bara, minyak dan gas. Namun, sebagian lagi menjadi pusat jasa, juga industri rokok yang menjadi urat nadi perekonomian wilayah tersebut.

PDB adalah nilai semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara/daerah pada periode tertentu. PDB merupakan salah satu metode untuk menghitung pendapatan nasional/daerah.

Berdasarkan data yang dihimpun VIVAnews dari Badan Pusat Statistik (BPS) edisi Agustus 2010, Kota Bontang di Kalimantan Timur pada 2009 membukukan PDB per kapita tertinggi.

1. Kota Bontang, Kaltim

Tambang batu bara PDB per kapita Kota Bontang tercatat sebesar Rp368,05 juta. Bontang yang terletak sekitar 120 kilometer dari Samarinda itu berbatasan langsung dengan Kabupaten Kutai Timur di utara dan barat, Kabupaten Kutai Kartanegara di selatan, dan Selat Makassar di timur. Kaltim merupakan propinsi yang memberikan gaji atau upah tertinggi kedua secara nasional kepada karyawan atau buruh, yakni Rp2,15 juta per bulan.

Sejumlah perusahaan besar beroperasi di kota ini, di antaranya Badak NGL (gas alam), Pupuk Kalimantan Timur (pupuk dan amoniak), dan Indominco Mandiri (batu bara). Bontang juga memiliki kawasan industri petrokimia dan merupakan kota yang berorientasi di bidang industri, jasa serta perdagangan.

2. Kabupaten Mimika, Papua

Kabupaten Mimika di Papua selama 2009 membukukan PDB per kapita Rp295,05 juta. Di Kabupaten Mimika yang beribukota Timika itu beroperasi salah satu tambang emas terbesar dunia, PT Freeport Indonesia. Gaji atau upah rata-rata yang diterima pegawai atau buruh di Papua juga tertinggi di Indonesia, yakni Rp2,16 juta per bulan.
Kegiatan penambangan di lapangan tambang emas milik Freeport, di Papua.
Berdasarkan data Hasil Audit Badan Pemeriksa Keuangan terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat 2009, Kabupaten Mimika mencatat dana bagi hasil Rp424,33 miliar. Namun, perolehan dana bagi hasil itu masih lebih rendah dibanding Bontang yang mencapai Rp476,83 miliar.

3. Jakarta Pusat, DKI Jakarta

PDB per kapita tertinggi ketiga adalah Jakarta Pusat yang mencapai Rp224,41 juta. Sebagai daerah pusat ibukota pemerintahan, Jakarta Pusat diuntungkan dengan berkembangnya transaksi bisnis dan jasa. Upah atau gaji rata-rata yang diterima pegawai, pekerja atau buruh di Jakarta, tergolong tinggi, yakni Rp1,92 juta per bulan. Macet Jakarta

4. Kota Kediri, Jawa Timur

Suharti (57) menunjukkan produk rokok Gudang Garam di Pasar Pahing, Kediri. Sementara itu, Kota Kediri di Jawa Timur mencatatkan PDB per kapita Rp202,33 juta, atau menempati urutan keempat terbesar. Di kota kretek itu beroperasi pabrik rokok besar, PT Gudang Garam Tbk yang tahun lalu mencatatkan pendapatan Rp32,97 triliun.

5. Kabupaten Siak, Riau

kilang minyak offshore Di urutan berikutnya, Kabupaten Siak di Riau membukukan PDB per kapita Rp156,35 juta. Tidak ada perusahaan yang menonjol di daerah tersebut, meski potensi unggulan daerah ini adalah sektor pertambangan minyak bumi.

Kabupaten Siak juga memiliki potensi strategis mengingat daerahnya berada di wilayah segi tiga pertumbuhan ekonomi "Sijori" Singapura-Johor-Riau dan IMG-GT (Indonesia Malaysia Thailand Growth Triangle).

Dengan jarak hanya 150 kilometer dari Singapura, Siak diuntungkan sebagai persinggahan alternatif bagi kapal pedagang di Selat Malaka dan bahkan berpotensi besar menjadi relokasi industri dan layanan perdagangan internasional.

Namun, untuk dana bagi hasil, Siak menempati peringkat keempat terbesar atau mencapai Rp993,2 miliar. Penerimaan dana bagi hasil Kabupaten Siak ini hanya kalah dari Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur sebesar Rp2,56 triliun, Bengkalis (Riau) Rp1,51 triliun, dan Kutai Timur (Kaltim) Rp1,05 triliun.

6. Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat

Konsentrator Batu Hijau, Sumbawa, milik PT Newmont Nusa Tenggara Kabupaten lainnya yang mampu membukukan PDB di atas Rp100 juta adalah Kabupaten Sumbawa Barat di Nusa Tenggara Barat (NTB). PDB per kapita kabupaten yang di daerahnya beroperasi perusahaan tambang besar, PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) itu mencapai Rp128,26 juta. (hs)


tulisan oleh Arinto Tri Wibowo

diambil dari http://bisnis.vivanews.com/news/read/179026-kabupaten-di-indonesia-paling-makmur (kamis, 23 September 2010)

Kamis, 16 September 2010

Darah Garuda - Merah Putih II

Sutradara: Connor Allyn, Yadi Sugandi
Penulis: Connor Allyn, Rob Allyn
Produser: Hashim Djojohadikusumo
Produksi: Media Desa Indonesia, Margate House
Rilis: 8 September 2010
Pemain: Lukman Sardi, Donny Alamsyah, Teuku Rifnu Wikana, Darius Sinathrya, Rahayu Saraswati, Asri Nurdin, Rudy Wowor, Atiqah Hasiholan, Aldy Zulfikar, Ario Bayu, Alex Komang.

Sinopsis:

Darah Garuda adalah sekuel dari film Merah Putih yang menghiasi layar emas setahun yang lalu. Kisahnya masih berkutat di perjuangan sekelmpok Tentara Rakyat yang masih tersisa pasca serangan tentara Belanda: Amir (Lukman Sardi), Thomas (Donny Alamsyah), Marius (Darius Sinathriya), dan Dayan (Teuku Rifnu Wikana).

Sebagai sekuel, cerita Darah Garuda melanjutkan perlawanan para TR yang belum usai terhadap Belanda. Cerita diawali pasca penyerangan empat sekawan tadi terhadap konvoi bahan bakar pasukan Belanda yang mengegerkan. Mereka menyita senjata dan bahan bakar yang tersisa serta sebuah mobil yang dikendarai Marius. Mereka tengah dalam perjalanan menuju pasukan Jendral Sudirman serta menyelamatkan Melati (Astri Nurdin) dan Senja (Rahayu Saraswati) yang di tempat lain dipekerjakan sebagai buruh di perkebunan teh bersama Lastri (Atiqah Hasiholan), seorang wanita "tangguh" namun penuh dendam pada Belanda.

Setelah berhasil menyelamatkan ketiganya, mereka bergegas menuju pasukan Jendral Sudirman. Malangnya, bahan bakar kendaraan yang mereka tumpangi habi sehingga terpaksa perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki. saat bermalam di tengah hutan, Lastri memilih jalannya sendiri dan pergi meningalkan rombongan Thomas dkk. Keesokan harinya, perjalanan pun silanjutkan kembali. Di tengah jalan mereka berpapasan dengan sejumlah pasukan khusus dibawah komando Sersan Yanto (Ario Bayu), yang ternyata salah seorang anak buah Jendral Sudirman. Bersama Yanto, akhirnya Amir dkk., sampai pula di
base camp padukan Jendral Sudirman yang sedang dalam keadaan sakit paru-paru. Karena kesuksesan meluluhlantakan konvoi bahan bakar pasukan Belanda, akhirnya Amir diangkat menjadi Kapten, sementara yang lain setingkat Letnan, dan mereka diberi misi khusus sebagai mata-mata untuk menghancurkan pangkalan udara Belanda yang hampir jadi di daerah Jawa Barat.

Tanpa berseragam (mengenakan pakaian rakyat) serta dengan ditemani pasukan khusus lainnya yang dipimpin sersan Yanto, mereka memulai misi mereka. Tanpa sepengetahuan siapa pun diam-siam Senja yang ingin membalaskan kematian adiknya, Soerono, ikut ke dalam rombingan pasukan khusus tersebut setelah menyamar sebagai lelaki, sementara Melati tetepa berada di camp sambil kebingungan mencari Senja yang tiba-tiba menghilang. Di tengah perjalanan, pasukan khusus ini berpapasan dengan pasukan Belanda hingga terjadilah baku tembak. Pasukan dibawah komando Mayor Van Gartneer (Rudi Wowor), yang berhasil melarikan diri dari Amir skk ini membuniuh hampir semua pasuka khusus kecuali Amir dkk., Senja, Sersan Yanto serta Budi (Aditya), anak emas Yanto, anggota pasukan khusus yang paling muda namun juga palig berbakat. Dalam serangan ini, Dayan yang terluka akhirnya ditinggalkan oleh Amir dkk., yang berada dalam kondisi terdesak.

setelah berada di tempat aman, mereka mkembali mengatur strategi. Yanto yang bisa mengendarai mobil menawarkan duru menjadi umpan. Suara tembakan menandai Yanto tidak bisa menyelamatkan diri dari pasukan Belanda. Mereka pun akhirnya melanjutkan misi dengan kembali berjalan kaki. Di tengah jalan, mereka kembali berpapasan dengan pribumi yang kemudian bersama sanggotanya menyeretnya menemui the Kiayi (Alex Komang), seorang pemimpin pasukan pemberontakan muslim radikal terhadap Belanda yang kurang mempercayai tentara Indonesia. Setelah sempat ditahan selama beberapa jam, akhirnya mereka pun dilepaskan dan bahkan dibekali sejumlah rangkaian bom untuk menghancurkan pasukan Belanda.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, sampailah mereka di tempat persinggahan: sebuah rumah yang lokasinya tak begitu berjauhan dengan gedung pusat pertahanan Belanda serta pangkalan udara yang hendak dihancukan tersebut. Sementara di tempat lain, Dayan yang ternyata masih hidup disekap oleh Van Gartneer untuk dipaksa memeberikan informasi tentang pergerakan pasukan tentara Indonesia. Ia yang tak bergeming dengan pendiriannya akhirnya harus menadapat siksaan bertubi yang dikahiri dengan pemotongan lidahnya agar tak mampu buka suara lagi untuk selama-lamanya. Disana pula lah diketahui bahwa Yanto telah berkhianat sehingga Belanda mengetahui misi pasukan Indonesia tsb. Pasca dipotong lidahnya, Dayan pun dibuang di suatu tempat di tengah gelap gulitanya malam. Lastri yang berada tak jauh dari situ akhirnya menolongnya.

Amir, Thomas, Marius, Senja dan Budi mulai melancarkan misinya. Thomas dan Budi mendapat tugas mengebom kamtor pusat Belanda, sementara yang lian bergerak menuju pangkalan udara. Misi mereka hampir-hampir menemui ujungnya ketika salah seorang sanak buah The Kiayi hendak menjual informasi pada Van Gartneer, beruntung rencana tersebut terendus oleh anak buah the Kiayi lainnya yang akhirnya membunuh penghianat tsb. Misi mengebom gedung pusta pertahanan Belanda tidak berjalan semulus yang diharapkan. Penyusupan mereka terendus oleh entara Belanda hingga terjadi baku tembak. Mereka menggeledah ruangan satu persatu setelah sebelumnya meletakan bom yang siap meledak di salah satu ruangan, sampai akhirnya mereka menemukan Yanto yang pura-pura disekap di sebuha ruangan. berempat dengan anak buah the Kiayi mereka melalkukan perlawanan dan melarikan diri. saat itulah Yanto menembak sang anak buah the Kiayi hingga tewas serta melempar potongan lidah Dayan pada Thomas seraya mengungkapkan jati dirnya yang sebenarnya: PENGKHIANAT! Sayang niatnya untuk mengeuk keuntungan dari aksi pengkhianatannya berakhir tragis: tubuhnya luluh lantak bersamaan dengan ledakan bom di gedung pusat pertahanan Belanda tersebut. Thomas dan Budi yang telah berhasil meloloskan diri beberapa saat sebelum bom meledak bergegas menyusul Amir, Marius, dan Senja ke pangkalan udara.

Ledakan di kantor pusat menbuat segalanya menjadi kacau, konsentrasi tentara Belanda menjadi tertuju pada ledakan di kantor pusat. Sementara Amir dkk semakin bergerak maju mendekati pangkalan udara. Setibanya di lokasi tujuan mereka segera melancarkan aksinya. Sejumlah bom siap meledak mereka simpan di beberapa titik karena tujuan mereka satu: menghancurkan pangkalan udara tsb agar pergerakan pasukan Belanda terhambat bahkan terhenti. Namun, usaha mereka terendus juga oleh Belanda sehingga terjadilah aksi saling tembak hingga Amir dkk terdesak. Bahkan, Thomas yang sempat dua kali terlempar oleh ledakan bom mengalami lika yang cukup parah. Beruntung di saat-saat genting munculah Dayan menyelamatkan mereka. Mereka pun akhirnya berhasil menjauh dari pangkalan udara dengan pesawat yang dikendalikan oleh Marius. Bom pun meledak, dan credit title pun muncul di layar bioskop. That's the end of this movie.

trailler Darah Garuda


My Own Review:
Dibanding sama prekuelnya, dalam film ini lebih banyak aksi peperangannya. Yah dari keseluruhan scene, hampir 80% nya diisi oleh perang. Bahkan, kepulan asap juga cukup mendominasi film ini. Kalau di Merah Putih, fokus cerita masih pada pengenalan karakter utama yang berasal dari 5 daerah dan latar belakang yang berbeda satu sama lain, dalam Darah Garuda sudah mulai fokus pada upaya mereka berjuang melawan tentara Belanda. Tokoh-tokoh pendukung seperti Melati dan Senja, yang merupakan istri Amir serta kakak Surono yang juga kekasih Thomas masih dihadirkan. Bahkan Senja yang awalnya membenci peperangan yang telah membunuh kedua orang tuanya serta adik tercintanya Soerono kemudian memberanikan diri terjun langsung dengan menyamar sebagai pria. Di film kedua ini, kisah antara Senja dan Thomas semakin dieksplor meski tidak begitu besar porsinya, namun cukup mewarnai alur cerita. Sementara di tengah kelamnya peperangan, kita masih bisa tertawa renyah melihat aksi Marius yang cenderung konyol. Sementara kisah suami istri Amir-Melati, masih begitu-begitu saja, datar (entah memang sengaja digambarkan begitu, entah memang kurang tereksplor). Yang cukup menarik perhatian dimasukannya beberapa tokoh baru, diantarnya Lastri, Sersan Yanto, dan Budi. Lastri, yang tidak dibahas asal-usulnya tiba-tiba hadir di tengah pasukan Amir dkk., kemudian memilih pergi tetapi kembali berjumpa dan bahkan merawat Dayan, kemudian digambarkan sebagai sosok yang tidak memiliki rasa takut. Sersan Yanto yang nampak meyakinkn namun ternyata hanya seorang pecundang. Serta Budi, seorang anak yang kehilangan orang tuanya sebelum kemudian menjadi anak emas Sersan Yanto. Overall, cukup okelah, meskipun yah berhubung ini kisah trilogi otomatis akhir cerita yang sedemikian rupa itu belum bisa dikatan happy ending ataupun sad ending. Kita masih harus menunggu film ketiganya keluar jika ingin mngetahui akhir ceritanya. Yang pasti film ini masih amat layak ditonton. Sementara jilid ketiganya amat layak ditunggu. Ketika penulis memonton film ini gedung bioskop dipenuhi dengan sorak sorai penonton dalam adegan-adegan tertentu, terutama ketika adegan peperangan, saling tembak, serta pengeboman. paling heboh waktu scene-scene akhir pas Dayan hampir ketinggalan (lagi) pesawat yang dikemudikan Marius. Hal ini tidak terlepas dari efek visual fim yang membuat penonton seakan menyaksikan ledakan-ledakan bom ala Hollywood hasil racikan ahli-ahli visual efek profesional bertaraf internasional. Gak heran budget yang dikeluarkan mencapai sekitar 60 miliar untuk trilogi!

Darius kocak abis deh bawaain tokoh Marius yang penakut lagi konyol. Donny Alamsyah juga tetep cool dengan logat Menadonya. Lukman Sardi masih dengan wibawanya sebagai pemimpin. Teuku Rifnu, masih kalem dengan kesetiaannya sampai-sampai mesti merelakkan lidahnya dimutilasi (ngilu SGT adegan satu ini). Rahayu Saraswati masih seksi tuh suaranya (berat-berat gimanaaa gituh! hehe). Asri Nurdin yah masih selayaknya Melati, perempuan Jawa yang lemah lembut lagi manut sama suami (gak begitu sering muncul juga). Atiqah Hasiholan masih seksi tuuh mau pas masih compang camping kek apalagi udah dandan! Aldy Zulfikar, pendatang baru pemeran Budi juga cukup okelah mainnya. Ario Bayu juga cukup oke jadi penghianat. Rudy Wowor masih dengan logat Belandanya yang lekoh. Anyway, tonton deh nih movie, gakan nyesel kok, selain ceritanya yang yah okelah, pemaennya juga pada sedap dipandang meski dalam kondisi teu pararuguh (da kalau dasarnya udah ganteng mah, mau penuh luka, kotor, dsb juga teteip weh ganteng! haha). So, Let's watch this movie..soon! :))

SANG PENCERAH

trailler Sang Pencerah


pemain: Lukman Sardi, Zaskia Mecca, Slamet Raharjo, Agus Kumcoro, Idrus Madani, Ihsan Tarore, Giring 'Nidji', Mario Irwinsyah, Dennis Adhiswara, Joshua, dll.
sutradara : Hanung Bramantyo
produser : Ram Punjabi
sinopsis : Tersebutlah Muhamad Darwis (Ihsan Tarore), pemuda berumur 15 tahun yang berangkat ke Meah untuk menunaikan ibadah haji pertama sekaligus berguru pada ulama besar. Sepulangnya dari mekah 5 tahun kemudian ketika ia beranjak dewasa ia mulai terpengaruh oleh pemikiran Muhammad Abduh, ulama yang cenderung mengedepankan ijtihad dengan pemikiran-pemikiran modern. Para ulama di kampung halamannya, desa kauman lambat laun mulai merasa resah dengan ketidakbiasaan Darwis dewasa yang menganti namanya menjadi Ahmad Dahlan. Dahlan dianggap terlalu menyederhanakan agama di saat ulama-ulama lain masih mengkeramatkan sesuatu. Puncaknya adalah ketika ia memenarkan arah kiblat yang cenderung ke barat. Bukannya disambut, ia justru dituduh kafir "bukan masalah arah, yang penting qalbu kita" suatu kali ucap seorang kiayi. Kecuali murid-murinya seperti M. Sudja, Fachroedien, dll., hampir semua orang dekatnya tidak berpihak kepadanya sampai-sampai kakak dan iparnya sendiri pun. Dahlan kemudian memusatkan aktivitas dakwah di langgarnya, pun melakukan ibadah shalat yang arah kiblatnya sudah dibetulkan. Semakin hari, semakin banyak jamaah langgarnya hingga meresahkan ulama-ulama setempat, terutama kiayi penghulu (Slamet Rahardjo), maka kemudian dikirimkannyalah surat peringatan untuk menutup langgar. Berkali-kali datang, berkali-kali pula ditolaknya sampai akhirnya massa yang merasa "alirannya' paling suci itu merobohkan langgar milik Dahlan. Dahlan yang amat terpukul hendak meninggalkan kampung bersama Nyai Walidah (Zaskia Mecca), istrinya, beserta kedua anaknya, namun niat tersebut urubg dilanjutkan setelah kakaknya mencegah meraka dan berjanji membuatkan langgar baru. Ia pun kembali kepaa msi awalnya untuk berdakwah di kampungnya. Akhirnya, lnggarnya pun kembali berdiri kokoh dan aktivitasnya kembali menggeliat, namun penolakan masih saja terjadi terutama dari kaum ulama setempat. Dahlan kemudian berinisiatif mengajarkan pelajaran agama islam di seklah-sekolah Belanda, juga membuat madrasah diniyah di rumahnya. Dahlan yang juga bergabung dengan perkumpulan Boedi Oetomo kemudian mempunyai keinginan untuk membentuk persyarikatan demi memepermudah dan memperkokoh dakwahnya. Setekah berkonsultasi mengenai persyaratan, prosedur, serta uneur-unsur pembentukan sebuah persyariktan akhirnya di tahun 1912 mantaplah ia mendirikan sebuah persyarikatan yang dinamai Muhammadiyah yang beranggotakan dirinya berikut murid-muridnya. Meskipun menimbulkan polemik di awal pembentukannya karena dianggap sebaga aliran agama baru --padahal muhammadiyah adalah organisasi sosial kemasyarakatan-- pada akhirnya setelah diberi pengertian toh pihak-pihak berwenng pun mafhum. Bahkan pada akhirnya kiayi Penghulu sebagai sesepuh bersedia 'berdamai' dengan Dahlan, dan ia pun bersedia meluruskan arah kiblat sebagaimana mestinya. Akhirnya berkat dukungan sang istri, para muridnya, serta kepercayaan dari pembesar di lingkungannya, pada tanggal 12 November 1912 sutetapkanlah sebagai waktu berdirinya Muhammadiyah, salah satu persyarikatan terbesar di Indonesia.
***
Review Pribadi:
Film yang bagus. Settingnya oke punya, pemainnya juga bagus. Alurnya tidak terlalu bertele, malah bagi beberapa orang durasinya terlalu pendek sehingga membuat ending film dirasa kurang greget. Film yang fokus pada perjuangan Ahmad dahlan meluruskna erbagai 'penyimpangan' dalam agamanya sampai akhirnya membentuk sebuah persyarikatan ini disajikan dengan selipan-selipan adegan yang mengocok perut. Sayangnya, ada beberapa pemain yang logat Jawanya kurang terasa, apalagi saat melakukan dialog-dialog panjang, seperti Nyai Walidah misalnya. Overall, melalui film ini sekit banyak kita bisa mngetahui bagaimana sih sosok pendiri Muhammmadiyah ini, dan betapa tidak gampangnya untuk menegakkan kebenaran serta betapa beratnya perjuangan untuk mendirikan sebuah persyarikatan. So, silakan kunjungi biokop terdekat di sekitar Anda.. ^^

Sabtu, 11 September 2010

Ada Pertemuan Pasti Ada (pula) Perpisahan

ada pertemuan pasti ada perpisahan,
begitulah Sang Maha Kuasa berkehendak,
Ia ciptakan setiap apa yang ada di muka bumi ini berpasangan,
yang pergi, kembali
yang kembali, pergi
pun Ramadhan
yng baru saja kembali datang sebulan yang lalu,
kini tlah kembali pergi
pergi hingga satu tahun lamanya
digantikan oleh syawal
yang awalnya disambut dengan penuh suka cita,
hari kedua,
ketiga,
keempat,
masih ada suka tercipta
melalui kebersamaan yang sulit ditemui di waktu lain
namun esoknya
hari kelima,
keenam,
dan seterusnya perpisahan kembali terjadi
dengan kebersamaan
dengan kebahagiaan
semua kembali kepada rutinitas
yang datang dan pergi,
hingga kembali lagi
rasa itu,
kebahagiaan itu,
kebersamaan itu,
satu tahun lagi,
hingga Ramadhan tahun depan kembali lagi..

yaa Rabb berilah kesempatan pada kami,
hamba-hamba-Mu yang selalu merindukan hadirnya,
untuk kembali dapat menjumpainya
di tahun yang akan datang,
aamiin! :)

by Hamba-Mu yang senantisasa merindukannya (Ramadhan)
negeri Belink --everlasting Beauty--, Syawal 02, 1431H

Rabu, 08 September 2010

FENOMENA RAMADHAN (Lagi, Lagi, Lagi!)

Emang sih belum tentu mereka semua muslim, bisa aja mereka non muslim yang berarti gak punya kewajiban untuk shaum, tapi yah menurut penulis sebagian besardari mereka pasti islam deh kalo menurut yang tertera di KTP nya. Bisa jadi inilah salah satu fenomena islam KTP ketika agama hanya dijadikan sebagai formalitas tertulis biar gak disangka Atheis! Okey, mau shaum kek, enggak kek, kalau dari segi HAM suka-suka si empunya diri, hak-hak mereka, urusan amat sih loh, toh dosa juga yang nanggung mereka ini yang kalo kata salah seorang rekan penulis mah begini: yah shalat dll mah urusan masing-masing (mungkin maksudnya urusan kita ma sang Khalik langsung). Tapi kan sebagai sesama muslim toh kita patut mengingatkan, barangkali mereka sedang khilaf (semoga). Cuma yang masih bikin penulis terheran-heran dan (selalu) kesel adalah sikap tak acuh mereka pas mereka yah itu tadi ngerook, makan, minum di depan umat muslim lain yang sedang shaum. Syukur alhamdulillah Ramadhan ini penulis belum pernah mergokin langsung orang yang teutama makan dan minum di siang bolong, tapi kalau mereka yang merokok hemm..lumayan sering lah, terutama para supir angkot tuh yang sering kali menjadikan profesinya sebagai alesan buat gak sahum! Dan sayangnya banyak gerai, kios, toko, dan berbagai tempat jualan makanan yang teteup buka di siang hari, bahkan gak jarang petugas yang kerja di situ pun ikut-ikutan gak shaum (entah emang noni, entah kabitaeun). Kan gakan ada asep kalo gakda apai, gakkan ada kejahatan kalo gak ada kesempatan, naah maunya penulis pengusaha-pengusaha penganan terutama kalau bisa sih khususon di bulan berjuta rahmat dan maghfiroh ini mbo yah bukanya agak sorean gituh, toh yakinlah Allah pun gak akan nutup pintu rezeki buat mereka yang punya niat baik di bulan Ramadhan ini. Tapi yah itu dy kan gak semua orang (baca: pengusaha, pengelola penganan) aware sama kayak gitu-gitu, makanya penulis cuma bisa berdoa semoga setiap tahunnya jumlah 'prajurit' yang meyerah sebelum genderang 'perang' ditabuh semakin berkurang, dan berkurang, dan berkurang. Dan semoga kesadaran mereka yang mengaku sebagai umat muslim (terutama para kaum adam yang senantiasa dengan sengaja melalaikan shaum ramadhan) akan kewajiban menjalankan ibadah shaum Ramadhan tiap tahunnya di bulan ramadhan, juga para pengusaha dan pengelola penganan agar lebih memperhatikan waktu buka kedai, kios, warung, toko, dll., mereka. Serta tak lupa kita selaku umat muslim untuk saling mengingatkan bila saja ada si antara kita yang (mungkin) sedang lalai dan khilaf. mohon maaf kalau kata-kata penulis cenderung kasar dan tak beraturan, maklum penulis sering naik adrenalinnya kalau bahas tentang hal yang satu ini, yang selalu bikin penulis: GE-RE-GE-TAN! >,<

Senin, 06 September 2010

Bangsa Berbudaya dan Budaya ‘Ngaret’ (diambil dari Yahoo)

(ini artikel yang penulis temuin pas mampir ke laman Yahoo pas mau ngecek email! kena BGT deh buat penulis makanya penulis posting disini, tadinya mau pake yang berbagai tapi gakda yg buat blogger --Entah emang penulis yg kurang pengetahuannya a.k.a GAPTEK! heu-- jadi terpaksa dehh co-pas --maaf yah saia sama sekali tidak bermaksud melakukan kejahatan akademik loh, saia hanya ingin berbagi artikel yg menurut saia menarik dan bermanfaat-- untuk menghindari hal-halyang tidak diinginkn dan menjunjung tinggi kejujuran serta originalitas penulis tetep mencantumkan penulis aseli dan alamat web dimana artikel ini diposting..so, check it out)


Diposting Oleh Maylaffayza, Ming Agust 29, 2010 13:17 WIT

Bangsa kita adalah bangsa yang berbudaya. Ya. Budaya kesenian tradisional banyak sekali berasal dari berbagai suku di negara kita. Tapi, ada sebuah budaya yang tidak berasal dari suku apa-apa, yang berasal dari diri kita sendiri yaitu: budaya terlambat, alias ngaret.

Mari dipikirkan lebih jauh lagi.

Apakah ngaret adalah suatu budaya yang bisa kita banggakan dan apa akibatnya jika kebiasaan ini dipelihara? Apakah budaya terlambat sebuah bangsa menentukan cepat/lambatnya kesuksesan sebuah bangsa? Apakah keterlembatan seseorang mempengaruhi cepat/lambatnya kesuksesan seseorang? Lalu apakah budaya ngaret ini berkaitan dengan bagaimana seseorang menghargai hidupnya? Apakah budaya ngaret ini juga berkaitan dengan bagaimana seseorang menghargai waktu orang lain? Dan apakah budaya ngaret ini berkaitan dengan bagaimana cara berpikir seseorang memandang dan menjalani seluruh aspek hidupnya?

Silahkan Anda pikirkan sendiri.

Istilah ‘ngaret’ tampak sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Namun kenyataannya hal tersebut tetap merugikan kita semua. Herannya masih ada saja di antara kita yang punya hobby ngaret. Dari berbagai level sosial, ekonomi dan pendidikan, ngaret sudah menjadi sebuah penyakit yang tampak disukai namun juga dibenci.

Apa sih yang menyebabkan seseorang itu terlambat alias ‘ngaret’?
1. Rumah jauh dari lokasi yang dituju
2. Macet
3. Kendaraan rusak
4. Kondisi darurat yang mendadak dari pihak keluarga/teman
“"Kemampuan bangsa kita untuk maju, berkaitan dengan konsep masyarakat dalam memberlakukan waktu."”
5. Sakit
6. Antrian di POM bensin panjang dan lama
7. Tugas yang mustinya sudah terpenuhi tapi belum selesai
8. Ada perbaikan jalan
9. Di tengah jalan ada yang tabrakan
10. Ada pohon tumbang
11. Begadang, bangun kesiangan
12. Lupa pasang weker
13. Ada pejabat lewat
14. Hujan dan banjir
15. Kendaraan umum yang ditumpangi mogok, rusak, jalannya lambat
16. Janji sebelumnya terlambat jadi kita ikut terlambat
17. .... silakan isi sendiri.

Luar biasa banyak yang bisa kita persalahkan. Daftar di atas akan berkelanjutan, sampai pada akhirnya kita menyalahkan pemerintah atas kurangnya jumlah jalanan. OK. Kalau itu sudah di luar kuasa kita. Banyak hal di luar kuasa kita. Namun BANYAK hal juga terjadi atas kuasa kita. Pada dasarnya dalam kehidupan akan selalu ada 2 kemungkinan: hal yang di luar kuasa kita dan hal yang merupakan kuasa kita. Semakin jauh seseorang meningkatkan kualitas dalam dirinya, semakin banyak kemampuannya untuk bertindak dalam menghadapi suatu keadaan. Mari kita bahas, APA sih aspek yang harus kita mengerti terlebih dahulu supaya kita BISA melakukan tindakan untuk mencegah hobby terlambat atau ngaret dalam memenuhi sebuah janji ?

1. Mempunyai kemauan untuk mengetahui apa yang menyebabkan diri kita terlambat
Hey jangan-jangan selama ini memang kita cuek-cuek saja dan memang tidak ada kemauan untuk mengetahui apa yang menyebabkan diri kita terlambat. Kalau sudah tidak ada kesadaran dan kemauan untuk bisa memenuhi janji tepat waktu ya gak heran kalau kita memang gak punya kemauan untuk mengetahui apa yang membuat diri kita terlambat.

Tapi, jika diri kita memang ada kemauan untuk tepat waktu, dan ada kemauan untuk mengetahui apa yang menyebabkan diri kita terlambat atau ngaret, kita bisa mulai melakukan tindakan, dengan evaluasi dan introspeksi.

2. Meningkatkan kesadaran tentang rentang waktu dan kemampuan mengatur waktu
Pernah ketemu orang yang bilang akan sampai di tempat Anda 5 menit lagi tapi baru sampai 20 menit kemudian? Atau pernahkah Anda janji ke sahabat Anda akan bertemu 5 menit lagi tapi ternyata baru bertemu 25 menit kemudian? Jangan-jangan, ternyata Anda memang tidak sadar bedanya 5 menit dan 25 menit! Atau jangan-jangan orang yang pernah janji ketemu Anda dalam waktu 5 menit, tidak bisa membedakan antara 5 menit dan 25 menit.

Kadang kita punya hobi menyangkal. Yang ada di kepala kita, kita BERHARAP bahwa hal tersebut bisa dilakukan dalam 5 menit. Harapan tersebut begitu besarnya hingga kita tidak merasakan yang kita sebut 5 menit itu ternyata 25 menit. Sounds familiar? Ini terjadi seringkali kepada siapapun.

Percobaan 1: Coba tanyakan kepada diri Anda, berapa lama Anda mandi di pagi hari. Catat di sebuah kertas. Misalnya 5 menit. Lalu saat Anda mau mandi lihat jam Anda, ingatlah jam berapa Anda mulai mandi. Lalu saat Anda selesai mandi, lihat jam Anda, dan hitung jarak waktu dari mulai saat Anda mulai mandi hingga selesai. Lihatlah kembali kertas yang tadi Anda tulis, apakah lama waktunya yang Anda perkirakan sama dengan lama waktu mandi yang Anda baru lakukan?

Mulai sekarang, latihlah kesadaran akan lamanya waktu seperti contoh di atas, dan kenalilah detail dari apa yang Anda kerjakan. Dengan SADAR akan berapa lamanya waktu berjalan, ini akan memperkuat kemampuan Anda untuk mengatur jadwal Anda. Manajemen waktu.

3. Meningkatkan pengetahuan tentang aktivitas yang dijalankan
Seringkali kita ternyata terlalu menyederhanakan proses kegiatan. Misalnya dari rumah ke kantor. Kita suka berpikir dari rumah masuk mobil lalu seperti naik mesin waktu tiba-tiba kita sudah ke kantor. Padahal sebetulnya ada urutannya secara kronologis
- Mempersiapkan barang yang akan dibawa ke kantor
- Sarapan
- Memakai sepatu
- Menuju garasi, memanaskan mobil
- Keluar pagar harus menutup pagar terlebih dahulu
- Di jalan harus beli bensin dulu
- Masuk pagar gedung kantor harus mencari parkir terlebih dahulu
- Dari parkiran harus jalan menuju lift
- Di depan lift harus menunggu dahulu

Nah, kita sering melupakan detail-detail seperti ini. Kan kita gak sekonyong-konyongnya dari mobil di garasi lalu sudah tiba-tiba duduk di ruang kantor kita kan?
Begitu pula dengan semua aktivitas kita lainnya, pada semua perkerjaan kita, pada dasarnya semua terjadi dari rangkaian beberapa kegiatan . Semakin kita mengenal detail dari kegiatan yang diperlukan untuk menuju suatu titik kegiatan lainnya, semakin cerdas kita bisa mengatur waktu untuk tepat waktu memenuhi sebuah jadwal.

4. Mengerti skala prioritas
Keterampilan dalam menyusun prioritas kegiatan atau tugas-tugas kita sangat mempengaruhi seseorang dalam mengatur waktunya. Butuh pengertian dan kesadaran tentang seberapa besar pentingnya dan seperti apa situasi dari setiap tugas atau kegiatan kita, dalam mengetahui dalam urutan prioritas nomor berapa kita meletakan sebuah kegiatan atau tugas.

5. Mempunyai rencana alternatif atau cadangan
Mempunyai rencana alternatif atau cadangan bisa menyelamatkan diri kita dari keterlambatan. Misalnya kita ada jadwal meeting sementara waktu sudah mepet, namun di jalan kita berencana mengisi bensin. Saat mendekati POM bensin, ternyata antriannya panjang. Jalan alternatif yang bisa dilakukan adalah dengan mengisi bensin setelah meeting saat kembali ke kantor. Jadi kita tetap hadir meeting tepat waktu, namun tetap bisa memenuhi kebutuhan isi bensin kita setelahnya.

Hal ini adalah contoh sederhana. Point yang ingin disampaikan disini adalah kemampuan kita mengolah dan memproses berbagai solusi alternatif dalam menghadapi sebuah situasi, membuat kemampuan kita untuk mengatur waktu semakin kuat.

6. Kemampuan menghargai diri sendiri dan orang lain
Kembali lagi yang menjadi dasar yaitu kesadaran kita dalam menghargai diri sendiri. Bagaimana kita memperlakukan waktu berkaitan dengan bagaimana kita menyikapi diri sendiri. Demikian juga bagaimana kita menyikapi diri sendiri akan memberikan impact terhadap bagaimana kita menyikapi orang lain. Bagaimana kita menghargai waktu orang lain, jadi berkaitan dengan bagaimana kita menghargai waktu diri kita. Kita tentu tidak suka jika seseorang ngaret dengan janjinya terhadap kita, demikian juga orang lain tidak suka jika kita ngaret saat berjanji dengan kita. Pengertian bahwa jika satu hal terlambat bisa berkelanjutan kepada keterlambatan-keterlambatan lainnya, itu berlaku pada diri kita maupun kepada orang lain.

Kemampuan kita untuk mengerti tentang kehidupan berkaitan erat dengan konsep kita memandang waktu. Kemampuan bangsa kita untuk maju, berkaitan dengan konsep masyarakat dalam memberlakukan waktu.

Keterlambatan mencegah terjadinya kesuksesan. Keterlambatan mencegah pertumbuhan. Keterlambatan bisa membuat kita kehilangan kesempatan untuk maju. Keterlambatan, bisa merugikan sejumlah investasi, kerja, dan tenaga yang sudah dikeluarkan untuk sebuah proyek atau sebuah tugas, sekecil apapun itu.

Waktu itu berharga. Seberapa berharga waktu bagi seseorang, bergantung dari bagaimana seseorang menghargai kehidupan.

Apakah kita sudah menjadi bangsa yang berbudaya menghargai waktu?

Bagaimana seseorang menyikapi waktu adalah bagaimana seseorang menyikapi dirinya dan hidupnya. Bagaimana masyarakat menyikapi waktu adalah bagaimana masyarakat menyikapi diri serta kehidupan masyarakat tersebut. Bagaimana sebuah bangsa menyikapi waktu adalah bagaimana bangsa tersebut menyikapi kehidupan dalam bangsa tersebut.

diambil dari

http://id.omg.yahoo.com/blogs/bangsa-berbudaya-dan-budaya-ngaret-maylaffayza-14.html