Jumat, 25 Mei 2012

Pendukung Musiman vs Pendukung Setia


*prolog*
Ceritanya ada perhelatan satu kejuaraan internasional dimana Negara kita ambil bagian.  Taruhlah ada K dan M yang sama-sama mengikuti ajang ini dari awal.  Seiring bergulirnya waktu, tanpa terasa pertandingan demi pertandingan pun telah bergulir dan kini memasuki fase knock-out.  Artinya, satu demi satu tim peserta akan berguguran.  

Nah, dalam suatu pertandingan sengit di perempatfinal ternyata tim kebanggaan Negara K dan M mesti terhenti langkahnya.  Sejarah yang bisa dikatakan mencoreng reputasi yang telah terbangun sejak 54 tahun terakhir: gagal lolos ke semi final.  

Sejak kekalahan yang bagi sebagian orang dianggap memalukan tersebut (kalau nyesek mah pasti), si K tetap lanjut menyaksikan hingga laga final.  Sementara si M, begitu kalah, sudah ogah-ogahan nonton dengan alas an tidak ada lagi yang bisa dan harus didukung.  

Nah, kira-kira apa sih makna dibalik kisah di atas? 

Jadi si K itu mewakili mereka yang betul-betul menggemari olah raga yang sedang dipertandingkan tersebut.  Sedangkan M, mewakili mereka yang suka tiba-tiba jadi berasa paling nasionalis dan ujug-ujug ‘suka’ sama oleh raga tersebut karena membawa nama Negara.  Salah? Enggak juga sih, Cuma penonton jenis kedua ini tipe pendukung tentative atau musiman.  Jadi mereka ya suka pas tim dukungannya lagi jaya-jayanya secara tiba-tiba, dan bisa begitu saja hilang animonya ketika sang tim (yang ceritanya) kebangaan terhenti di fase tertentu.  Sementara, si K itu masuk e dalam tipe pendukung setia, pendukung tetap.  Jadi, no matter what, karena dia emang pada dasarnya suka sama olah raganya, maka nilai plus ketika tim kebangaannya melenggang hingga partai puncak, tapi sekalipun gagal tidak menyurutkan minatnya untuk terus mengikuti pertandingan demi pertandingan hingga akhir.
***

Cinta Pada Pandangan Pertama

Sebenarnya tulisan di atas penulis dedikasikan untuk bulu tangkis nasional, olah raga yang sedari dulu mencuri perhatian penulis.  Penulis sama sekali gak jago main olah raga ini, tapi ketertarikan penulis terhadap olah raga tepak bulu ini sangat-sangat besar.  Dulunya sih padahal apa coba sekitar tahun 1997-1998 ketika pertama kali penulis menyadari keberadaan olah raga ini.  Umur penulis yang masih 7-8 th memang sudah bisa mencerna olah raga ini gitu? Namun begitulah sejak melihat pertandingan antara aa Opik yg masih abege saat itu melawan entah siapa di partai penentu Thomas Cup kecintaan dan ketertarikan terhadap olah raga satu ini semakin dan semakin tumbuh.  Bahkan ketika memasuki tahun 2000-an, saat prestasi perbulutangkisan tanah air yang makin merosot saban tahunnya, ketertarikan ini tak pernah luntur barang secuil.  Pun hari ini, bahkan sampai kemarin ketika secara kompak tim Piala Thomas & Uber  kita harus menelan pil pahit dikalahkan jepang di perempat final.  Bagi tim Uber, mungkin tidak seberapa mengejutkan mengingat posisinya yang sebagai underdog, tapi sebaliknya bagi tim Thomas yang justru diunggulkan.  Hasil tersebut menyisakan kekecewaan bagi banyak pihak, pun penulis.  Tapi, karena dasar kecintaan terhadap olah raga ini (bukan semata tim nasional), maka kekecewaan itu tidak berlarut hingga memutuskan berhenti menonton ajang Piala Thomas & Uber tersebut.  Bagi penulis adalah suatu kebahagiaan bisa menikmati pertandingan kelas dunia yang dimainkan pemain kelas dunia pula.  Bukan, bukan semat masalah nasionalisme karena toh nasionalisme itu semsetinya sudah secara otomatis tertanam dalam setiap diri anak bangsa.  Jadi, bukan menjadikan nasionalisme sebagai tameng untuk berhenti menyaksikan permainan berkelas di ajang Thomas Uber Cup pasca kekalahan tim nasional.  Hello, bulu tangkis bukan hanya milik Indonesia. Look! If you are really have a deep and big passion of this kind of sport (badminton), you will feel disappointed when you have no chance to watch several GREAT MATCHES!  Believe me! 
***

*epilog*
Emosional BGT gak sih tulisan di atas? Penulis Cuma tiba-tiba kepikiran dan ngerasa pingin dan emang perlu dibagikan perasaa yang sudah terlampau mendesak ingin dilkeluarkan ini.  Tapi, mohon dimaklumi ya, postingan ini emang sangat sangat personal bagi penulis pribadi.  Bukan ingin menyoroti kondisi bulu tangki nasional, tapi lebih kepada pendukungnya itu sendiri.  Suka geli aja soalnya kalau ada jenis pendukung kayak si M yang musiman tapi suka berasa sok iya dan paling tau gitu, geli dan gemesin!  Akhirul statement, no matter how and what, badminton never dies for me personally, GO BADMINTON GO!

Tidak ada komentar: