Rabu, 08 Juni 2011

Hati Merdeka (Merah Putih 3)


Cast: Lukman Sardi, Donny Alamsyah, Darius Sinathrya, Teuku Rifnu Wikana, Rahayu Saraswati, Asri Nurdin, Nugie, Michael Bell, Ranggani Puspandaya, Arifin Putra

Sutradara: Yadi Sugandi dan Connor Allyn

Synopsis:

Mengambil Bali sebagai setting utama cerita, kali ini Amir (lukman Sardi), dkk., mendapat misis untuk menghabisi pemimpin pasukan Belanda yang terkenal dengan kekejamannya, Koloner Raymer (Michael Bell). Adegan dibuka dengan terbunuhnya Budi (Aldy Zulfikar) yang (entah sengaja atu tidak) ditembak Amir saat melakukan penyamaran dan penyusupanbersama Marius (Darius Sinathrya), Dayan (T. Rifnu Wikana), dan Senja (Rahayu Saraswati) ke kedai makan Belanda untuk mencuri peta jalur pelayaran pasukan Belanda. Ketika Marius telah berhasil menyalin peta dan mereka bersiap melarikan diri, Budi tiba-tiba saja terciduk dan dihakimi oleh tentara Belanda yang ada di kedai itu. Amir dan Tomas yang siaga mengawasi pergeraan rean-rekannya kontan saja segera melakukan perlawanan dengan menembaki sang Belanda. Nahas, dalam kondisi semrawut salah satu tembakan Amir justru bersarang di dada Budi hingka ia pun tersungkur, gugur. Beruntung, Tomas, Marius, dan Senja berhasil meloloskan diri meskipun sesat setelah tertangkapnya Budi jejak merekapun terendus dan hujan tembakan mengiringi pelarian diri mereka. Setelh kejadian itu, Amir dkk mendapat kesempatan untuk libur selama beberapa hari.

Amir, yang merasa bersalah atas terbunuhnya Budi memilih pulang ke kediamannya sejenak untuk menenangkan diri. Selain mumpung sedang berada di Jogyakarta, kampung halamannya, Melati (Astri Nurdin) sang istri pun tengah hamil tua. Ia merasa sudah waktunya ia selalu berada di sisi Melati yang akan melahirkan dalam waktu dekat. sementara di tempat lain, hubunga Tomas-Senja semakin hangat meskipun sempat terganggu kehadiran -aduh lupa namanya- (Arifin Putra) yang menyulut perkelahian dengan Tomas dan bahkan Marius serta Dayan. Marius sendiri di malam perkelahian itu sedang dalam keadaan mabuk setelah terngiang masa lalu bersama kedua orang tuanya ketika ayahnya (Piere Pangau) memaksanya untuk masuk KNIL di Maluku dan membuatnya melawan bangsanya sendiri. Karenanya ia kerap berselisih paham bahkan mendapat ‘siksaan’ fisik dari sang ayah. Beruntung ia memiliki ibu (Marini) yang sangat menyayanginya. Sementara Tomas, mulai mencemaskan keselamatan Senja jika ia terus bergabung dengan pasukan Ami CS, ia yang hendak menyeriusi hubungan mereka ke jenjang pernikahan meminta dengan halus padanya untuk menetap saja di Yoyga sampai misi Amir CS berakhir. Permintaan yang serta merta ditolak oleh Senja dan bahkan malah membuatnya merasa diremehkan hingga membuat hubungannya dengan Tomas mendingin beberapa saat.

Amir-Melati menanti kelahiran anak pertama



Tomas-Senja yang semakin menghangat (baca; mesra)

Meski tanpa kapten Amir, Tomas dkk tetap meanjutkan misi tersebut. Mereka punya alasan tersendiri dibalik alasan nasionalisme dalammisi tersebut. Tomas dengan dendamnya atas pembantaian keluarganya di Manado sana yang ternyata diotaki . Sementara Dayan merasaperl menumpas sang Kolonel yang hendak memporak-porandakan Bali, daerah asalnya. Dengan menggunakan kapal laut sewaan yang dinahkodai pribumi, merekapun memulai pelayaran Jawa-Bali nya. Pelayaran mereka berjalan lancar-lancar saja sampai ketika hampir tiba di pulau Dewata, tiba-tiba saja kapalnya sudah dihadang oleh kapal KNIL. Bahkan, para awakkapa yang menyertai merekapun malah menyerangnya dengan alasan bayaran ang diberikan oleh pihak Belanda jauh lebih besar. Maka, pertarungan di tengah lautan pun tak terelakkan. Tomas, Marius, Dayan, dan Senja mesti berjuang melawan para awak kapal yang berkhianat berikut pasukan KNIL yang dilengkapi meriam-meriam yang memporak-porandakan kapal mereka. Walhasil, sisa perjalanpun mesti mereka tempuh dengan berenang. Sesampainya di pantai, gempuran senjata belum berhenti memborbardir mereka. Bahkan, Marius sempat terpelanting hingga membuatnya terluka hingga tak sadrkan diri saat hendak menyelamatkan Hilda, senjata besar kesayangannya.

duet Tomas-Dayan pasca kepergian Amir

kapal yang mengangkut Tomas dkk.

Pingsannya Marius membuat mereka beristiahat sejenak di tengah hutan yang dilai cukup aman sambil mencari bantuan dari masyarakat setempat. Marius yang baru saja sadarkan diri malah mencari gara-gara dengan nekat mencium Senja yang sama sekali dlam posisi tidak siap ntuk menghindar. Hal ini sempat menimbulkan kesalahpahaman bagi Tomas yan secara tidaksengaja menyaksikan pemandangan tadi. Namun, hal itu tidak berlangsung lama, dan mereka pun segera meneruskan perjalanannyamenuju kampung terdekat. Setelah berjalan cukup lama merekapun mendengar jeritah dan rintihan dari sebuah rumah di tengah hutan. Setelah digrebeg ternyata sebuah keluarga tengah dibantai oleh pasukan KNIL. Tomas cs pun segera bertindak dan melumpuhkan para tentara satu per satu. di dalam rumah tersebut ditemukan beberapa mayat berlumuran darah dari orang tua hingga bayi dalam ayunan pun semanya tewas mengenaskan berlumuran darah kecuali seorang wanita muda yang masih bertahan hidup dengan ketakutan yang amat sangat. Di tengah perhatian meraka pada wanita muda tsb tanpa sadar seorang tentara Belanda yang masih tersisa menusukkan semacam bambu tepat di punggung menembus dada Marius yang langsung roboh seketika. Tomas dkk pun segera menghabisi sang penusuk sambil meminta (bahkan mendesak saking paniknya) sang wanita menunjukkan dokter terdeat untuk menyelamatkan nyawa Marius yag tengah sekarat karena kehabisan banyak darah.

Senja, sang penyayang


Sementara itu, di Yogya, Amir yang pada awalnya memang merasa nyaman ‘melepas’ jabatannya sebagai tentara belakangan menyesali keputusannya. Walaupun pada awalnya ia berusaha menghapus rasa ‘kangen’ nya akan aktivitas ketentaraannya beserta kawan-kawan seperjuangannya dari Melati, namun toh Melati tidak buta dan tidak menutup mata akan kerinduan suaminya yang teramat sangat terhadap profesi tentaranya. Maka, dengan berat hati ia pun melepas sang suami utuk menyusul rekan-rekannya guna kembali berjuang bersama mereka degan satu permohonan agar ia segera menyelesaikan misi dan secepatnya kembali ke sisi Melati dan anak mereka. Dan dengan restu sang istri, Amir pun bergegas menyusul Tomas dkk., dengan menumpang perahu nelayan (wuihh Jawa-bali pake parahu nelayan jek!).

Di lain pihak, setelah Senja berhasil meykinkan dan menenangkan gadis yang diketahui bernama Dayu (Ranggani Puspandaya), merekapun segera melanjutkan perjalanan menuju markas Wayan Sutha (Nugie) pahlawan perjuangan lokal yang bergerak secara underground yang juga memiliki keahlian selayaknya dokter. Kondisi Marius semakin melemah dengan semakin bnyaknya darah yang keluar meski ia masih bisa bertahan hidup. Di gua tempat Wayan Sutha dan pasukannya singgah, Marius segera diberi pertolongan pertama, dan Tomas dipanggi menghadap Wayan Sutha di ruangn pribadinya yang terletak di bagian atas gua. Tak dinyana, disana Amir yang ternyata telah tiba terlebih dahulu di tempat Wayan Sutha, telah berdiri di samping beliau menunggu kedatangan Tomas dkk. Tomas yang menyadari kehadian Amir keruan saja menjadi tak enak, bagaimanapun baginya Amir tetaplah seorang penkhianat yang lebih rela megorbankan tugas ketentaraannya demi urusan pribadi (menemani sang istri yang tengah hamil tua). Sempat terjadi perselisihan kecil saat Wayan Sutha meminta mereka diminta melapor dan memberitahukan pimpinannya. Amir dan Tomas mengaku sama-sama sebagi pemimpin sampai-sampai Wayan Sutha harus menengahi. Akhirnya bertiga ditambah Dayu mereka pun merancang strategi untuk melakukan penyerangan melawan KNIL pimpinan Kolonel Raymer.

Wayan Sutha, sang pemimpin gerilyawan Bali

Kehadiran kembali Amir pada akirnya bisa diteria oleh Tomas dkk yang masih mencemaskan keadaan Marius yang harapan hidunpnya semakin meipis. Senja yang sedari awal berada di samping Marius yang paling merasa terpuul. Mujizat-lah satu-satu nya harapan yang dapat menyembuhan Marius. Dan ahirnya mukizat itu pun datang melalui do’a yang dipanatkan oleh Amir, Tomas, Dayan, dan Senja dengan sadarnya Marius dari ‘tidur’ panangnya. Tak lama setelah ia sadar, misi penyerangan pun dilancarkan. Hari H pun tiba, dimana pertempuran besar dan mematikan terjadi di desa sekitar markas Wayan Sutha. Sempat terkecoh dengan pasukan gadungan di dua truk yang menyerang di awal, pasukan Wayan sutha banyak yang terbunuh ketika tiba-tiba saa beberapa tank besar ikut mengempur dari arah yang tek terduga. Dalam pertarungan sengit tersebut, nyawa Wayan Sutha pun melayang terkena tembakan lawan. Duka pun seketika menyeimuti pasukan Wayan Sutha-Amir. Namun, mereka tak membiarkan perasaan duka menguasai mereka, dengan cepat mereka berusaha mengencarkan serangan balasan hingga musuh terdesak. Akhirnya dengan segenap kekuatan dan keyainan Amir cs dibantu Dayu dan puluhan pasukan Wayan Sutha yang masih tersisa berhasil memukul mundur pasukan KNIL di bawah pimpinan Kolonel Raymer.

Sebenarnya awal kekeaman sang mayor dilatarbelakangi dendam akan kekejaman masa lalu yang menimpanya beserta sang istri oleh tentara Jepang setelah sebelumnya dikhianati oleh pribumi bawahannya yang juga merasa dendam akan penjajahan dan kekejaman yang telah dilakukan oleh bansa Belanda. Kolonel Raymer yang terdesak hingga ke ujung tebing curam yang langsung menghadap laut tak punya pilihan selain menyerah atau terjun ke laut. Tomas yang sudah memburunya sedari tadi telah siap dengan pisaunya hendak menghabisi nyawa pemimpin yang dulu membantai keluarganya. Amir yang tertinggal di belakang mencoba mencegah Tomas untuk mebiarkannya tertangkap secara hidup-hidup, namun sepertinya sia-sia. Tomas telah begitu bernafsu menghabisi sang kolonel, ia pun dengan sigap memburu tubuh tambun tak berdayanya sang Kolonel dengan pisau yang masih terenggam di tangan. Amir, Dayan, marius, Senja dan Dayu hanya bisa terpaku menyaksikan pemandangan di hadapan mereka terlebih ketika Tomas menjauh dari tubuh sang Kolonel tanpa menghunuskan pisaunya. Ia memilh berdamai dengan dendamnya, ia sepertinya telah cukup puas meihat sang kapten menderita. Amir pun bersyukur dalam hati. Akhirnya semua mnegucap syukur atas keberhasilan mereka melumpuhkan pasukan KNIL. Mission completed! Semua orang tersenyum puas, bahagia, bersyukur, haru semua bercampur jadi satu. Pertumpahan darah dan segala dendam pun diakhiri dengan pemberaan ‘maaf’ sebagai tanda bahwa kebaikan itu indah, bahwa seala kejahatan tidak mesti dibayar dengan kejahatan yang sama yang akan mengundang dendam turun temurun. Hamparan lautan luas nan biru yang tergambar dari sudut tebing seirning menjauhnya punggung Amir dkk menutup seri terakhir trilogi Merah Putih ini. Akhir yang cukup manis, meski akan lebih manis jika dibuat semacam prolog tentang kehidupan Amir, Marius, Dyan, Tomas, dan Senja pasca usainya misi perlawanan dan perjuangan mereka.

trailler Hati Merdeka


***

Review Pribadi

Berhubung sinopsisnya udah panjaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaang kayak kereta api, review pribadinya diprsingkat aja deh. Well, untuk mengefektifkan ruang, secara keseluruhan penulis suka. Meski adik penulis yang ikut menonton merasa film ketiga ini tidak se-wah dua film sebelumnya, namun penulis pribadi merasa tidak ada masalah. Justru, penulis suka dengan adegan pertempuran di laut yang melibatkan unsur bom (bukan suka sama bom-boman gitu tapi keren aja berasa nonton Pirates ala Indonesia! Ahaha). Sayangnya pas adegan di dalam air pas mereka menyelamatkan diri dari kapal yang dibom dan berenang menuju pantai kan ceritanya ada semacam puing-puing kapal yang kena bom yang berserakan di laut, efeknya kurang yahud euy! Alhasil..ya..keliatan deh tuh efek boongannya, sayang loh mengingat adegan pertempurannya udah mantap.

Kalau dari segi cerita, yaaa namanya juga prekuel, yaa pasti mesti berkaitan dan memang berkaitan jadi gak ada perbedaan berarti. Meskipun satu alur dan secara garis besar jalan ceritanya mengenai perjuangan melawn agresi militer Belanda 2, namun maisng-masing film memiliki konflik dan alur tersendiri. Jika di Merah Putih, ceritanya masih cenderung pada penggalian dan konflik internal antar karakter utama, Darah Garuda lebih bercerita pada perjuangan melawan pengkhianatan dan adu domba yang dilakukan oknum pasukan pribumi sendiri, nah di Hati Merdeka ini lebih pada konflik personal (baca: batin) masing-masing tokoh. Tokoh Senja dan Melati pun mendapat porsi lebih dibanding dua film terdahulu. Senja yang awalnya hanya menjadi semacam pelengkap dari segi drama dan pendukung unsur romantisme di Film yang memang bertema kepahlawanan yang pasti identik sama peperangan ini secara perlahan mulai merangsek menjadi samapentinnya dengan para tokoh utama. selain Senja, beberapa tokoh lain pun mulai mengalami pengembangan. Ada Amir, yang muncul sisi melankolisnya (jadi gak tegaan sejak nembak si Budi), Marius yang mulai bisa lebih dewasa dan berani, Dayan yang muncul sisi sensitifnya (pengaruh kehilangan lidah—tapi T Rifnu keren BGT lah aktint tanpa dialog nya disini), serta Tomas yang makin muncul sisi romantismenya.

Selain pengembangan tokoh utama, sebagaimana di film Darah Garuda, di Hati Merdeka pun dimunculkan tokoh baru: Wayan Sutha dan Dayu. Keduanya cukup member warna di film ini. Penulis malah suka BANGET loh sama logat Bali-nya mas Nugie (yang orang Jawa) yang amat fasih. Kalau Dayu, masih kerasa kurang gimanaaaa gitu logatnya, yah tapi gak begitu menganggu sih wong ngomongny juga gak dominan (banyakan aksinya, hehe). Selain dua tokoh tsb da juga tokoh komandan yang diperankan Arifin Putra yang sayangnya hanya tampil di beberapa scene awal saja. Tadinya penulis fikir tokohnya akan dikembangkan menjadi orang ketiga yang menyemarakan hubungan Tomas-Senja selain Marius yang masih sesekali main mata dengan Senja yang jelas-jelas kekasih Tomas, tapi tenyata hanya sekedar dua ssene tanpa tujuan dan akhir yang jelas cukup mengganggu jadinya (mending gak usah dimasukin sekalian maksudnya). Dari segi alur, hemm..film ini meski unsur drama dan romannya lumayan banyak tapi unsur perang tetap malah semakin dominan. Penulis malah watir tuh sama tokoh Marius yang mesti menderita di film ini. Gimana enggak dia mesti teluka terkena ledakan meriam dan tusukan di dada sampai-sampai penulis fikir kalau kit bakal kehilangan satu pasukam Merah Putih lagi setelah Soerono (di Merah Putih 1), dan bahkan hampir saja Dayan (di Darah Garuda), serta Budi (anggota yang baru bergabung di DG, dan harus meregang nyawa di awal HM).

Naah, yang menarik dari HM ini sendiri menurut penulis ada di pengembangan dan pergeseran peranan tokoh utama. Tokoh Amir seiring dengan keputusannya mundur di awal misi membuatya tak lagi sedominan di dua film utama (maklumlah di dua film utama ia kan masih menggenggam ban kapten). Justru Tomas dan Marius bahkan Dayan (di tengah kebisuannya) yang tampil lebih dominan. Bahkan di film ini diungkap masa lalu (latar belakangn keluarga) Marius. betapa sebengal-bengalnya seorang Marius ia toh teteup mencintai negerinya, INDONESIA! Tomas sudah jadi seperti pemimpin menggantikan Amir. Menariknya lagi, bila dulu Marius selalu menjadi unsur pemancing tawa, kini aksi Tomas-Dayan lah yang lebih sering mengundang tawa. Bagaimana mereka bersilisih paham saat menafsirkn peta, bagaimana Dayan berusaha berkomunikasi di tengah keterbetasannya pasca kehilangan lidah (tanpa bermaksud menertawakan kecacatan Dayan, namun cara Dayan berkomunikasi memnag mengundang tawa), Tomas yang masih juga kikuk di hadapan Senja. Meski demikian, Marius tetap saja bisa mengundang tawa apalagi saat ia ‘kasmaran’ dengan sang Hilda. Selain itu, daya tarik utama lain selkaligus keunggulan jilid ketiga triilogi Merah Putih ini bagi penulis esndiri terletak pada pemilihan lokasi syuting.

Pemilihan Bali sebagi latar tempat di film terakhir ini bagi penulis merupakan pilihan tepat. Bali yang merupakan ikon Indonesia di dunia internasional memang pantas dijadikan setting di fim pamungkas ini. Kan, film ini diedarkan secara internasionl di beberapa Negara, maka pemilihan Bali sebagai lokasi sytng bisa sekaligus menjadi daya ual tersendiri sekaligus promosi pariwisata unggulan negeri ini. Keindahan panorama Bali digambarkan dengan cukup apik oleh sang sutradara, terutama ketika adegan terakhir di tepi tebing. Biru dan luasnya lautan Bali yang indah tergambar sempurna. Hemm..film bertema kepahlawanan yang didominasi adegan peperangan ini menjadi begitu manis ketika ditutup dengan indahnya panorama pulau dewata. Kalau di atas penulis sempet bahas masalah adegan selepas misi mereka usai, yah kan lebih mantap meski kalau bisa menyaksikan kisah mereka pasca menyelesaikan misinya. Senang akhirnya perjuangan Amir cs menemui akhirny, namun sedih karena tidak bisa lagi menyaksikan aksi Lukman Sardi cs. Semoga kelak akan ada film lain yang menampilkan reuni bang Lukman Sardi—Donny Alamsyah—Darius Sinathrya—T Rifnu Wikana. Aamiin! :))


Merah Putih 1
Merah Putih 2 (Darah Garuda)

Tidak ada komentar: