Kamis, 31 Mei 2012

FFB 2012



Ada yang spesial dalam penyelenggaraan FFB ke-25 tahun ini.  Selama 25 tahun penyelenggaraannya baru kali ini salah satu festival film paling bergengsi ini disiarkan sevcara live di salah satu staiun TV sawsta.  Good News bagi pecinta film—pecinta dan penikmat, bukan pengamat, okay--

Dibuka oleh penampilan tari Jaipong oleh 6 Mojang, Charlie Van Houten masuk dalam iringan sisingaan membawakan lagu “Jangan Ngarep”-nya Setia Band, Band baru yang diawakinya.  Disusul oleh penempilan CherryBelle  dengan tujuh personil tersisanya menembangkan “Love Is You”.  (Aneh deh penampilan Girl Band yang baru kehilangan dua personel, serasa ada something missing yang bikin penampilan mereka serba kagok, baik dari segi nyanyian pun gerakan tariannya, pengaruh hengkangnya dua personel yg penulis suka gitu? *uppss…ketauan!*)

Andika Pratama dan Acha Septriasa diikuti oleh Narji dan Reuben kemudian muncul menyapa hadirin dan pemirsa (borongan maak!).  tanpa berpanjang-panjang, Reza rahardian muncul bersama Chantique mumcul untuk membacakan nominasi Pemeran Pembantu Pria Terpuji (Billy sandy—Negeri  5 Menara, Mathias Muchus—Pengejar Angin, Agus Kuncoro, Surya Saputra—Malaikat Tanpa Sayap, Putu Wijaya).

Selanjutnya, kategori Penata Musik Terpuji dibacakan oleh Project Pop dengan nominee (Tya Subiakto, Thorsi Ageswara, Tya Subiakto—Hafalan Shalat Dellisa, Aksyan & Titi SjumanSang Penari, Thorsi Ageswara).  Seusai mebmbacakan nominasi, Project Pop pun menghibur penonton dan pemirsa lewat tembang “Dangdut is the music of my country”. 

Setelah iklan pertama, tiba-tiba muncul sesosok Uya Kuya bermonolog di atas panggung seputar “diskriminasi” yang terjadi terhadap film tentang sebangsa ning pocong dan kawan-kawannya, yang banyak tapi tidak pernah masuk nominasi!  Setelah cukup lama bermonolog, akhirnya sang anak Cinta pun muncul membawakan kertas berisi nominasi Pemeran Pembantu Wanita Terpuji yang terdiri dari (Dewi Irawan—Sang Penari, Hj. Jenny Rachman, Paramitha Rusady—Umi Aminah, Ira Maya Sopha—Mother Keder, Ratna Riantiano—Get Married 3).  Dan seperti halnya project pop, pasangan ayah-anak ini pun kemudian mempersembahkan sebuah lagu setelah pembacaan nominasi .

Duet Narji-Reuben kembali mengisi panggung untuk menghantarkan pembaca nominasi Poster Terpuji (nah kan…asiik nih festival!) oleh Lyla Band dengan nominee (Di bawah Lindungan ka’bah, Pengejar Angin, The Mirror Never Lies, Tanda Tanya, Sang Penari).  Tidak seperti pembaca nominasi yang sudah-sudah yang terus menyanyi, justru cepot muncul di layar membawakan peran Syahrini-Aisyahrani tepat sebelum teteh “alhamdulillah sesuatu” membawakan lagu andalannya “Sesuatu”.

Sebelum jeda muncul parade Film Asing Terpuji (berasa Oscar*woow*) dengan nominasi The Tree of Life, The iron Lady, The Lady, Hugo, Midnight in Paris, 5 Days of War,

Begitu beres jeda, giliran Acha-Andika yang muncul di panggung (baru deh berasa ada di festival film nih..heu) menghantarkan Agus Kuncoro membacakan nominasi untuk kategori Penata Kamera Terpuji (yadi Sugandi-?, Faozan Rizal—Pengejar Angin, Ipung Rahmat Saiful—Di Bawah Lindungan Ka’bah, Bambang Supriadi—HSD , Ipung Rahmat Saiful—The Mirror Never Lies).  Indah Dewi Pertiwi kemudian tampil membawakan lagu “Gerakan Badanmu”. 

Derby Romero, si Sadam di “Petualangan Sherina”, membacakan nominasi khusus kepada Chantique Shargiel yang dinilai sukses memerankan seorang anak yang kakinya diamputasi dalam Hafalan Shalat Dellisa.  Kemudian, Dwi Sasono dan Prisia Nasution muncul untuk membacakan nominasi Penata Editing Terpuji (Wawan I. wibowo—Pengejar Angin, Cessa David Lukmansyah—Sang Penari, Wawan—The Mirror Never Lies, Cessa David Lukmansyah—Hafalan Shalat Dellisa, Yoga Tripratama—Di Bawah Lindungan Ka’bah). Pasangan suami istri Melly Goeslaw-Anto Hoed berduet menyanyikan lagu “Let’s talk about love” sebelum jeda.

Andika-Acha kembali menyapa pasca jeda sebelum kemunculan Roy Martin dan Dede Yusuf beserta sejumlah aktor senior dan pejabat perfilman lainnya untuk membacakan kategori Lifetime Achievement Award kepada Aminah Cendrakasih dan Slamet Rahardjo diiringi lagu “Tanah Air Beta” oleh Project Pop.  Keluarga Uya Kuya turut eksis di panggung tepat sebelum jeda. 

Lyla membuka jeda dengan hits “.  Penulis Skenario Terpuji yang dibacakan oleh Surya Saputra mengadirkan nominasi sbb (Salman Aristo—SP, Ben Sihombing—Pengejar  Angin, Nirmawan Hatta—The Mirror Never Lies, Jerimias--, Monty Tiwa—Sampai Ujung Dunia).  Syahrini pun kembali menghibur dengan single teranyarnya “Semua Karena Cinta”.

Jihan Fahira dan Dian Sidik hadir membawakan nominasi Penata Artistik Terpuji (Eros Eflin—Sang Penari, Fauzi—Pengejar Angin, Allan Sebastian-Dibawah Lindungan Ka’bah, Toni Trimastanto & Tommy D. Setyanto-The Mirror Never Lies, --Malaikat Tanpa sayap).  *disini kacau* belum juga pemenang kedua—kan ada dua pemenang—menyampaikan winning speech, ehh…Super Gerlies dengan “Aw aw aw” nya main nyodok aja ke panggung.  #sesuatu

Eits….pasca jeda sekelompok anak muda yang menamakan band mereka yang beraliran melayu sebagai Gamma 1 menyanyikan lagu berjudul “1/2”.  Ray Sahetapi bersama Tio Pakusadewo hadir di atas panggung menghantarkan nominasi Sutradara Terpuji (Ifa Isfansyah—Sang Penari, Kamila Andini—The Mirror Never Lies, Hanny R. saputra—Di Bawah Lindungan Ka’bah, Hanung Bramantyo—?, Ari Sihasale—Serdadu Kumbang.

Apa pula ada 6 Stars menyanyikan “Pretty Women” sebelum pembacaan nominasi Pemeran Utama Pria Terpuji oleh Maudy Ayunda dan Syahrini (Oka Antara—Sang Penari, Abimana Aryasatya, Qausar HY—Pengejar Angin, Dwi Sasono—Sampai Ujung Dunia, Reza rahardian—The Mirror Never Lies).  Masih aja ada Girl Band lagi, Soulmatch. *hemm…bener-bener karnaval SCTV ini mah*

Nah, lumayanlah duet mbak Acha sama aa Reza Rahardian *muach..muach..muach* menyanyikan soundtrack Broken Heart gubahan Melly Goeslaw berjudul .  Muncullah kemudian dua cowok ganteng: Yama Carlos dan Adipati membacakan nominasi Pemeraan Utama Wanita Terpuji (Prisia Nasution—Sang Penari, Chantique Shargiel—Hafalan Shalat Dellisa, Atiqah Hasiholan—The Mirror Never Lies, Maudy Ayunda—Malaikat Tanpa Sayap).  Derby Romero and The Revolution pun tampil menghibur penonton kemudian dengan lagu “Dan Aku”.

Setelah jeda, Setia Band muncul kembali menyanyikan “Broken Heart” yang disusul pembacaan nominee Film Trepuji yang diawali menyanyikan Himne FFB oleh Melly Goeslaw.  Pembacaan nominasi Film Terpuji ini dibacakan langsung oleh dua insan perfilman senior Deddy Mizwar dan Slamet Rahardjo (Sang Penari, Pengejar Angin, The Mirror Never Lies, Di Bawah Lindungan Ka’Bah, Hafalan Shalat Dellisa).

Berikut petikan testimony ole dua pelaku film kawakan Indonesia:

“Pada saat film bermutu banyak ditonton oleh penonton pasti menciptakan kondisi ideal dimana film bermutu disaksikan banyak insan untuk menghasilkan film bermutu lainnya.” Deddy Mizwar.

“Tahu bagaimana skenario, editing, pengarahan , sutradara itu senimana sekaligus teknisi” Slamet Rahardjo.

Daftar perai Piala Terpuji selengkapnya bisa dilihat di sini:
http://id.wikipedia.org/wiki/Festival_Film_Bandung
***

Overall, kenapa ya apa karena ini ditayangin di SCTV jadi ada semacam konpensasi yang dalam bahasa kerennya moU bahwa para pengisi acaranya SCTV pisan.  Maksudnya artis-artis yang sering atau langganan tampil di panggung karnaval atau InbOx-nya SCTV.   Cuma bedanya, ada sejumlah aktri dan aktor Film Indonesia yang juga turut mengisi acara.  Nah, karena ini pertama kalinya live, jadi penasaran apakah tahun-tahun sebelumnya suasananya juga seperti ini? Heu

FFB kali ini bisa dikatakan milik “the Mirror Never Lies”   Prestasi yang ditorekan Kamila Andini melalui TMNL bisa dikatakan sebagai “pembalasan” atas dominasi suaminya melalui “Sang Penari” di FFI lalu.  Igaan kecurigaan penulis bawa Kamila Andini memiliki dara Bandung pun terbukti, yes she is lewat winning speech-nya yang menghaturkan rasa terima kasih pada keluarga besarnya di Bandung.  Mengetaui fakta tersebut penulis secara konyol berfikiran bahwa faktor Bandung-la yang turut mensukseskan mojang ini Berjaya di ajang FFB. 

Yang menarik sekaligus mengherankan *bagi penulis*, berbagai nominasi yang diadirkan di tiap-tiap kategorinya cukup berbeda jauh dengan FFI yang sudah lebih dulu digelar.  Menjadi mengherankan karena banyak diantara nominasi yang menurut penulis sebagai awam sebaiknya diisi oleh nominee lain.  kesimpulan itu penulis ambil berdasarkan hasil review terhadap film-film tersebut dari beberapa sumber terpercaya.  Jadi ya film-film yang dinilai banyak penikmat sekaligus pengamat film biasa-biasa, tapi justru istimewa di mata para dewan juri, disitulah uniknya (sekaligus aneh *kekeuh*).  Begitupun dengan para pemenangnya, banyak yang meleset dari ekspektasi penulis, banyak pula yang berbeda dengan asil FFI *beda dewan juri, beda selera; beda festival, beda kriteria, nampaknya…*

Okay, terlepas dari nominasi dan para pemenangnya, secara keseluruan bisa dikatakan penulis kecewa dengan piak penyelenggara.  Tidak ada yang sala dengan konsep outdoor, toh FFI pun pernah menggelar konsep serupa beberapa tahun ke belakang, juga di lokasi yang sama.  Tapi, kekecewaan penulis lebi pada pengemasan acara, mulai dari co-Host, pengisi acara, bakan beberapa pembaca nominasi.  Jujur kemarin seperti yang telah disinggung di atas, penulis tak ubanya menyaksikan Karnaval SC** dengan bintang tamu para aktor dan aktris.  Semua suguhan yang ditampilkan sama sekali kurang menampakan cita rasa ke-award-annya, gak berasa meganya, hilang gengsinya.  Ulang taun perak (ke 25) pun jadi tidak berasa, jadi seolah bukan merupakan momen spesial. 

Entahlah, mungkin sang media partner turut berperan dalam ke-tidakpas-an penyelenggaraan perhelatan tsb.  Karena memang penulis peratikan belakangan ajang award-awardan serupa di stasiun TV yang sama emang semakin berasa kurang nendang, digarap terlalu ringan dan terkesan kurang serius.  Mungkin maksud awalnya ingin mengilangkan kesan kaku dan formal dari acara serupa, tapi pada akhirnya malah kebablasan sampai-sampai berasa turun kelas.  *well, ini si Cuma pendapat penulis pribadi sebagai yang rutin mengikuti acara penganugerahan model begini, emang sih sa sa aja tampil beda selaamaa masi memperhatikan nama besar ajang tersebut, kan sayang aja, udah besar-besar namanya mesti tercoreng gara-gara penggarapan yang kurang serius, eu ini ma isi hati penikmat yang sesekali mencoba jadi pengamat—yang masi amatir—perfilman Indonesia.


Tidak ada komentar: