Selasa, 19 Oktober 2010

INDONESIA GRAND PRIX GOLD (GPG) 2010: Ranking is NOT EVERYTHING!

Indonesia GPG adalah turnamen badminton di bawah Super Series, bisa dikatakan turnamen kelas 2. Maka tak heran, akan banyak muka baru dan asing yang terdata di list pemain yang ikut ambil bagian di turnamen ini. Tidak aneh juga memang karena biasanya di level turnamen ini pemain yang diturunkan ialah pemain-pemain pelapis pemain utama, sedangkan para pemain top yang biasa malang melintang di Super Series (SS) akan jarang ditemui. Yah, memang secara gengsi, hadiah, dan perolehan poin turnamen ini masih di bawah SS sehingga para pemain yang termasuk klaster satu hanya ambil bagian di satu atau dua turnamen GPG saja dalam setahun. Sedikitnya pemain kelas dunia yang ambil bagian di turnamen ini memang menjadi salah satu alasan mengapa GPG menjadi tidak sepopuler SS.

Minggu ini, giliran Indonesiayang berkesempatan menyelenggarakan turnamen yang satu ini. Dari sekian banyak pemain yang terdaftar, hanya Taufik Hidayat, Bona/Ahsan, Greysa Polii/Meilyana Jauhari, dan beberapa mantan pemain pelatnas yang juga pernah harum di kancah internasional yang termasuk dalam jajaran pemain elit. Karena itu, jangan heran bila kemudian mereka muncul sebagai unggulan pertama meski secara peringkat BWF ada di luar 5 besar, belasan, bahkan 20 besar. Naiknya mereka sebagai pemain unggulan tak lain karena secara peringkat merekalah yang tertinggi diantara peserta yang ada. Taufik Hidayat saja ada di ranking 7 dunia, Bona/ahsan di peringkat ke, Greysia Polii/Meilyana ranking, adapun Lyliana Natsir yang bersama Nova Widianto masih menempati ranking satu dunia di turnamen ini hanya menjadi unggulan ke karena ia berpasangan dengan M. Rijal, bukan Nova. Artinya, predikat unggulan sebenarnya hanya berdasarkan siapa yang rankingnya palig tinggi diantara pemain yang ambil bagian saat itu.

Namun, terkadang ranking dan peringkat unggulan sering kali dianggap sebagai segala-galanya. Artinya, siapa yang rankingnya paling tinggi ialah yang paling tangguh, padahal belum tentu sodara-sodara. Unggulan ditentukan oleh ranking, dan ranking itu sendiri ditentukan oleh poin yang diperoleh oleh seorang pemain. Lantas poin itu dari mana? yah dari berbagai pertandingan yang diikuti oleh para pemain. Jadi setiap mengikuti suatu turnamen, selain ada hadiah, juga ada poin yang diperebutkan. Besar poinnya tergantung dari kelas dan babak yang dicapai, semakin tinggi kelas turnamennya dan semakin jauh babak yang didikuti yah semakin tinggijuga poin yang didapat. Artinya, semakin sering seorang pemain mengikuti suatu turnamen, meski jarang menang, maka poinnya akan terus bertambah. Oleh karena itu, ranking tak bisa dijadikan tolak ukur mutlak kualitas seorang pemain. Pemain dengan ranking lebih rendah belum tentu kualitasnya dibawah pemain yang lebih tinggi, dan begitupun sebaliknya.

Contoh paling riilnya yah di turnamen GPG 2010 ini. Sudah, tak usah membahas partai-partai sebelum final, kita langsung bahas partai finalnya saja. Dari lima partai yang dipertandngkan, tiga diantaranya mutlak menjadi milik Indonesia setelah terjadi all Indonesia final di nomor Ganda Putra, Ganda Campuran, dan Tunggal Putra; sedang dua partai sisa yakni di Ganda Putri dan Tunggal Putri masing-masing mempertemukan pemain China Taipei melawan Thailand, dan Indonesia melawan China. Dari kelima partai, yang paling ditunggu sekaligus membuat penasaran ialah Ganda Putri, dimana pasangan Indonesia yang diwakili Greysia Polii/Meilyana Jauhari berhadapan dengan satu-satunya wakil negeri tirai bamboo yang masih bertahan, pasangan kembar Luo/Luo. Menjadi menarik karena inilah satu-satunya partai yang mempertemukan pemain Indonesia dengan pemain non Indonesia. Tanpa mengecilkan pertandingan lain, pertandingan antar dua negara selalu lebih menarik dibanding pertandingan sesama satu negara. Nuansa persaingannya begitu kuat terasakarena masing-masing berjuang membela negara masing-masing. Sementara jika di final dua pemain satu negara bertemu, yang berasa adalah persaingan pribadi, individu, bkan lagi negara.

Pertandingan yang di atas kertas seharusnya bisa dimenangi Indonesia untuk menambahkan gelar ke-4 di turnamen ini, ternyata berakhir anti klimaks bagi unggulan pertama asal Indonesia itu. Di final mereka harus mengakui keunggulan duo Luo-Luo, pasangan muda china non-unggulan. Kan jika berdasarkan teori seharusnya tidak sulit bagi pasangan kita untuk menghempaskan kejutan dari pasangan muda China non unggulan itu. Namun, olah raga, bulu tangkis terutama, bukan sekedar teori melainkan praktek. Di lapangan segala-galanya bisa berubah. Kematangan dan kesiapan baik secara fisik, stamina, juga mentallah yang nantinya akan menentukan keberhasilan seorang pemian. Sering kali, segudang pengalaman mampu membungkan semangat muda, namun tak jarang pula motivasi tinggi mematahkan pengalaman tsb. Nah, yang terjadi pada pemain Indonesia adalah kalah stamina dan mental. Okelah kalau faktor fisik dan staminabisa dilatih dengan semangat tinggi, tetapi yang lebih sering bermasalah ialah mental. Entah mengapa sering sekali pemain kita dikalahkan hanya dalam dua set dengan skor yang cukup mencolok di parti puncak padahal secara kekuatan merata. Bahkan, ketika telah mepimpin jauh di poin-poin kritis, malah sering kali terkejar dan akhirnya pertandingan pun menjadi milik lawan.

Kembali ke pertandingan antara Greysia Polii/Meiliana Jauhari dan duo Luo. Kekalahan mereka sebetulnya tidak begitu mengejutkan, pasalnya pasangan China yang meski bukan unggulan dan peringkatnya jauh di bawah pasangan Indonesia, namun secara kualitas perainan memmmang cukup berimbang. Yah sebagaimana kita mafhum bahwa China, terutama di sektor putri, masih teramat tangguh dan mendominasi dikancah bulu tangkis internasional. Regenerasi yang begitu cepat menempatkan China sebagai yang tertangguh. Masalah ranking yang jauh bisa jadi karena begitu ketatnya persaingan di negeri tirai bambu itu menyebabkan jarangnya beberapa atlet diturunkan sehingga poin yang didapat pun masih sedikit maka tak heran rankingnya bahkan belum menembus 100 besar. Akan tetapi, hampir bisa dipastikan bahwa dalam 1-2 tahun ke depan duo kembar Luo itu akan menembus tim utama dan meraih kesuksesan seperti senior-seniornya kini seperti Du Jing/Yu Yang, dll.

Meski demikian,apresiasi layak diberikan pada pasangan ganda putri kita yang telah berhasil menembus babak final. Bagaimanapun, lawan mereka berimbang. Dan, kekalahan ini bisa menjadi bahan evaluasi bagi pengurus PBSI untuk segera membenahi sektor putri terutama yang masih menjadi titik lemah bulu tangkis Indonesia. Karena toh meski kalah, mereka tetap fight terbukti dari pertandingan yag berlangsung hingga tiga set.

Indonesia Boyong 3 Gelar!

Thanks GOD, finally, they got many titles! Setelah cukup lama puasa gelar di negeri sendiri, akhirnya berhasil memborong 3 gelar dari 5 gelar yang diperebutkan di turnamen adiknya Indonesia Open ini. Hasil yang diperoleh di ajang GPG ini lebih baik dibanding di Indonesia Open mei lalu yang sama sekali tanpa gelar seperti tahun sebelumnya. Dan, ketiga gelar tersebut bahkan telah dipastikan sejak babak semi final saat para pemain Indonesia dipastikan saling bertemu di tiga nomor: XD, MD, dan MS. Artinya, 3 gelar dari 3 all Indonesian final. Menarik? tentu! Bangga? pasti! Tapi, ada sesuatu yng masih mengganjal.

Bukannya tidak senang apalagi bangga bisa menguasai turnamen yang digelar di rumah sendiri bahkan hingga menciptakan all Indonesia final, namun kebanggaan itu akan jauh lebih bermakna ketika prestasi tersebut bukan hanya sebatas di negeri sendiri melainkan juga di negara lain dalam ajang yang lebih besar. Bukan bermksud mengecilkan turnamen GPG ini, tetapi memang ajang ini masih terolong turnamen kelas 2, di bawah Super Series. Tentu akan lebih membanggakan jika prestasi serupa berhasil ditorehkan di ajang Indonesia Open. Apalagi sampai meniru China yang bahkan mampu melakukan sapu bersih tidak hanya di negaranya tetapi juga di luar China. Kan, meniru sesuatu yang baik bukanlah sesuatu yang memalukan toh.

Kembali ke Final GPG. Tiga final mempertemukan sesame pemain Indonesia: Pelatnas dan non-pelatnas. Di Ganda Putra (MD) mempertemukan pasangan pelatnas Bona Septano/M. Ahsan melawan Rian Sukmawan/Yonathan Suryatama yang dimenangi pasangan Bona/Ahsan dalam tiga set setelah Rian/Yonathan menngundurkan diri ketiaka kedudukan 18-17 untuk Bona/Ahsan akibat cedera yang dialami Yonathan sehingga tidak mampu melanjutkan pertandingan. Di tunggal putra (MS), Taufik Hidayat yang unggulan pertama ditantang juniornya Hayom Rumabaka, dan pertandingan ini pun berlangsung dalam tiga set untuk kemenangan Taufik. Sementara di ganda campuran (XD), pasangan yang masih terhitung baru Lilyana Natsir/Tantowi Ahmad mengalahkan pasangan Markis Kido/Lita Nurlita di final.

Bagi Bona/Ahsan, gelar ini menggenapi gelarnya di Vietnam GP. Sementara Hayom, final GPG ini menjadi salah satu hasil terainya tahun ini. Pun Lilyana/Tontowi yang semakin kompak. Semuanya diharapkan mampu melanjutkan prestasi terbaiknya bahkan segera menggantikan posisi senior-senior mereka yang sudah mulai lewat masa keemasannya, terutama karena faktor usia. Dan, sebagai pemain harapan masa depan, semuanya menunjukkan performa yang menjanjikan. Jika terus di asah di berbagai turnamen berikut disertai dengan latihan keras serta sisiplin, dan terutama menguatkan motovasi serta mentalnya, amat sangat terbuka jalan bagi para pemain Indonesia tersebut untuk bersaing menjadi yang terbaik. Bukan hanya dari kuantitas posisi ranking, namun juga dari segi kualitas. Setidaknya gengsi sebagai salah satu negara terkuat di cabang bulu tangkis masih terjaga.

Oleh karena itu, semoga tiga gelar ini bias menjadi motivasi tersendiri bagi para atlet khususnya dan PBSI untuk mempertahankan bahkan meningkatnkan prestasinya. Bagi PBSI terutama, sektor putri sudah saatnya mendapat perhatian khusus. Jangan sampai kita tertinggal oleh Thailand yang mempunyai seorang R. Inthanon, tunggal putri masa depan Thailand yang berhasil memenangi kejuaraan dunia junior tahun ini. Bagaimanapun, keberhasilan seorang atlet selain ditentukan oleh kemampuan dan motivasi pribadinya, tentu saja dipengaruhi pula oleh dukungan orang-orang sekitarnya. Kan toh keberhasilan seorang atlet, terutama di level internasional, nantinya akan menjadi kebanggan masyarakat Indonesia secara umum pula. Betapa bangganya melihat sang saka merah putih diderek seraya dikumandangkan lagu Indonesia Raya..aahh..semoga bukan hanya sekedar wacana atau mimpi. Semoga momen itu akan semakin sering ditemui ke depannya, yah, saat bulu tangkis Indonesia kembali ke masa kejayaannya. Semoga, segera. Segera, semoga. Semoga..aamiin! :))

Sinema 20 Wajah Indonesia: Mak Rasidah

Pemain : Deddy Mizwar, Aty Cancer, Hefri Olivian, Feby Febiola, Audhinatha

Sutradara :

Produksi : SCTV,

Sinopsis:

Adalah Rusdi, seorang direktur perusahaan besar asal minang yang suatu hari pulang kampung demi memboyong sang ibunda, Emak Rasidah, ke ibu kota. Di Jakarta, ia tinggal bersama Nadine (Febi Febiola), sang istri, dan Meriska (Audhinatha) anak perempuan semata wayang mereka. Nadine yang juga wanita karir dan satu perusahaan dengan sang suami, Rusdi, amat menyayangi mertuanya. Pun Meri yang juga menyayangi neneknya. Meski terbilang kolot, mak Rasidah sebetulnya seorang pribadi yang menyenangkan dan penyayang. Sebagai orang tua ia amat menyayangi anak-mantunya, dan sebagai nenek ia pun amat menyayangi dan mencintai cucu semata wayangnya. Ia pun merupakan seorang hamba yang taat.

Rusdi sendiri bersama sang istri dengan perusahaannya sedang terlibat kerjasama dengan Pak Husein (Deddy Mizwar), seorang pengusaha kayak yang lebih bahagia jika perusahaannya diresmikan oleh ibundanya jikalau masih hidup ketimbang dibuka oleh menteri atau pejabat setingkat lainnya. Sesuatu yang dianggap tak lazim oleh pasangan itu, namun begitulah Pak Husein. Bahkan, berkali-kali hasil presentasi prodak perusahaan Rusdi ditolak dengan alasan ada detail yang belum tergarap. Karena sekali lagi pak Husein menegasakan, ia lain dari orang biasa dan kebanyakan sehingga seleranya pun lain pula.

Semakin lama sang amak tinggal bersama keluarganya, semakin Rusdi merasa tak nyaman. Dari mulai cerita kancil mencuri ketimun hingga main perang-perangn dengan Meri, semua dipermasalahkan. Belum lagi sang amak yang senantiasa mengingatkan hal-hal remeh temeh yang sering kali terlupakan seperti berdo’a sebelum makan, mengaji, dll. Juga masalah makan, maklum sebagai orang Padang lidahnya terbiasa dengan makanan pedas sedang orang-orang di rumah Rusdi tidak terbiasa dengan masakan pedas. Suatu hari, Rusdi bahkan melarang sang amak memasuki kamarnya setelah mendapati lipstick Nadine patah. Bahkan di lain hari ia dengan ketus melarang sang ibu mengurusi anaknya lagi saat Mariska jatuh sakit dan kemudian dibawa ke rumah sakit pasca diajak mengelilingi Jakarta olehnya.

Rupa-rupanya waktu itu emak mengajak Nadine mengantarkan paket amanah orang kampung yang belum (juga) sempat tersampaikan oleh Rusdi. Makanya, Mak rasida yang kecewa nekat mengantarkan sendiri paket itu ke alamat yang dituju. Mak Rasida pun bahkan kecewa dengan sikap anak dan kerabatnya yang telah sukses namun dianggap hanya memikirkan diri sendiri saja tanpa bersimpati pada kerabatnya di kampung halaman yang hidup dalam keterbatasan.

Kekecewaan Mak Rasida membuatnya memutuskan untuk kembali ke Padang dengan hanya menitipkan sepucuk surat untuk Rusdi. Dalam suratnya, sang ibu mennyatakan beberapa kekecewaannya pada sikap sang anak yang dinilai kurang baik. Rusdi pun kemudian menyadari bahwa ia telah menyakiti sang amak. Kepada Nadine ia mengaku bahwa dirinya belaku seperti itu karena khawatir sang istri kurang sreg dengan sang bunda, padahal sebenarnya Nadine merasa tak keberatan karena ia pun menghormati dan menyayangi mertuanya tersebut. Belum lagi meri yang merasa amat kehilangan neneknya. Maka, kemudian mreka bertiga pun menyusul amak ke Padang, dan tinggal selama beberapa hari disana. Tak lupa, Rusdi bersimpuh memohnkan ampunan sang Bunda, dan Meri bahagia bisa kembali bermain bersama sang nenek.

Pesan Moral dari sinema ini sebetulnya sederhana saja yakni jangan sampai kesuksesan membuat kita lupa diri sehingga 'lupa' bahkan melupakan segalanya, masa lalu, orang tua, sanak famili, serta semua yang telah berjasa di masa lalu. Jangan sampai ada malin kungang malin kundang yang lain lagi deh..intinya mah. :)

--My Own Review--

Haduh..maaf yah sodara2 penulis belum sempat meriview nih, yah dalam waktu dekat akan segera penulis cantumkan reviewnya, sabar yaa.. (GeeR amat yah kayak bakal ada yg nungguin reviewnya aja! yah tapi ngarep mah boleh donk kan!? hahaha) :D

Sabtu, 16 Oktober 2010

Gunner's 8th Match on EPL 2010/2011

Arsenal Vs Birmingham









*Preview*
Laga ke-8 bagi Gunners, sekaligus laga come backnya sang kapten, Cesc Fabregas, setelah absen sejak menderita cedera pertengahan September lalu. Sejak itu, entah kebetulan ataupun tidak, the Gunners seakan dijauhi oleh dewi fortuna. Pasalnya belum sekalipun tim asuhan Arsene Wenger ini memenangi pertandingan di EPL; dari tiga pertandingan terakhirnya Gunners menelam dua kali kekalahan masing-masing oleh West Bromwich dan Chelsea serta ditahan imbang Sunderland. Bahkan kekalahan dari WBA diperoleh di hadapan pendukung sendiri, betapa menyakitkan. Maka tak heran jika kemudian laga melawan Birmingham ini menjadi begitu spesial. Karena selain digelar di Emirates, di laga ini pun sejumlah punggawa Arsenal yang sempat dihantam cedera beberapa waktu lalu sudah mulai bisa kembali dimainkan seperti Theo Walcott, Nichlas Bendtner, dll. Dan, laga ini pun sekaligus menjadi pembuktian bahwa tim asal London Utara ini masih amat layak diperhitungkan!

Kemenangan menjadi mutlak bagi Gunners untuk memperpendek jarak poin mereka dengan pemimpin klasmen sementara Chelsea yang mencapai tujuh poin. Terlebih, malam nanti Chelsea akan bertangdang ke Villa Park, markas Aston Villa yang baru sekali menelan kekalahan di laga kandang. Belum lagi absennya sejumlah pemain pilat ti asuhan Carlo Ancelotti itu seperti Drogba dan Lampard, yang sedikit banyak akan mempengaruhi jalannya pertandingan. Hal ini jelas menjadi keuntungan sendiri bagi Arshavin dkk., sebab sangat mungkin Chelsea akan terjegal dan kemenangan akan memangkas ketertinggalan mereka, itupun jika ingin tetap berada di jalur juara. Sementara itu, Manchester United dan Liverpool masing-masing menjamu WBA dan dijamu Everton. MU, meski bermain di kandang mesti tetap waspada jika tidak ingin mengalami hal yang sama seperti the Gunners saat dilumat di kandang sendiri. Pun Liverpool yang baru saja mendapat secercah motivasi baru pasca usainya kemelut kepemilikan mereka, harus berjuang keras menghadapi tuan rumah yang tak bisa sipandang sebelah mata. Terlebih lagi, laga antara Liverpool melawan Everton yang merupakan tim sekota yang biasa disebut derby Merseyside ini selalu menjadi salah satu laga terpanas di EPL.

Well, kita lihat saja apakah semuanya akan mendapat tambahan masing-masing 3 poin? Yang pasti laga nanti malam akan menjadi begitu penting bagi Arsenal mengingat lawan yang bakal dihadapi relatif lebih mudah dari rival-rivalnya. Namun, bukan berarti kerja Wenger dan anak asuhnya akan ringan-ringan saja karena Birmingham yang akan diperkuat oleh mantan punggawa Arsenal, Alexandre Helb, tidak akan membiarkan tuan rumah mengantongi tiga angka cuma-cuma. Jangan lupakan pengalaman menjamu WBA beberapa minggu lalu, jadi WASPADALAH, WASPADALAH! GO GUNNERS GO!!! :))

Selasa, 12 Oktober 2010

Satu Jam Saja

Pemain: Vino G Bastian, Revalina S. Temat, Andika Pratama, Marini, Rima Melati, Widyawati, Rano Karno, Imey Liem, Rini Yulianti
Sutradara: Ario Rubik
Produser: Rano Karno
Produksi: Karno's Film

*Sinopsis*
Tersebutlah tiga orang sahabat Andika (Vino GB), Gadis (Revalina Temat), dan Hans (Andika Pratama)yang telah bersama sejak SMA. Selayaknya kisah klasik persahabatan antar insan berlainan jenis, tumbuh cinta diantara manisnya persahabatan. Meski tak terucap, namun sebenarnya satu sama lain mampu merasakan perasaan yang diam-diam timbuh di antara mereka. Dan dua orang dari jenis yang sama di antara satu orang berlawanan jenis pasti menimbulkan kisah cinta segitiga. Ada yang bersambut, ada pula yang mesti rela bertepuk sebelah tangan.

Itulah yang terjadi pada Andika yang mestu bertepuk sebelah tangan karena Gadis, sahabat sekaligus perempuan yang dicintainya ternyata mencintai Hans, yang juga mencintainya. Meskipun begitu, tak ada ikatan cinta terjalin, apalagi janji yang terucap antara mereka selain persahabatan. Sampai suatu kali petaka muncul. Gadis dan Hans yang suatu kali hendak menyampaikan kabar gembira pada Andika ,yang mendapat beasiswa ke luar negeri, terjebak di tengah derasnya hujan karena mobil yang mereka tumpangi mogok. Di saat itulah peristiwa yang mengubah jalan hidup ketiganya itu terjadi. Hans dan Gadis melakukan hubungan terlarang hingga membuahkan janin dalam perut Gadis.

Gadis awalnya berniat menggugurkan janin tersebut karena Hans tak kunjung menampakkan batang hidungnya untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dan, Andika yang merasa bersalah dan memang mencintai Gadis bersedia melepaskan beasiswa yang amat dinanti-natikannya itu demi menikahi Gadis. Gadis awalnya menolak dengan dalih bukan Andika yang harus bertanggung jawab, namun semakin hari perut Gadis yang semakin membesar ditambah Hans yang tiba-tiba menghilang meluluhkan pendirian Gadis. Dengan penegasan bahwa Gadis takkan bisa mencintai Andika dan syarat tak tertulis bahwa Andika takkan menyentuh apalagi tidur sekamar dengan Gadis, menikahlah mereka.

Hans, yang masih menenangkan diri di rumah tepi pantainya, bergegas kembali ke Jakarta begitu mendengar bahwa Gasis telah menikah dengan Andika. Rasa bersalah tak kunjung menjauh darinya, malah semakin membayang-bayanginya setelah mendapati Andika, sahabatnya, yang justru menikahi Gadis yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya. Ia berusaha mencari tahu tentang keberadaan dua sahabatnya yang telah memiliki tempat tinggal sendiri pasca menikah, namun hasinya nihil. Sampai suatu ketika ia bertemu dengan Andika di sebuah bengkel. Saat bertemu, Andika kalap sampai-sampai ia diusir menjauhi bengkel. Hans, yang dikejar rasa bersalah bukannya menghindar justru malah mengikuti Andika seraya memohon maaf. Ia pun memohon agar bisa bertemu dengan Gadis untuk meminta maaf sekaligus bertanggung jawab. Andika yang kadung menikmati kebersamaannya dengan Gadis menolak dengan dalih mereka baru menikah sehingga malu bila tiba-tiba berpisah. Hans rupanya pantang meyerah, berkali-kali ditolak, berkali-kali pula ia memohon dipertemukan dengan Gadis hingga akhirnya ia menyewa seseorang untuk mencari tahu tempat tinggal Gadis dan Andika.

Sementara itu, kandungan Gadis yang telah memasuki bulan ketujuh ternyata mengalami masalah. Ia mengalami hipertensi yang bisa mempengaruhi kehamilan bahkan keselamatannya bila tidak ditangani dengan baik. Sang Dokter (Widyawati) meyarankan padanya untuk memberi tahu suaminya dan sering kontrol. Namun, Gadis yang kekeuh tidak memberitahukan perihal kondisi yang membahayakan janin dan jiwanya ini pada Andika, bahkan kontrol pun diabaikannya. Gadis yang dengan konsidinya tidak boleh kecapekan dan stres, menjadi syok tatkala mendapati Hans di depan pintu rumahnya. Ia menuduh Andika lah yang memberutahukan lokasi mereka tinggal pada Hans. Andika yang akhirnya mengetahui kondisi kesehatan Gadis yang sesungguhnya menjadi berang dan menyerang Hans tanpa basa-basi di kediamannya. Ia menyesalkan tindakkan Hans yang tidak sabaran dan dianggap hanya mementingkan dirinya sendiri. Sementara Hans berdalih ia melakukannya karena justru ia peduli akan semuanya, terlebih terus dihantui rasa bersalah yang membuat hidupnya tak tenang.

Gadis yang sempat memutuskan kembali ke rumah bundanya (Marini) akhirnya bersedia kembali ke rumah mereka bersama Andika, suaminya, dan ia pun mulai mencoba menerima kehadiran pria yang sekian bulan menemaninya itu, bahkan belajar mencintainya sebagaimana Andika terhadapnya. Kebahagian mulai merasuki kehidupan rumah tangga pasangan muda ini. Sayang, kebahagian itu tidak berlangsung lama pasalnya kondisi kandungan Gadis ternyata sudah amat menghawatirkan ketika suatu pagi Gadis mengeluhkan tidak dapat merasakan detak jantung bayi yang dikandungnya. Mereka bergegas memeriksakan kondisi Gadis ke rumah sakit. Celakanya, kondisi kandungan Gadis sudah teramat buruk sehingga terpaksa dilakukan operasi saat itu juga demi menghindari hal-hal yang lebih buruk. Sertelah menandatangani surat persetujuan operasi, Andika pun segera menghubungi bunda (Marini), ibunya (Rima Melati), dan tentu saja Hans.

Malang, konsidi yang sudah sebegitu parah membuat bayi yang dikandung Gadis bahkan tak sempat menghirup udara dunia ini karena ia telah meninggal di dalam kandungan enam jam sebelum operasi. Seolah kata pepatah sudah jatuh tertimpa tangga, ternyata kehilangan sang buah hati mesti silengkapi dengan kemungkinan kehilangan ibunya pula. Pasalnya Gadis yang mengalami pendaharan terancam tak bisa terselamatkan. Andika yang sempat bertemu Gadis berusaha tegar walau ia tahu harapan Gadis untuk bertahan amat tipis. Gadis yang masih sempat tersadar meminta dipeluk seraya meminta maaf belum mampu mencintai Andika sebagaimana ia mencintainya, pun ia pun memintakkan maaf untuk Hans seraya memintanya menyampaikan bahawa ia telah memaafkan Hans. Dan akhirnya Gadis pun menghembuskan nafas terahirnya dupelukkan Andika. Hans yang ternyata sedari tadi telah berada di ruang simana Gadis dirawat, akhirnya memeberanikan diri mendekat dengan berurai air mata. Andika kemudian meninggalkannya sambil mempersilakannya memeluk sang istri. Ia tahu benar bahwa Gadis memnag masih dan akan selalu mencintai Hans (yang ini sih kata penulis! hehehe).

Trailler



*****

*My Own Review*
Yah, as a melodrama, this movie as predicted, will be very mellow and tearful! Gak meleset meang, karena memang begitulah adanya, 1 Jam Saja itu melodrama yang berhasil ngasih efek mellow dan menguras air mata*. Alurnya mengalir maju mundur tidak berurutan. Gak masalah karena sequence nya masih tetep jelas kok gak aneh kayak sinema terahir yang penulis resensi. Diawali dan diakhiri oleh adegan dengan setting yang sama, kita dijak mundur untuk memahami konflik yang terbangun. Mulai dari kepergian Gadis; terjadinya hubungan yang merubah masa depan mereka; konflik batin Gadis, Hans, dan Andika; pernikahan tanpa cinta Gadis-Andika; bayang-bayang penyesalan Hans; pertemuan Gadis-Hans; kondisi Gadis yang semakin memburuk; sampai kepergian Gadis selama-lamanya, semuanya terekam dalam banyak scene sebelum diakhiri dengan obrolan penyeslan dua sahabat di atap gedung tinggi. Mereka sama-sama mengenangkan dan meyesalkan kepergian shabat sekaligus wanita yang dicintainya. Sebetulnya penulis sudah mulai bisa menebak akan seperti apa endingnya semenjak melihat adegan pembuka, bertambah kuat ketika dokter menyatakan kondisi Gadis bisa membahayakan keduanya. Terlebih penulis sempat membaca beberapa resensi yang mengindikasikan tidak berakhir dengan happy ending. Iya sih bakal sad ending, tapi jujur penulis gak nyangka kalau sumber kesedihannya adalah meninggalnya sang tokoh utama wanita. Penulis hanya berfikir, akan ada salah satu yang harus merelakkan untuk yang lain atau tidak memilih keduanya sama sekali. Tapi, penulis suka kok endingnya, maksudnya bagi penulis itu ending ang adil bagi semuanya. Tidak akan ada lahi yang menyakitu dan tersakiti. Tak akan ada lagi kebimbangan, kegamangan, rasa bersalah, rasa sungkan. Gadis akan selalu di hati mereka, kan repot juga jika ia masih hidup. Andika mencintainya, ia mencintai hans dan sebliknya, tapi ia telah menikah dengan Andika. Jadi, cukup adil bukan? Pun meninggalnya sang buah hati cukup bisa diterima. Kasian kan kalau ia tetap hidup sementara sang Ibu telah meninggalkannya. Salah-salah sudah besar ia diperebutkan oleh suami ibunya, ayah kandungnya, dan bisa jadi neneknya. Selain itu, awalnya penulis fikir kisahnya akan dituturkan dari mulai mereka zaman masih sahabatan baru maju-maju sampai kembali ke atap, namun ternyata scene masa lalu mereka hanya ditampilkan lewat cuplikan-cuplikan kilas balik yang hanya beberapa menit saja!

Sejujurnya, penulis kurang suka chemistry antara Andika-Gadis, tapi yah tidak begitu menganggu sih karena itu mah lebih cenderung subjektif! hehe. O,ya, soal menguras air mata iya penulis setuju film ini emang sedih (seperti udah digambarin dari awal cerita), kalay Vino bilang drama sedrama-drama nya. Drama kan identik sama kisah cinta, mengharu biru, sedih, mellow deh pokonya. Gak sedikit penonton yang tak bisa mnegendalikan air matanya apalagi di adegan puncak pas Gadisnya meninggal itu tapi entah mengapa mata penulis kering-kering aja tuh. Bohong kakau penulis gak sedih, tapi itu tadi gak sampai bikin air mata netes barang setetes. Apa penulis yang kurang dapet feel nya apa gimana yah? heu. Beda gituh waktu penulis nonton ALNI, wihh..susah deh buat mengendalikan tuh air mata sekalipun udah dil luar bioskop! Tapi sih kayaknya lebih karena emang begitulah tempo film drama, udah gak begitu aneh kali yah jadi kesannya biasa aja. Tapi, overall, film ini layak diapresiasi kok, akting pemainnya tetep memikat kok apalagi Vino nya...selalu bikin betah! hehehe. Film ini juga sekaligus karya come back-nya Rano Karno dengan PH karno's filmnya. Well, buat kamu-kamu yang lagi mellow and butuh ngeluarin air mata, nih flm cocok BGT buat kalian.. pun untuk pecinta film di tanah air, ayooo gak rugi deh liat kisah Andika-Gadis-Hans.. #LoveIndonesiaMovie# :))

Minggu, 10 Oktober 2010

Sinema 20 Wajah Indonesia: Ulos Simalakama

#trailler#



Tayang : Sabtu, 08 Juli 2010
Pemain : Yama Carlos, Ghea d’Syawal, Renita Sukardi, Asrul Dahlan, dll
Sutradara : Eduart Pesta Sirait
Sinopsis :
Ulos Simalakama berkisah tentang Togar (Yama Carlos), seorang mahasiswa tingkat akhir yang sedang menyusun skripsi tentang kehidupan PSK. Sebagai bahan riset, ia pun memutuskan untuk terjun langsung ke dunia mereka. Akhirnya suatu keadaan mempertemukannya dengan Sumi (Renita Sukardi), wanita Jawa yang terpaksa melacur di Sumatera Utara, yang notabene jauh dari tanah kelahirannya. Ia menolong Sumi yang sedang dalam kesulitan serta menghadiahinya Ulos pemberian Inangnya (baca: ibu). Kebaikan hatinya membuat Sumi jatuh hati padanya hingga akhirnya terjadilah perbuatan yang diluar kendali mereka.

Beberapa waktu kemudian, Togar yang telah mengajar sebagai guru di sebuah SMA pun dipanggil pulang karena inangnya sakit. Sebelum ajalnya menjemput, sang inang memintanya untuk menikahi Saidah (Ghea d’Syawal), tetangganya, dan menikahlah mereka. Tak lama setelah menikah, Saidah mengandung, namun sayang anak mereka meninggal sebelum sempat dilahirkan. Tetapi kesedihan mereka terobati dengan hadirnya tiga putri di tengah-tengah keluarga mereka.

Sementara itu, perbuatan terlarang Sumi-Togar rupanya telah membuahkan seorang putra yang diberi nama Chandra. Sejak mengandung, ia pun memutuskan untuk tidak melacur lagi sampai-sampai diusir dari kamr tinggalnya. Togar, yang bermaksud mengambil kembali ulos pemberiannya pada Sumi yang ternyata diperuntukkan untuk anak pertamanya itu, akhirnya mengetahui jika Sumi telah melahirkan serang putra. Dan, betapa kagetnya ia saat Sumi mengatakan bahwa Chandra ialah anaknya, ia menuding sebagai seorang PSK, tentu banyak yang telah melakukan hal serupa dengannya. Namun, Sumi meyakinkan bahwa sanya seorang ibu takkan pernah ragu siapa bapak dari anaknya sekalipun ia tidur dengan banyak pria. Togar tak bisa mengelak, tetapi ia pun enggan mengakui anak itu, katanya benih yang ditanam di ladang orang biarlah jadi milik si pemilik lading. Maka, sejak saat itu putuslah hubungan antar Togar, Sumi, dan anak lelakinya itu.

Belasan tahun kemudian, Togar diangkat menjadi kepala sekolah di sebuah SMA. Tak dinyana, di skolah itu pula Chandra, anak Togar dan Sumi, bersekolah. Sumi yang mulanya hadir di acara penyambutan kepala sekolah baru seketika memilih pulang menghindar tatkala menyadari bahwa yang disambut ternyata Togar. Togar sendiri pun yang kemudian menyadari kehadiran Chandra menjadi berang, terlebih setelah mengetahui keakraban Chandra dengan Tiara, anak pertamanya dengan Saidah, yang ternyata teman sekelas. Ia akhirnya menemui Sumi, dan sepakatlah mereka memindahkan Chandra meskipun sangat tanggung bagi ia yang duduk di bangku kelas tiga. Sebenarnya, Chandra dan Tiara sama-sama menyadari ada yang tak beres, tapi toh mereka hanya bisa merabatanpa tahu fakta yang sebenarnya.

Kepindahan Chandra bukannya membuat suasana membaik, justru malah membuat semuanya semakin runyam. Salah seorang teman sekelas di sekolah barunya ternyata mengetahui masa lalu Sumi yang seorang pelacur. Hancurlah hati Chandra ketika kemudian ia dikatai sebagai anak pelacur. Dengan perasaan sedih bercampur marah ia pulang ke rumah dan menumpahkan semuanya di hadapan sang ibu. Sumi yang diungkit masa lalunya menjadi begitu sedih sampai akhirnya terungkaplah sebuah pengakuan dari mulutnya tentang siapa ayah Chandra yang sebenarnya. Chandra kaget, namun juga sedih ketika ibunya menegaskan bahwa Togar, ayahnya, tak mau menerimanya sebagi anak.

Ia pun mengngkapkan semua rahasia ini pada Tiara. Tiara yang sejak dari awal bersimpati pada Chandra, bukannya marah atau membenci Togar, justru turut mencari solusi. Bahkan ia membantu agar Togar mau mengakui Chandra, sahabat sekaligus kakak tirinya. Berkat campur tangan Tiara lah akhirnya ibunya mengetahui rahasia besar ini. Dan, seperti juga Tiara, ibunya pun menerima semua ini sebagai takdir. Saidah malah meminta Togar untuk menyematkan ulos pemberian inangnya itu pada Chandra, dan akhirnya meski sulit Togar pun mengakui bahwa Chandra adalah anaknya. Saidah dan ketiga anaknya yang lain pun menerima fakta itu. Dan kisah ini pun ditutup dengan adegan Saidah “menggendong” Chandra.

#My Own Review#
Secara ide cerita dan pemain, sinema kali ini tidak menganggu penulis. Maksudnya keduanya okok aja bagi penulis, yah kecuali beberapa logat batak yang dirasa kurang terdengar dari beberapa pemain. Tapi, yang mengganggu penulis adaah sequence atau urutan ceritanya. Entahlah penulis heran apa yang salah dengan penempatan urutan adegan, atau memang begitu!?! Jadi begini loh urutan adegannya dari pertama penulis menyaksikan (sayang penulis kehilangan beberapa scene awal, tapi penulis yakin gak banyak koq):
  1. Togar bertemu Sumi, berinteraksi, sampai terjadi hal itu.
  2. Togar diminta pulang, menikah, Saida hamil, melhirkan tetapi anaknya meninggal.
  3. Saat Saidah hamil besar, Sumi diceritakan baru memeriksakan kehamilannya ke dokter sambil meminta surat keterangan mengidap sipilis agar tidak bisa melyani tamu lagi.
  4. Saida dan TOgar sedng menunggu kelahiran anak kedua.
  5. Perut Sumi mulai kelihatan mebesar, sampai kemudin melahirkan, dan Togar menukar ulos yang awal dengan ulos baru.

Dari sana adeganberjalan normal, tanpa suatu keganjilan berart. Cuma yah itu lima urutan adegan di atas yang bikin penulis puter otak, gimana mungkin Sumi baru hamil setelah Saidah hamil yang kedua, dan sempat melahirkan meski kemudian bayinya meninal. Artinya ada jarak sekitar 8-9 bulan, belum termasuk tenggang waktu dari menikah dan hamil bisa mencapai 10-12 bulan. Masa iyah Sumi baru hamil hmpir satu tahun setelah melakukannya dengan Togar. Kan, Chandra pun diceritakan sebagai teman sekelas Tiara, yang berarti seumuran. Gak jadi masalah kalau Togar bertemu Sumi setelah menikah, tapi kan mereka ternyata bertemu ketika Togar masih jadi mahasiswa, sebelum menikah dengan Sumi. Aatau bisa jadi meang begitu adegannya, dan mereka meski bertemu sebelum pernikahan Togar dengan Saidah, namun baru melakukannya setelah pernikahan itu. Tapi, kalau begitu kenapa adegan flash back nya idak dijelaskan atau dirunutkan dengan baik yah, biar penonton sperti penulis ini pun tidak kebingungan. Jujur meski secara keseluruhan tak ada masalah, namun alur yang bagi penulis gak runut di tengah itu cukup amat sangat mengganggu. Kurang tahu juga yah kalau ternyata hanya penulis yang menyadari dan mempermasalahkan halite, bisa jadi memang penulis kurang mampu menangkap alur maju-mundurnya yang disajikan di kisah ini, mohon maaf jika memang demikian. Tapi yang pasti bagi penulis pribadi, agak cukup sulit memahami alur kisah Ulos Simalakama ini.

Yang menarik bagi penulis, justru tokoh Chandra dewasa yang bagi penulis berperan dengan cukup baik. Sementara Tiara justru malah lebih luwes ketika suatu kali mengucapkan dialog berlogat sunda “jangan atuh akang!”. Kalau pemain yang lain seperti Yama Carlos, Renita Sukandi, Ghea, Asrul Dahlan, dan pemain senior lainnya sih yah gak mesti diobrolin lagi lah bagi penulis mah. Sementara yang agak menganggu selain alur tadi, penulis juga kurang suka kualitas gambarnya euy! Gak tau deh, kan selama ini setahu penulis kualitas S20WI ini hampir sama dengan Film bioskop, pun kualitas gambarnya. Namun, di Ulos ini penulis seperti melihat FTV biasa. Sorry .

Terlepas dari berbagai kekurangan dan kelebihan dari segi teknis itu, sinema ini tetap mempunyai suatu misi tersendiri, yakni memperkenalkan adat Batak. Kan seperti tujuan utama program S20WI ini dibuat, yang kan ditonjolkan adalah cerita dengan latar belakang adat istiadat yang ada di Indonesia ini. Sejauh ini, S20WI telah mengangkat kisah-kisah dari Batak, Bugis, Sunda, dan Jawa. Kita nantikan saja S20WI selanjutnya yang mungkin akan berkisah tentang budaya Bali, Papua, dan daerah lain yang belum terangkat. Semoga, semoga. 

Sabtu, 09 Oktober 2010

Penghargaan Bergengsi Saudagar Maut

Y! Newsroom - Sabtu, 9 Oktober

JIKA ilmuwan sejati merasa bersalah dengan temuan, maka hasilnya adalah manfaat bagi dunia sepanjang masa. Itulah yang terjadi pada Aflred Bernhard Nobel si penemu dinamit kelahiran Swedia 21 Oktober 1833, yang kemudian menghasilkan penghargaan paling bergengsi untuk berbagai tokoh di dunia, yaitu Nobel.

Pada 10 Desember 2010 mendatang, penganugerahan Nobel kembali akan berlangsung di Swedia dan Norwegia. Diambil dari nama belakang Alfred Bernhard Nobel, penghargaan ini memanglah lahir setelah munculnya sisi negatif dinamit, maha karyanya.

Ketika menciptakan bahan peledak itu, Alfred hanya berfikir untuk membantu pekerjaan konstruksi. Memang, semula dinamit itu digunakan sesuai harapan Alfred. Karyanya ini juga membuahkan limpahan kekayaan padanya. Alfred menjadi salah seorang industriawan terkenal, memiliki 90 pabrik dinamit.

Ternyata, dinamit juga menjadi salah satu alat pembunuh yang paling kejam. Mulai dari peperangan yang menebar kematian, hingga pada kegiatan terorisme yang menyebar ketakutan ke segala penjuru dunia. Itulah sebabnya, Alfred sempat dikecam sebagai "Saudagar Maut". Inilah yang paling disesalinya.

ALFRED wafat pada 10 Desember 1896. Setahun sebelumnya, Alfred sempat menebus rasa bersalahnya. Dia menghibahkan hartanya untuk perkembangan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi dunia lewat Institut Nobel.

Lalu didirikanlah lembaga untuk memberikan penghargaan tertinggi bagi perdamaian, sastra, kimia, kedokteran dan fisika. Lima tahun setelah wafat, tepatnya pada 1901, berdirilah Nobel Foundation. Pada 10 Desember di tahun itu, diberikan penghargaan pertama untuk enam tokoh.

Salah seorang peraih Nobel yang terkenal di masa itu adalah Jean Henri Dunant dari Swiss yang sangat berperan dalam dalam mendirikan Komite Palang Merah Internasional. Selain itu ada Frederic Passy dari Perancis, yang adalah pendiri utama Inter Uni Parlementer dan juga penyelenggara utama pertama Kongres Perdamaian Universal.

Pada 1968, ada penambahan kategori penghargaan yaitu ekonomi yang pada 1995 dinamai ilmu sosial. Di sini terbuka kesempatan untuk bidang ilmu politik, psikologi, dan sosiologi.

Kini Nobel menjadi penghargaan paling berkelas di dunia. Untuk memperoleh penghargaan nobel tak gampang, harus melalui penilaian dari 3000 orang terpercaya dari berbagai kalangan yang kredibilitasnya sangat terpercaya. Peraihnya tentu saja tokoh yang sanggup membawa perubahan pada dunia menuju kebaikan.



PADA 10 Desember mendatang, kembali penghargaan Nobel akan mewarnai dunia. Pemberian Nobel ini digelar di Stockholm Concert Hall, Swedia. Sedangkan untuk penghargaan perdamaian di Oslo City Hall, Norwegia.

Sejumlah tokoh penerima Nobel sudah diumumkan. Di antaranya ada Mario Vargas Llosa memenangkan Penghargaan Nobel 2010 dalam bidang Sastra. Warga Peru berusia 74 tahun ini adalah penulis Amerika Latin paling terkenal. Akademi Swedia menilai karyanya tentang kartografi memiliki struktur kekuatan dan gambaran tajam perlawanan individu, pemberontakan, dan kekalahan.

Dua di antara lebih 30 karyanya adalah The Green House dan The War of the End of the World. Sekretaris tetap Akademi Swedia, Peter Englund, menyebutnya sebagai pencerita berbakat "hadiah Tuhan". Buku-bukunya telah diterjemahkan ke 31 bahasa.

Pujangga di bidang bahasa Spanyol penerima Hadiah Cervantes pada 1995-- ini tak lain adalah kandidat dalam pemilihan presiden tahun 1990 di Peru. Dia kalah dari Alberto Fujimori. Saat ini, Vargas mengajar di Princeton University, New Jersey, AS.

Selain Vargas, ada Richard F. Heck, Ei-ichi Negishi dan Akira Suzuki. Trio ini memenangkan Penghargaan Nobel 2010 dalam bidang Kimia untuk karya mereka dalam sintesis organik. Royal Swedish Academy of Sciences menyebutkan penghargaan itu wujud penghormatan pada penelitian dalam mengembangkan kopling silang paladium-katalis di dalam sistem organik. Penelitian mereka ini digunakan pada obat-obatan, agrikultur dan elektronik.

Richard Heck, 79 tahun, adalah ilmuan dari Amerika. Dia seorang profesor emeritus Universitas Delaware. Adapun Ei-ichi Negishi, 75 tahun, dan Akira Suzuki, 80 tahun, adalah dua ilmuwan Jepang. Negishi adalah profesor kimia di Universitas Purdue, West Lafayette, Indiana. Sedangkan Akira Suzuki, adalah profesor di Universitas Hokkaidodi Sapporo, Jepang.

Untuk bidang fisika, Nobel diraih dua ilmuan Rusia yaitu Andre Geim, 51 tahun, dan Konstantin Novoselov, 36 tahun. Geim adalah warga negara Belanda, sedangkan Novoselov memegang dua kewarganegaraan, Inggris dan Rusia. Mereka lahir di Rusia dan memulai debut fisikanya juga di Rusia.

Mereka pertama bekerja sama di Belanda. Kemudian pindah ke Inggris. Di sinilah mereka mengisolasi grapheme pada 2004. Kemudian melahirkan selotip super untuk mengisolasi grapheme. Ini sebuah bentuk karbon hanya setebal satu atom, tetapi lebih kuat 100 kali lipat dari baja.

Percobaan ini mengarah pada perkembangan superstrong baru dan bahan ringan yang dapat digunakan untuk membuat satelit, pesawat terbang dan mobil. Diperkirakan, temuan mereka akan melahirkan perkembangan elektronik yang inovatif, termasuk layar sentuh transparan, komputer yang lebih efisien dan sel surya.

Kemudian, Nobel Kedokteran diterima Robert G. Edwards. Ahli fisiologi dari Inggris yag berusia 85 tahun ini dinilai berprestasi dalam temuan kesuburan in vitro. Dari penelitiannya bersama Patrick Steptoe inilah yang menyebabkan kelahiran bayi tabung pertama, Louise Joy Brown, pada Juli 1978.

Komite Nobel Kedokteran menyebutkan karya Edward membawa kebahagiaan bagi orang-orang yang mengalami masalah kesuburan di seluruh dunia.

KONTROVERSI datang dari Nobel Perdamaian yang kali ini diraih Liu Xiaobo. Pemerintah Cina menyebut Liu sebagai seorang penulis pembangkang dan diganjar 11 tahun penjara pada Desember 2009. Penghargaan kepada profesor sastra Cina ini akan menarik perhatian dunia terhadap catatan Hak Azazi Manusia di Cina.

Nobel ini tentu saja menjadi tamparan keras bagi Pemerintah Cina. Itulah sebabnya, Pemerintah Cina pernah menyebutkan pemberian hadiah kepada Liu akan merusak hubungan antara Norwegia dan Cina. Sebaliknya, mantan pemenang hadiah perdamaian Uskup Desmond Tutu, pemimpin spiritual Tibet Dalai Lama dan Vaclav Havel malah menyerukan agar Liu mendapatkan penghargaan.

Pemilihan Liu sebagai pemenang juga menunjukkan penghargaan Nobel perdamaian ini telah kembali ke jalur sebenarnya. Sebab, tahun 2009, penerima anugerah ini adalah Presiden Amerika Barack Obama. Pilihan ini mendapat kecaman dunia.

Sebab, Obama belum mengantongi catatan yang kuat untuk dalam penegakan HAM. Dia tak bisa disetarakan dengan Nelson Mandela yang meraih Nobel Perdamaian pada 1993. Presiden Afrika Selatan ini yang cukup keras perjuangan dalam menegakkan HAM di negaranya.

Memang tak boleh ada cela untuk Nobel yang prestisius.

Nurlis Effendi

siambil dari http://id.news.yahoo.com/yn/20101008/twl-penghargaan-bergengsi-saudagar-maut-311bf9a.html