Kamis, 14 Juni 2012

Soegija: It's Not Really About Him!



Film teranyar dari ayah dan mertua sutradara terpuji dan terbaik versi FFB dan FFI ini berkisah tentang semangat perjuangan dan nlai-nilai kemerdekaan dan kemanusiaan dari seorang Soegija.  Siapa Soegija? Beliau merupak uskup katholik pribumi pertama di Indonesia.  Beliau diangkat menjadi uskup di tahun 1940 di masa-masa kritis jelang kemerdekaan.  Belum sembuh betul dari tekanan Belnada, rakyat malah dibuat makin menderita saat Jepang mengambil alih kekuasaan.  Adik dipaksa berpisah dengan kakaknya, ibu dipisahkan secara paksa dengan anaknya.  Belum lagi mereka yang tersisa di Semarang akhirnya terpaksa mengungsi ke Yogya yang saat itu menjadi Ibu Kota sementara demi keamanan dan keselamatan, tak terkecuali sang uskup.

Perang belum juga usai.  Ternyata di Yogya suasana malah dalam beberapa hal memburuk.  Sebenarnya keadaan sempat membaik pasca kekalahan Jepang atas sekutu yang dilanjutkan dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia.  Akan tetapi semuanya menjadi sia-sia dan malah berujung dengan peperangan pasca pengkhianatan Belanda melalui Agresi Militernya di tahun 1947dan 1949.  Barulah setelah ada perjanjian gencatan senjata, dan Belanda pun berangsur-angsur meninggalkan Indonesia, seperti kata Soegija, kini tinggal berjuang mempertahankan dan mengisi kemerdekaan melelui politik. 

Lalu bagaimana dengan mereka yang terpisahkan?  Mariyem (Annisa) yang terpisah dari mas-nya, Maryono (M Abbe. ) harus tegar menghadapi kenyataan bahwa mas-nya yang sempat menjanjikan akan pulang untuk mneyaksikannya jadi perawat ternyata sudah terbujur kaku.  Sedang Ling Ling (Andrea Reva) yang dipidahkan dari ibunya (Olga Lidya) lebih beruntung karena bisa berkumpul kembali dengan sang bunda setelah terpisah selama lima tahun. 

Selain tokoh-tokoh di atas, Romo Soegija dikelilingi oleh sejumlah tokoh lainnya.  Ada Targimin, asisten setianya.  Ada seorang penyiar radio yang sangat setia dan up to date mnginformasikan kejadian terkini.  Ada pula Hendrick, seorang wartawan asing asal belanda yang menginap di Hotel Asia milik wanita Jawa  Berbeda dari rekan senegarnya Robert yang sangat menikmati peperangan dan tergabung dalam pasukan belanda yang menduduki Semarang-Yogyakarta, ia jutru berpihak pada pribumi bahkan jatuh hati pada Mariyem.  Sementara Robert yang cenderung tak punya hati bisa tesentuh juga olah tangisan seorang bayi mungil.  Masih ada Banteng, pejuang yang memiliki masalah mental sehingga tak memiliki kecerdasan sebagaimana remaja seusianya (bahkan oleh anak kecil pun kalah).

Kehadiran tokoh-tokoh pendamping sang Romo berikut konfliknya membatasi frekuensi kehadiran sang romo.  Alhasil, judul “Soegija” yang sejatinya menjadikan tokoh yang dicatut namanya sebagai judul film ini sebagai pusat utama, jadi seperti pendapat kebanyakan penonton yang sudah melihat  film ini bhawa judulnya menjadi terasa kurang pas.  Tokoh Romo Soegija bagi penulis pribadi ya, disini, hadir tak ubahnya peran Pak Haji di “Islam KTP”, iya perannya penting tapi bukan yang utama.  IMHO ya itu.

Di luar itu dari sisi teknis, gambar, detail make up, kostum, dan setting sangat terasa nyata.  Sangat layak diapresiasi.  Ya, kalaupun kita tidak akan mengenali sosok Soegija secara detail lewat film ini, paling tidak kita ngeh dengan siapa itu Soegija.  Dan, sepertinya bung Garin memaksa kita untuk penasaran dengan tokoh ini dan lantas mendalaminya sendiri, dengan membaca biografinya misalkan.  Who knows.   Intinya, tidak bosan-bosan penulis menghimbau, gih nonton buruan cepetan soon pergi ke BIOSKOP terdekat kesayangan Anda! J


Minoritas di antara (Bukan) Mayoritas
Aroma pas nonton film ini itu…wiiw BGT.  Hari itu hari ahad kan jadi crowded-nya uwow BGT lah.  Penulis nonton yang jam  7 malem, dan beli tiket jam 5.30.  dan, betapa kagetnya pas mau pilh bangku, tinggal tersisa 5-6 jajar terbawah!  Padahal itu sampai O apa P gitu.  Penulis akhirnya memilih duduk di J.  dari A-I, semua penuh dan hanya menyisakan dua bangku kosong, itu pun terpisah.  Sedangkan penulis nonton berempat.  Hemm..sebenernya penulis dan dua teman sudah tiba sejak jam 5, tapi kami menunggu satu teman lain makanya baru beli tiket jam segitu, dan…untung kami tidak menunda lebih lama lagi *batin penulis dalam hati*. 

Belum cukup!  Pas nonton masuk studio nih ya, berhubung penulis mampir dulu ke kamar mandi yang saking crowded-nya itu bioskop sampai menjalar ke kamar mandi segala *aihh*.  Nah pas masuk itu 70% bangku bioskop udah ada penghuninya, dan ketika ditilik-tilik, hey….nampaknya ini sebagian besar penonton adalah rombongan keluarga, sekolah, dan lain-lain.  Iyap! Kan, meskipun ditidak-tidak, bahwa itu bukan film biopic layaknya Sang Pencerah, tapi judul Soegija itu mau tak mau ya menjadi daya tarik sendiri bagi kalangan tertentu, kembali seperti halnya sang Pencerah.  Pokoknya nuansa-nya mengingatkan saat penulis menonton sang Pencerah bersama rombongan keluarga, sekitar 20 orang-an saat itu.  Ada yang salah? Tentu saja sama sekali tidak.

Akan tetapi yang menarik adalah, mengacu pada sub judul di atas, bahwa penulis jadi merasa seperti minorotas dinatara minoritas, yang itu kurang begitu nyaman.  Mohon maaf, tidak ada unsur SARA sama sekali disini.  Sekali lagi TIDAK ADA UNSUR SARA!  Maksud penulis adalah kan sebegaimana kita ketahui bahwa muslim menjadi agama mayoritas disusul kristiani di negeri ini.  Nah, berhubung identitas kemusliman seseorang bisa dengan mudah teridentifikasi dari jilbab-nya, jadi mengidentifikasi muslim diantara non muslim tidak akan sesulit mengidentifikasi non muslim di antara muslim.  Jadi, atmosfer pas masuk studio kemarin memang rada-rada aneh ya, berasa semua mata memandang *aahh…itu mah emang dasar penulisnya yg ke-GR-an*.   Dan penulis sempat curi-curi pandang dan  rasanya tidak menemukan lagi yang berkerudung selain penulis dan dua teman penulis lainnya entah jika terselubung.

 Tapi no offense ya, sedari awal penulis memutuskan nonton film ini sama sekali tidak ada pikiran macam-macam.  Motifnya murni sebagai pecinta film Indonesia yang cinta dan mendukung penuh film Indonesia berkulitas.  Jadi sekali lagi no offense ya, hanya ingin berbagi sedikit pengalaman saat menonton film ini saja, that’s all. 

Tidak ada komentar: