Sabtu, 31 Agustus 2013

Radar (Oktober) Desember: COME ON YOU (GO), GIRL!

Kemarin adalah hari dimana saya seperti diberi sinyal-sinyal (melalui serangkaian kejadian-kebetulan) untuk segera menuntaskan apa yang seharusnya saya tuntaskan…

Saat saya mengunjungi suatu gedung di kompleks kampus tempat saya belajar, betapa saya merenung bahwa apa yang harus saya tuntaskan ini sebenarnya tak lebih dari perkara ruang sekian kali sekian meter.  Di sanalah urusan saya, sebegitulah lingkupnya.  Ngeri saya ketika membandingkan dengan luasnya bidang di luaran bidang itu yang memang terlamau sering saya sambangi, melebihi dari intensitas kunjungan saya ke ruang sekian kali sekian meter.  Faktatersebut menggiring saya pada satu simpulan dalam bentuk pertanyaan “jika masalah sekian kali sekian meter saja saya sudah kewalahan begini, ya apalagi persoalan di ruang yang tak terbatas itu”.

Sesaat setelah saya meninggalkan gedung berukuran sekian kali sekian meter menuju gerbang depan kompleks berukuran puluhan bahkan ratusan kali lipat dari ruangan di satu gedung yang baru saja saya tinggalkan tadi, saya berjumpa dengan dua orang kawan seperjuangan yang masih sama-sama bergelut demi menuntaskan studi sarjana kami (fokus saya adalah ke bagaimana menyelesaikan, bukan bagaimana meraih gelar).  Setelah cipika cipiki dan berbasa basi, sampailah pada pertanyaan wajib bagi mahasiswa smester 8 plus plus seperti kita: ya apalagi kalau bukan seputar mega proyek nya mahasiswa tingkat akhir.  Seputar topic dan sudah sampai mana, all is well.  Tapi, pas topik mengacu ke siapa dosen pembimbing, dengan lempeng seorang dari mereka berkata “enak, lulusnya bisa cepet itu mah” santai, malah mungkin ada kesan “kenapa gak gue aja sih”.  “Jleb!” dalam hati sambil mengutuki diri sendir “kan..hampir semua orang ngomong serupa, dasar elu nya aja, girl, dasar!.  Sambil terkekeh saya jawab” Iya, dosennya enak, cepet, mahasiswa nya nih yg lama..hehe”.  Karena sedang sama-sama buru-buru akhirnya percakapan pun diakhiri dengan sayonara, saya naik angkot, mereka nyebrang, memasuki kompleks ratusan kali ratusan meter yang baru saja saya tinggalkan.  Sempat tertangkap sedikit keheranan mereka saat saya terkekeh.  Ya, akhirnya saya pun makin mengutiki diri sendiri “ampun deh ye, dasar mahasiswa kurang pandai bersyukur!”

Belum berhenti sampai di situ.  Saya rasa Tuhan sedang ingin menunjukkan kasih sayangNya dengan teguran-teguran sepele namun jleb banget semacam apa yang saya alami ini.  Belum lama menenangkan diri dalam angkot, eh surprise lain menghampiri saya.  Tetiba naik dua orang-yng-besar-kemungkinan-adalah-mahasiswa.  And yes, they are!  Mahasiswa baru malah.  Lebih tepatnya baru kembali lagi menyandang gelar mahasiswa (uyeah).  Saya yang sudah bermata empat ini baru bisa mengenali dengan jelas kedua sosok ini saat keduanya sudah duduk manis di kursi 7 pas di belakang supir, besebrangan dengan saya yang pas di dekat pintu di kursi 5. Setelah saling bertegur sapa dan mengobrol sedikit banyak tahulah saya mengapa mereka sudah kembali ngampus. Keduanya rupanya tengah dalam persiapan memulai tahun ajaran baru dengan kembali berstatus mahasiswa.  Kali ini mereka tengah berjuang menempuh gelar master.  “Pak!” rasanya dsemacam ada sesuatu yang menampar dada dan meninju otak “hello…orang tuh ya udah mau wisuda kedua kali, ini sekali aja oalahhhh…lamanyoo!” entah bisikan yang muncul darimana.  Mau tidak mau fakta ketiga ini semakin bikin saya sakit kepala di satu sisi, namun semakin memotivasi juga supaya tidak sampai didahului wisuda oleh para ‘mahasiswa baru’ tersebut. 

Intinya sih dari ketiga kejadian di atas adalah muncul satu bisikan yang kuat sekali ke dalam benak dan hati saya yang tanpa henti mendengung dengan kerasnya berbunyi : “COME ON YOU GIRL!”

Semoga, ini benar teguran sebagai bentuk kasih-Nya pada saya yang sering lalai dan cenderung bermalasan.  Dan semoga ke depan saya bisa mengejar target menuntaskan misi yang rada impossible yaitu tuntas tahun ini, yang artinya hanya menyisakan maksimal 2 bulan lagi.  Oh, yes, semoga semangat “Come On You Girl” ini bisa menghantarkan saya menjalani dan menwujudkan mission possible saya ini.  Demi kebahagiaan orang-orang di sekitar saya, dan demi keberlangsungan agenda dan taggung jawab saya yang lain-nya dengan bismillah COME ON YOU (GO) GIRL! 

Sabtu, 24 Agustus 2013

Becoming Third Person is No More!

After some times, finally, I’m blogging again! Welcome (back) to me! Nice to see you again, readers… well, this time I’m going to share what I never want to do again after this: becoming the third person! It’s really killing me.  How can’t it be since I need to be a liar by the first person in order to make second person forced to accept the case.  What a tiring activity to get so many unanswered calls by the first person.  While, the second persons keep asking massively something that I, as the third person, originally knew nothing.  It’s more than only physical tiredness, but it’s also really mentally tiring.  Maybe I’m too much to exaggerating this problem.  But, actually I just wanna focus on what I have to learn from that condition as follows:

Becoming a superior person is much more advantageous that becoming an inferior who is so freely to be asked for doing something by the inferior. 
Becoming a professional lobbyist , although is quite interesting, is not a simple thing, especially to person who is not used to lie easily to another person.
Becoming a professional one, in my personal opinion, needs to serve all people professionally and equally without discriminating them based on the quantity-oriented only (even though that is important, for me personally, people trust and satisfaction as the basic of quality standard are much more important).
Becoming an honest person is sometimes so tiring, but it always end, happily or even sadly.
Becoming vertical-oriented is much more valuable, than horizontal-oriented that will never find an end.

Hopefully you also can learn all the things above when you find your self is in the similar condition as I found once.  Personally, I have no regret to have such thing as I shared above.  However, I’m going to think twice if I asked to be the third person again since I’ve experienced it once so that I knew how it works.  My last word is that as my motto to not regretting anything we did, but made it as our experience.

That’s all the things that I can share with you all guys this time. See you in the next post!

p.s.: do not worry readers because I’m going to keep blogging regularly (again) from now on.  So, keep waiting for my next post, ya! See you again very soon! <3 o:p="">