Minggu, 20 Mei 2012

Broken Heart: Antara Keikhlasan & Ketulusan


Kisah klasik percintaan berbalut konflik persahabatan dengan penyakit sebagai bumbunya.  Kalau bukan factor aa Reza, entah penulis masih berminat atau tidak.  Sekali lagi, yang pertama dan terutama yakni factor aa Reza, yang kedua faktor Melly Goeslow *suka sama soundtrack aransemenan doski*.  Lanjutin ya, jadi ceritanya seorang editor cantik nan seksi *gak percaya nonton aja, tapi awas JANGAN BAWA ANAK KECIL* bernama Olivia (Julie Estelle) baru saja ditinggal tanpa kabar oleh sang kekasih, Jamie (Reza Rahardian).  Di saat itulah seorang penulis Best Seller benama Aryo (Darius Sinatrhya) pun muncul “mengganggu” hari-harinya.  Sempat mengalami penolakan, toh ekdekatan antara dua insane yang kemudian saling mencintai itu pun tak dapat terhindarkan.  Jadi, tak ada Jamie, Aryo pun jadi!

Selain ketiga tokoh di atas, porsi tokoh lain seperti geng gong-nya si Oliv sama keluarganya Jamie cuma dapet jatah yang kayaknya gak lebih dari 10 menit dari durasi yang sampai 90 menit.  Keliatan kan kalau ketiga tokoh saling terkait dengan seolah-olah menempatkan Oliv di tengah-tengah segitiga siku-siku.  Okay, kita ibaratkan hubungan ketiga tokohnya dengan segitiga.  Andaikata si segitiga dianggap siku-siku, maka Oliv di tengah.  Namun, jika ia sama sisi berarti semuanya bisa menjadi pusat.  Akan tetapi, penulis sendiri lebih sepakat menamai segitiga ini sebagai segitiga sama kaki dengan Jamie yang berada di tengah-tengahnya. 

Kenapa Jamie? Karena Olivia adalah kekasihnya, sementara Aryo  adalah sahabatnya.  Rasa sayang keduanya ke Jamie sama besarannya dengan rasa sayang Jamie pada keduanya.  Tapi, Oliv dan Aryo pun kemudian saling menyayangi dengan kadar yang berbeda dengan rasa sayang Aryo-Jamie ataupun Oliv-Jamie.  Seiring waktu hubungan mereka sampai pada titik terumit bak hubungan Irwan-Sika-Fey Pilih-Pilih Mnatu *laah*.  Jamie yang awalnya meminta Aryo untuk mencintai Oliv ehh tiba-tiba malah memintanya memutuskan Oliv yang baru aja sembuh dari luka karena ditinggal Jamie.  Padahal Aryo udah kadung sayang ma Oliv, pun sebaliknya.  Di titik yang jadi klimaksnya ini yang paling agalau adalah Aryo yang dihadapkan pada pilihan klasik: Persahabatan atau Cinta.  Nah, yang paling egois ya Jamie.  Oliv? Paling innocent, objek, yang cuma tahu-tahu ada cinta baru, tahu-tahu patah hati lagi.

Kenapa coba Jamie kudu merelakan Oliv dipacarin Aryo, sahabatnya sendiri?  Apalagi kalo bukan karena si Jamie ini divonis menderita Anorexia Nervosa.  Penyakit yang digambarkan bikin doi gemetar, perut membuncit, bibir pias sepias-piasnya, muka udah bikin gak nafsu *eehh*.  Jadi tadinya si Jamie pengen ada yang gantiin ngejagain dan membahagiakan Oliv, apalagi ketika ia sudah tiada *maklum divonis gak lama lagi oleh dokter, konon*.  Tapi, seiring waktu ia masih gak rela melihat wanita yang dicintainya makin mesra dengan sahabatnya sendiri.  Tidak jelas juga mengapa si Jamie ujug-ujug mengidap penyakit ini.  Sampai akhirnya Jamie minta mereka putus, Aryo gak tahan untuk membongkar semua rahasia tentang dirinya dan Jamie, Jamie yang pingsan ‘kabur’ ke Semarang, Aryo yang menyusul di tengah kepanikan kemudian……*apa coba??* enk ink enk…seratus buat Anda!  Something happened to one of them! Totally fatal!  Penasaran? Nonton gih ke bioksop terdekat kesayangan Anda! J

***
Well, nonton film ini jujur aja penulis sedikit kecewa.  Kecewa dalam artian apa yang penulis tonton itu tidak sesuai dengan ekspektasi penulis.  Katanya aa Reza main di film ini karena ada faktor apalah gitu mengingat ini jenis genre film romantic yang klasik.  Persahabatan dan penyakit, mau gak klasik gimana, iya gak sih?  Penulis fikir dengan tiga pengisi jajaran cast utama film ini bakal memberikan sesuatu yang lebih dari sekedar kisah cinta, drama romantic kebanyakan dengan plot dan formula yang hamper sama.  Tapi ternyata?  Kalau gak mau dibilang sama, ya gak jauh beda lah begitu.  Malah, penulis cenderung banyak merasa bosan di beberapa scene, terutama yang meilbatkan Jamie dan Aryo.  Beberapa scene lainnya pun, kayak pas di awal saat Aryo PDKT ke Oliv, berasa terlalu slow.  Okay, penulis akui di beberapa scene emang berhasil mengundang air mata penulis, tapi seperti kata temen penulis “that’s it, setelah nangi the ya udah gak ada perasaan apa-apa lagi”, dan memang begitulah adanya.  Selain itu, penulis rada kurang sreg dengan pemilihan Darius di tokoh Aryo.  Ini sih personal ya, karena kadung melekat kalo doi sudah beristri dan beranak tiga, kayaknya bakal jauh klebih berasa dilemanya kalau yang main itu Vino G. Bastian atau Fedi Nuril misalnya, misalnya lho.  Ada lagi, penulis juga gak begitu paham ya kenapa tuh cast ceweknya mesti berkostum serba mini begitu.  *to be continue*


Tidak ada komentar: