Sabtu, 05 Mei 2012

Sanubari Jakarta


Hanya baca sekilas secara tidak sengaja di salah satu blog atau media online…ahh lupa, yang jelas langsung ngerasa kalau film ini waib masuk list film yang mesti ditonton.  Penulis mengajak dua orang teman yang satu diantaranya justru paling semangat setelah sempat menolak secara tidak langsung dengan mempertanyakan “film apaan tuh?”.  Tapi untunglah setelah baca tweet-nya seseorang, lancer sudah transaksi di depan mbak penjaga loket tiket beberapa hari kemudian.  Nonton tanpa ekspektasi apapun—hanya berbekal sedikit informasi tentang garis besar filmnya yg ala Cokelat-Stoberi  n Butterfly *film lokal sejenis yg penulis tonton—gak nonton Arisan sih penulis*--jreng jreng penulis disuguhi sepuluh cerita yang bagi penulis pribadi gak kalah “serem” sama Film “Hi5steria” yang penulis tonton semingguan sebelumnya, juga dengan teman yang sama.  Di sisi lain, kenyataan yang coba digambarkan film ini member kegetiran tersendiri lewat cerita yang pada akhirnya mesti diakui menyentuh. 

Sepuluh cerita dengan benang merah yang sama: fenomena yang dianggap tabu di masyarakat yang sebenarnya memang ada: kaum marginal.  Ada kisah mengenai pasangan sesama jenis baik yang lelaki ataupun perempuan, kisah seorang yang harus berganti identitas karena tuntutan pekerjaan dan akibat pekerjaan, bahkan hingga berganti jenis kelamin!  Semuanya terangkum dalam “sanubai Jakarta”.

Ada kisah tentang seorang lelaki yang menciptakan bayangan seorang wanita agar bisa melakukan hal yang tidak bisa dilakukannya dengan sang kawan lelakinya.  Lalu, kisah seorang kepala keluarga yang terpaksa menjaid waria di malam hari demi memenuhi kebutuhan rumah tangga.  Dilanjutkan kisah cinta terlarang antara guru TK dengan wali muridnya yang ternyata sesama wanita.  Disambung dengan kisah dua lelaki yang melulu gagal bercinta karena berbagai gangguan hingga berakhir dengan salah seorang memilihmeninggalkan lokasi pasca pertengkaran sepasang kekasih.  Ada juga kisah sepasang kekasih yang sama-sama wanita yang juga gagal bercunta di hari terakhir pertemuan mereka karena salah seorangnya sedang haid.

Selain kelima kisah tersebut, masih ada kisah seorang wanita bernama Srikandi yang menyamar sebagai lelaki di kantornya demi mendapat penghormatan dari reakan lelakinya pasca diperlakukan semena-mena karena kewanitaannya.  Juga seorang lelaki paruh baya yang menceritakan kisah seorang gadis yang ternyata adalah dirinya di masa lalu.  Ada juga kisah dua wanita, yang merasa terjebak dalam keteraturan dan putus cinta dari teman wanitanya, yang dipertemukan secara tak sengaja di toko bra.  Llau, ada kisah tentang sepasang lelaki yang hubungannya mulus sampai muncul pertanyaan tentang apakah semua itu nyata.  Dan, kisah pun ditutup dengan satu kisah manis antara lelaki dan perempuan yang ternyata bermasa lalu seorang lelaki!


Wuih…dengan kesepuluh cerita di atas, penulis tuh berasa nonton film horror atau thriller deh, cape…. Adrenalinnya dipompa…kenyatan yang….bikin senum simpul sambil mengernyitkan dahi.  Sempayt terkecoh sekaligus bahagia dengan kisah penutup yang seolah relative normal, antara lelaki dan wanita, tapi ternyata….oow….tapi walopun gitu, yaa itu endingnya so sweet dan jujur sangat menyentuh.  Mata penulis pun ya sampai berkaca-kaca.  Hemm…khawatir makin lama penulis mkain subjektif dan cenderung mengundang kontroversi, nampaknya resensi ini akan segera penulis akhiri saja.  Overall, ini film a must see ya, terutama buat menyadarkan kita bahwa fenomena yang digambarkan dalam film ini tuh emang ada, dan bahkan mungkin dekat dengan kita.  *tersenyum simpul*

Tidak ada komentar: