Senin, 23 Juli 2012

2nd Day: Go Green Day (baca: Nyikreuh Day)



Yap, setelah tidak banyak beraktivitas di hari pertama, nih hari kedua ini nih saatnya berseliweran.  Sayang aja ya udah kesini Cuma ngeringkuk di penginapan.  Let’s be more casual, then.  Dengan rencana setengah matang, akhirnya kami memulai hari kedua dengan menyantap mie kemasan *gak boleh sebut merek*, baru setelah mandi *akhirnya untuk pertama kalinya setelah sampai di kota ini kemarin harinya* kami memulai agenda pertama yaitu ke stasiun.   Satu tujuan dua agenda:  menukar struk dengan tiket dan membeli tiket pulang untuk malam harinya.  Setelah sempat bingung dengan tempat tujuan berikutnya ssampai-sampai persis kayak lagu Ayu Ting Ting “kemana….kemana….” akhirnya, Taman Pintar pun menjadi tujuan berikutnya. 

Morning to Early Afternoon: Taman Pintar

                   
Setelah sebelumnya mengisi perut untuk sarapan (jam 11 loh sarapannya, hello), kami pu n tiba di wahana edukasi ini sekitar pukul 11.30.  setelah sempat menimbang-nimbang masuk-tidak, masuk tidak dengan memperhatikan beberapa rombongan anak sekolah yang ada di sekitar pelataran tamannya, akhirnya kami memutusakan masuk saja.  “Ngapain kesini gitu loh kalau gak masuk”, celoteh teman penulis.  beruntung, pas kami masuk pas kebanyakan anak-anak itu beres, jadi yaa….Cuma ada kami dan beberapa pengunjung umum lainnya di dalam.  Di taman Pintar ini ada dua wahana ekshibisi utama, ruang pameran tokoh baik raja-raja, ulama, hingga negarawan di gedung pertama (dan baru spertinya, soalnya saat pertama kali mengunjungi tempat ini dua tahun silam, ruang pamer ini belum ada), serta ruag pamer science, mulai dari dinausaurus, alam raya, teknologi pangan hingga mesin, ruang angkasa, dan teknologi science lainnya.  Sangat cocok buat kamu-kamu yang ingin nambah pintar!  Berhubung ini taman Pintar ya, begitu kita menelusuri araj jalan keluar kita langsung dihubungkan dengan semacam Palasari-nya bandung, pusat buku. 

Full Middle Afternoon: Jogja Art festival










Sempat jajan dan kongkow sejenak di FOOD COURT-nya, kami mendapati adanya sinya wifi dari art jogja festival yang berlokasi di pusat kebudayaan Jojga yang ternyata berdampingan lokasinya dengan Taman Pintar ini.  Tak ingin kehilangan momen sekaligus untuk mengisi kekosongan agenda, ya tanpa membuang waktu kami pun bergegas kesana.  Di luar gedung pamer, kami telah disuguhi dua mega karya, yaitu: seonggok patung gajah dengan gading panjang  besar menjuntai yang terperangkap dalam bebatuan dari batok kelapa dan ‘sarung’ kayu berbentuk gajah yang menyelimuti gedung pamer.  Hanya dengan mengisi daftar hadir tanpa harus merogok kocek, akhirnya kami menapaki ruang depan gedung pamer yang diisi satu manekin pesawat kecil yang tergantung sendirian disana.  Setelahnya kami disuguhi pilihan, kanan atau kiri, dan kami pilih kanan.  Gedung yang memanjang dan melebar tersebut hampir menyimpan kejutan-kejutan tersendiri di setiap sudutnya.  Hampir tidak ada sudut yang tidak dihiasi karya seni.  Lukisan berbagai media, patung, miniatur, foto, dan berbagai karya seni lainnya, terutama yang bersifat kontemporer.  Sayangnya tidak adanya buku panduan dan atau petunjuk arah bagi pengunjung sehingga jujur penulis pribadi agak kebingungan darimana mau kemana duku dan kemana lagi.  Bukan apa-apa, banyaknya karya yang dipamerkan di ruangan yang cukup besar dan luas membuat pameran ini seolah tak berujung, ada lagi dan lagi.  Kan, sayang sekali jika ada yang terlewat.  Tapi, dengan susunan seperti itu tanpa arahan yang jelas bukan tidak mungkin banyak yang melewatkan beberapa karya seni yang sungguh sayang untuk dilewatkan sebenarnya.  Overall sih sebagai pengunjung biasa yang kurang paham dan mahir berkarya seni, penulis terhibur lah dengan suguhan Fesrival Seni tersebut.

Almost late Afternoon: Salaks
Ini dia nih salah satu komoditi wajib beli penulis kalau menengok si kota yang selalu ngangenin ini.  Manis dan empuknya salaks-salaks aseli sini selalu bikin penulis ngiler!  5 Kg Salaks pun akhirnya penulis bawa pulang dengan susah payah.  Yah, 5 Kg salaks digotong sendiri sampai penginapan yang jaraknya sekitar hampir sekilo-an dari tempat jualan salaks tersebut.  Alhasil, sampe penginapan, bukan Cuma kaki yang pegel, tapi tangan juga udah kayaknya tinggal diputer biar putus!   PIJEEEEEEEEEEEEEEEEEEEET!

Late Afternoon: Mirota
Oh, ya, sebelum langsung meluncur ke penginapan, kami sempat mampir ke salah satu batik ternama di sekitaran Malioboro.  Lokasinya, untungnya, besebrangan dengan penjual salaks tadi, jadi yaa…lumayan ada tempat istirahat.  Disana sebenarnya penulis hanya berkepentingan mebeli seprai batik sebagaimana diamanahkan oleh ibu penulis.  Tapi gimana ya dasar perempuan, kalau udah masuk ke toko gitu ya gak afdol kalo gak sambil liat-liat dan tentu saja ngacak-ngacak sambil sesekali masuk kamar pas.  Sayang seribu sayang setelah keasyikan mencari-cari dan menemukan beberapa yang cocok, ukurannya tidak ada yang bersahabat di tubuh penulis.  kalau gak terlalu ngaleupeut, ya bikin badan penulis makin melar.  Mana penuh BGT, pegawainya pada sibuk gitu, heh….. dengan berat hati penulis melenggang dari sana hanya dengan satu sepre dan 5 kg salaks (tidaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak).

Early Evening: Angkringan Kopi Jos
Setelah tiba di penginapan beberapa  saat selepas maghrib, penulis berkomitmen melepaskan keringata sejenak sebelum mandi untuk kembali menyegarkan tubuh penulis.  Tepat sebelum masuk isya, penulis sudah siap untuk kembali beraktivitas di malam harinya.  Selepas isya, kami pun bbersiap mencari makan malam.  Ingin mencoba suasana baru, akhirnya kami pun memutuskan makan di angkringan yang tepat berada di sebrang jalan tempat penginapan kami berada.  Setelah menunggu beberapa saat, gudeg, pecel elel, dan pecel ayam pun tersaji di hadapan kami.  Dasar penulis yang terbatas pemahaman seputar kuliner ya, si sambal yang melumuri ayam malah penulis singkirkan, dan bertanya-tanya mana bumbu pecelnya!?  Sumpah ya inni entah kekonyolan jenis apa yang pasti di fikiran penulis, pecel itu ya bumbu saus kacang kayak yang memang sering penulis temui di kota tempat penulis tinggal ini.  Iya tapi darisana at least ya penulis jadi gak akan salah pesen menu ya kalau pilihanny antara pecel ayam dan ayam goreng!  heu

Evening: Tip Top Ice Cream


Nah, sehabis makan, ini nih tempat incaran kita selanjutnya: kedai es krim klasik!  Kenapa klasik, karena menurut info dari mbah google, ini temat sering jadi tempat nongkrongnya oma-oma dan opa-opa, so….eitss….kalau kita sih in the name of curiosity ya, no more.  Lokasi yang ternyata tidak jauh dari angkringannya Pak Agus membuat tempat tujuan terakhir kami di hari kedua ini tidak sulit ditemukan.  Tiba disana, oke, gimana mau gak bikin betah para opa-oma, wong suasana dan tetek bengeknya aja masih mempertahankan zamannya beliau-beliau.  Tempat ice cream-nya, meja-kursi-nya, musik-nya.  kami memesan tiga ice cream sundae berbeda rasa: Cokelat, Strawberi, Vanila.  Rasanya sih ya sebenernya gak jauh beda sama es krim kemasan, tapi ya yang bikin harganya relatif mahal (20.000/gelas ice cream) ya penulis rasa suasana klasik-nya itu.  Cita rasnya juga sepertinya masih sama klasiknya, dan ya memang itu yang bikin tempat ini tersohor, menurut penulis ya ini.

#Pegeelengankaki
Tidak berlama-lama karena salah seorang dari kami harus sudah berada di stasiun pukul 21.00, setelah habis kami npun segera kembali ke penginapan.  Tidak sanggup terjaga lebih lama setelah mengintari malioboro dan sekitarnya seharian dengan berjalan kaki dan menjinjing beban yang lebih dari sekedar berat, penulis pun sudah menyerah kalah di atas kasur mungkin sejak jarum jam belum beranjak jauh dari angka Sembilan.  Tema hari ini ya itu dia pegel lengan dan kaki.  ISTIRAHAT. HOAAAAAAAAM.

JOGJA!



Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat penuh selaksa makna
Terhanyut aku akan nostalgi saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama suasana Jogja
Di persimpangan, langkahku terhenti
Ramai kaki lima menjajakan sajian khas berselera
Orang duduk bersila
Musisi jalanan mulai beraksi seiring laraku kehilanganmu
Merintih sendiri, di tengah deru kotamu
(Yogyakarta - Kla Project)
Gak ada hujan, gak ada badai, gak ada topan, gak ada banjir, dan jreng-jreng tiba-tiba saja dalam hitungan hari, setelah tiga tahun, kembali menginjakan kaki di kota yang bisa dikatakan kota impian, impian penulis pribadi.  Well, berlebihan? Okelah…kita ganti dengan kota yang ngangenin, yang selalu membuat kita rindu untuk sesegera mungkin kembali setelah meninggalkan kota ini.  Masih berlebihan?  Okay, setidaknya itu yang penulis alami dan rasakan.  Sekali lagi ya ini tentang KOTA NGANGENIN dari sudut pandang seorang penulis, jadi kalau sangat subjektif ya dimaklumi dann anggap wajar saja, ya!

Sedari awal  menginjakan kaki di kota ini,  sekitar  tiga belasan tahun lalu, ada kesan tersendiri yang jauh lebih istimewa dibanding kota-kota lain di luar kota tempat penulis tinggal yang pernah penulis kunjungi.  Kesan yang semakin menguat dengan rekaman sudut-sudut kota ini melalui sinetron Gita Cinta Dari SMA beberapa tahun silam.  Dikukuhkan dengan kunjungan kedua, kedtiga, keempat, dan sekarang ini kelima.  Rasanya selalu begini, tidak pernah ingin cepat pulang, dan selalu ingin segera kembali.  Ohh….kota yang penuh kerinduan…

Dan sekarang, pada kunjungan kelima ini, tak ingin kehilangan kesempatan merekam, mengabadikan, dan tak lupa mendokumentasikan seraya membagikannya disini.  Berbagi kebahagian, suka cita, pengalaman dan kegiatan yang penulis lakukan selama berada di kota yang selalu membangkitkan kekangenan penulis ini.  Kali ini penulis ditemani sohib semasa SMP, dan ceritanya menemani adik yang diterima di salah satu universitas ternama di kota Pendidikan ini yang juga didampingi oleh ayah penulis.  kali ini penulis akan mengisahkan perjalanan di hari pertama.

Selasa, 17 Juli 2012
07.45 WIB, dengan terburu-buru penulis memasuki pintu masuk stasiun Bandung sambil menggenggam HP dan menggotong tiga gembolan seraya memandangi sekeliling, mencari-cari keberadaan teman penulis.  Kereta yang sudah siap memboyong para penumpang menuju arah timur, ke tengah-tengah pulau Jawa tersebut, sudah nangkring saja di lintasan.  Sementara si teman yang sudah tiba entah sejak berpuluh menit sebelumnya itu dan berkali-kali menghubungi HP penulis belum juga kelihatan.  Celakanya, penulis GAK PUNYA PULSA!  Well, kepanikan yang seketika menyergap.  Apalagi itu bunyi mesin kereta sudah mulai terdengar.  Ditambah petugas penjaga pintunya yang mengumumkan beberapa kali bahwa kereta yang penulis tumpangi akan segala meluncur.  Dercitan pagarnya itu loh, sangat-sangat membuat jantung penulis berdegup kencang.  Kacamata, penulis tidak menggunakan kacamata!  Celaka! Beruntung, tak lama si teman kembali menghubungi dan akhirnya sebuah lambaian tangan melegakan penulis.  Sang teman yang sedari beberapa menit lalu menjadi sosok yang paling penulis cari, kami pun masuk ke lintasan.  “syukurlah tidak harus mengganti tiket teman gara-gara ketinggalan kereta” batin penulis, legaa. 

Begitu lega karena sudah memasuki lintasan, ehh…terjadi sedikit masalah di dalam keretanya.  Setelah memastikan bahwa kami tidak memasuki gerbong yang salah, ehh..ternyata kursi kami sudah ada yang menempati!  Seorang bule perempuan yang berhadap-hadapan dengan keluarganya.  DILEMA.  Mengusir artinya membuat satu keluarga itu terpisah, dan lagipula akan menimbulkan ketidaknyamanan satu sama lain.  tapi, di lain pihak itu toh kursi kami, hak kami.  Sempat merasakan duduk di kursi tersebut selama beberapa detik dengan kikuk, akhirnya setelah berdiskusi dan menyelesaikan secara “kekeluargaan”, kami akhirnya mengalah untuk pindah ke kursi si bule seharusnya.  Win-win solution lah itu.  Akhirnya hingga tiba di stasiun tujuan dengan menempuh selama kurang lebih delapan jam tiga puluh menit perjalanan, kami pun menikmati duduk di kursi belakang.  Nah, lucunya yaitu si embak (semacam pramugarinya Kereta) yang napak kebingungan dan kesulitan untuk mengklarifikasi tempat duduk sang bule.  Kendala bahasa, menjadi sumber permaasalahan utamaa, menurut hasil analisa penulis. 

Pukul 16.30, akhirnya  kereta yang mengangkut kami tiba juga di stasiun tujuan, telat hampir sejam dari yang tertera di jadwal tiba pada tiket.  Setelah melaksanakan kewajiban yang belakangan menjadi kebutuhan untuk mengucap rasa syukur diberi keselamatan tiba di a lovely city, sebagaimana menjadi slogan kota ini di salah satu spanduk, kami pun bergegas menuju penginapan dengan berjalan kaki!  Dua  satu buah tas gendong dan satu tas selempang serta satu ‘tas’ jinjing berisi snack membebani punggung, dan kedua lengan penulis.   Sedangkan teman penulis, melenggang dengan satu tas yang membebani bahunya saja.  Berkomitmen tidak berbecak dan atas kemurahan hatinya membewakan salah satu beban penulis, akhirnya sekitar sepuluh-lima belas menitan, kami pun tiba dengan……cukup ngos-ngosan di penginapan yang masih berlokasi di kawasan Malioboro!  Legaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.

Nasi Kucing
Beranjak malam, kami pun bergegas mencari makan.  Maklum, semenjak turun kereta tadi, kami belum mencari makan, mana siangnya tidak sempat makan siang karena harganya yang lumayan uwow untuk saku kami (ups…ketahuan deh…heu).  Makin lengkap karena ternyata kami sama-sama tidak sarapan di pagi harinya (Cuma makn roti doank dua biji, hoho).  Kebayang kan bagaimana kondisi perut kai ini kalau dibedah…heu.  Akhirnya selepas isya, kami pun menuju warung yang menjajakan nasi kucing tepat di seberang rel yang banyak dlirekomendasikan orang, “WARUNG KOPI JOS PAK AGUS”, begitulah sang pemilik menamai kedainya. 

Sama seperti kebanyakan kedai makanan di kawasan sekitar Malioboro, warung Pak Agus ini pun berkonsep angkringan atau lesehan.  Tidak ada kursi dan meja, hanya bergulung tikar yang memanjang dari sudut jalan sampai batas trotoar pertama.  Warungnya pun lumayan ramai pengunjung.  Itu hari biasa loh, sudah terhitung hari kerja, terbayang jika musim liburan betulan, hem…curiga mesti menunggu beberapa saat sebelum akhirnya mendapat wilayah strategis untuk duduk dan menikmati suasana malam kota yang dicintai banyak orang ini.  Ya, tentu saja dengan konsep angkringan, ya warung ini emang pas buat mengisi perut sambil nongkrong bareng teman atau keluarga.  Minimal, menyantap kopi jos!  Itu loh kopi hitam yang dicelupi arang.  Rasanya? Entahlah, penulis sempat ditawari, tapi…segelas cappuccino dingin sudah kadung mencuri perhatian dan selera penulis.  Namun yang pasti bagi yang suka sepertinya nikmat, secara kopi tersebut malah jadi ikon dari warungnya sendiri.  Well, next time mari kita coba.

Dan, how about nasi kucing?  Bukan makanan buat kucing loh ya, tapi porsi kucing!  Ya artinya porsinya memang tidak banyak, setengahan barang kali.  Mengenyangkan bagi yang porsi makannya memang sedikit, tapi kurang bagi mereka dengan selera makan besar, termasuk penulis (upss….kan udah cerita di atas, belum makan dari pagi, jadi laparnya kuadrat…heheh).  Lauknya bawaannya ada yag sekedar sambal, ikan teri, pindang, dan tempe.  Penulis memilih yang terakhir.  Dengan ditemani tempe goreng (doyan kuadrat-kuadratan), satu tusuk usus krispi, dan setusuk telur puyuh, dua bungkus nasi kucing pun berhasil diluncurkan dengan mulus untuk dicerna oleh usus-usus dalam perut penulis. 

21.00 Till end:  Cold Day
Perut kenyang, kasur pun menanti.  Setelah sempat melihat-lihat sebentar di malioboro yang terlewati sepanjang perjalanan menuju dan kembali dari warung makan, kami sempat mampir dan membeli beberapa barang keperluan disana.  Namun,  setelahnya dengan pertimbangan sudah larut dan masih capek oleh perjalanan delapan jam yang kami tempuh siang harinya, kami pun memutuskan istirahat untuk menyiapkan tenaga esok hari.  Kami sudah kehilangan kesadaran sejak kurang dari pukul 23.00, dan sejak saat itu hingga kembali terjaga di tengah malam dan bahkan saat benar-benar terjaga diwaktu subuh, kami merasakan sesuatu yang bagi penulis pribadi aneh ya bisa terjadi di kota ini bagi kami yang tinggal di kota dengan cuaca jauh lebih sejuk daripada disini: KEDINGINAN!  Itu pula yang sampai akirnya membuat kami tidak mandi sebelum tidur karena tak ada keringat dan malah ya itu kedinginan. 

In short, agenda hari pertama ya hanya diisi oleh makan-makan sambil nangkring dan istirahat.



Senin, 09 Juli 2012

Cinta di Saku Celana


Pemain        : Donny lamsyah, Ramon Y. Tungka, Lukman Sardi, Dion Wiyoko, Gading  Marten, Joanna Alexandra
Sutradara      : Fajar Nugros
Produksi         : PT. Kharisma Starvison Plus
Sinopsis
Judul yang terasa terlalu rame dan biasa untuk sebuah produksi Film layar lebar.  Kalau berpatokan pada judul tanpa memperhatikan jajaran cast, rasanya penulis tidak berminat menontonnya.  Thanks GOD I saw it with its posters, so I have no reason for not watching this movie.  Donny Alamsyah sebenarnya sudah cukup jadi magnet utama bagi penulis untuk menyaksikan film ini.  Apalagi ia ditemani oleh Ramon Y. Tungka dan Lukman Sardi yang juga masuk dalam jajaran aktor favorit penulis.  Sebagai bonus, ada Dion Wiyoko dan Gading Martin juga.  Dan you know what? All of them except Dion Wiyoko ‘fight’ for a Joanna Alexandra!

Yap, CDSC berkisah tentang Ahmad, seorang pegawai pos cerdas tapi lajang yang tengah mengejar sang cinta.  Ia menganggap cinta-nya ialah bening, seorang gadis yang sering berkirim kabar melalui kartu pos dengan sang tunangan.  Berawal dari kebiasaan, lama-lama muncul benih-benih cinta di hati Ahmad.  Apalagi mereka sering bertemu di rel kereta api.  Ia sadar jika Bening telah ada yang memiliki, tapi berkat dorongan sahabatnya yang sangat ahli dalam urusan merebut wanita meskipun otaknya dangkal, akhirnya Ahmad pun pantang menyerah.  Lewat saran ibu panti tempatnya dulu tinggal, ia pun memeberanikan setahap lebih maju dengan mengirimi sang gadis surat karena ia belum berani melakukan pendekatan langsung.

Sial baginya surat yang diselipkan di dompet tsb raib bersama dompet-dompetnya tepat saat ia akan menyerahkan surat tersebut.  kejadian ini mnegantarnya bertemu Gubeng, pencopet kelas kakap dengan wilayah operasi stasiun dan sekitarnya.  Ia meinta Gubeng mencurikan hati Bening.  Sayang, Gubeng ternyata malah ikutan jatuh hati pada Bening dan masuk penjara (baca: tobat).  Dari sana ia malah mesti berurusan dengan pengusaha Loundry yang mengaku kini menjadi pemilik si cinta.  Makin sial lagi karena ternyata laundry tsb merangkap sebagai tempat penjualan narkoba yang telah diincar lama oleh polisi.  Diboyonglah ia kesana.
Belum cukup, dari kantor polisis ia diboyong ke satu tempat dan disana telah menunggu pemilik si Cinta betulan, sang tunangan.  Maka, menyerahlah Ahmad dan segala upayanya merebut hati bening menjadi sia-sia.  Upaya yang bagaimana? Upaya yang bahkan untuk Benig menyadari sosok dan kehadirannya saja pun tidak.  Tidak ada usaha nyata selain mengamati bening, merekammnya, dan lalu melamunkannya.  Lalu, benarkan bening itu sang Cinta-nya Ahmad?  Atau justru ada orang lain?  tonton sendiri aja eeaa *alay dikit*.



***

Well, nonton film ini, em…banyak bikin penulis senyam senyum sendiri menyaksikan kekonyolan para pelakonnya, dan…tentu saja menikmati kegantengan seorang Donny Alamsyah, sepuasnya!  Okay, it’s not so Donny ya kalau gak ada berantemnya.  Dan, ya, sekali pun film ini lebih menjurus ke genre komedi agak romantisan dikit, tetep ya ada adegan baku hantam yang bikin make up lebam menghiasi wajah tampang doi as lead role.  PUAS.  Itu deh satu kata yang bisa penulis gambarkan untuk film ini. Eits…tapi PUAS nya disini lebih kepada kepuasan menyaksikan a Donny Alamsyah dengan muka tampan bersihnya tanpa luka-luka yang sampai bikin matanya petet, bibir dower atau apalah. 

Selain itu yang juga penulis suka dari film ini yaitu reuni-nya Ramon Y. Tungka dan Joanna Alexandra yang pernah dipasangkan di film-nya Hanung Bramantyo, Catatan Akhir Sekolah, 7 tahun silam.  Coba aja aseli reunion, yah meskipun sekilas, tetep membekas deh.  Berseliwerannya sejumlah bintang yang mendapat porsi sebagai cameo dengan credit title as “special appearance” macam Agus Kuncoro, Endhita, Masayu Anastasia, Luna Maya, Imey Liem, Yatty Surachman, sampai Hanung Bramantyo yang Cuma dicatut nama-nya doang juga jadi nilai jualan lain dari film ini.  Yang jelas film ini bagi penulis, sangatlah renyak.  Tidak njelimet tapi juga kurang layak dikatakan biasa.  Unik, begitulah kiranya yang tepat.  Kekurangan mah ya pasti ada, tapi ah silakan dinilai sendiri.  Pokonya penulis mengikuti film ini dengan tanpa beban dan sangat menikmatinya.  J

Berlayar (untuk) Berlabuh


Mulanya ia berlabuh di satu pelabuhan besar
Bersama keluarga besarnya
Dan lalu seiring bertambahnya usia
Ia pun mulai berlayar mengarungi samudera luas
Berlayar dan terus berlayar
Dengan sesekali berlabuh sebentar-bentar saja
Hingga akhirnya ia benar-benar berlabuh
Melabuhkan segenap hati, seluruh jiwa, dan sekujur raganya
Suatu saat nanti
Di pelabuhan yang tepat
Berlayarlah kau wahai sang kapal
Hingga pelabuhan (yang tepat itu) kau temukan
Suatu hari nanti…

Senin, 18 Juni 2012

Final DIOSSP 2012


Tidak terasa Indonesia Open 2012 ini telah mencapai puncaknya.  Diwarnai berbagai kejutan sedari babak babak awal dengan bertumbangannya sejumlah unggulan, comeback-nya Sonny Dwi Kuncoro, dan kesuksesan para pemain yang mesti berlaga dari kualifikasi menembus babak semifinal,  dan kesuksesan pemain unggulan menghentikan langkah unggulan pertama.  Setelah melalui berbagai pertarungan sengit di setiap babaknya, sampailah Indoneisa Open ini pada puncaknya.  10 pemain dari 6 negara berlaga di final kejuaraan yang memperebutkan total hadiah US$ 650.000 ini. 

China, sekalipun banyak pemain unggulannya yang berguguran masih mendominasi dengan menempatkan empat wakilnya masing –masing di Ganda Putri (Wang Xiaoli/Yu Yang dan Qian Ting/Zhao Yunlei), Tunggal Putra (Du pengyu) dan Tunggal Putri (Li Xuerui).  Tuan rumah, Indonesia, menyusul dengan dua wakilnya di Ganda campuran (Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir) dan Tunggal Putra (Simon Santoso).  Empat negara lainnya masing-masing menempatkan satu wakilnya, mulai dari India dengan Saina Nehwal-nya (Tunggal Putri), Korea menempatkan Jung Jae Sung/Lee Yong Dae (Ganda Putra),  Denmark diwakili Mathias Boe/Carsten Mogensen, serta Thailand dengan duo Sudket/Saralee (Ganda Campuran).

Satu gelar di Ganda Putri sudah dipastikan jadi milik China setelah berhasil menciptakan All-China-Final.  Dan bisa jadi koleksi gelarnya bertambah hingga tiga melalui Li Xuerui dan Du Pengyu  di sektor Tunggal Putra dan Putri.  Tapi, tunggu dulu, keduanya ditunggu oleh pemain yang tidak sembarangan. Li Xuerui ditantang juara Indonesia Open 2009 dan 2010, sementara Du Pengyu dinanti andalan tuan rumah, Simon Santoso, yang sudah haus gelar sejak berpuasa sejak 2010 lalu.  Di dua partai lainnya juga akan tersaji pertarungan yang tak kalah seru.  Mathias Boe/Carsten Mogensen yang tengah kembali on fire mesti menghadapi ganda Korea yang konsisten performanya sepanjang tahun ini, Jung jae Sung/Lee Yong Dae.  Sedangkan partai terakhir mempertemukan ganda unggulan tuan rumah, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dengan Sudket/Saralee.  Secara statistik pasangan ini menang di tiga pertemuannya dengan ganda utama Thailand ini.  Akan tetapi meskipun demikian pasangan ini patut diwasapadai karena di perempat final berhasil menghempaskan unggulan teratas Zhang Nan/Zhao Yunlei. 

Berikut hasil lengkapanya…

WD: Wang Xiaoli/Yu Yang (China—1) vs Zhao Yunlei/Qian Tin (China—2)
Pertarungan junior-senior ini berlangsung ketat di awal set pertamas.  Setelah melalui perjuangan tiga set melawan ganda Indonesia, Greysia Polii/Meiliana jauhrai, sehari sebelumnya, pasangan Qian Ting/Zhao Yunlei ini tidak mau begitu saja takluk di tangan seniornya.  Sudah jadi rahasia umum jika pasangan berbeda satu peringkat ini memang terbiasa saling bunuh di turnamen besar mengingat jarang ada pemain yang mampu menaklukan dua pasang ini.  Sempat mengambil alih set pertama 21-17, dua set berikutnya menjadi milik sang senior, Wang Xiaoli/Yu Yang 21-9, 21-13.

MD: Jung Jae Sung/Lee Yong Dae (Korea—2) vs Mathias Boe/Carsten Mogensen (Denmark—3)
Sempat unggul jauh di babak pertama, namun ganda Denmark mesti merelakan set pertama jadi milik Korea 23-21.  Di set kedua, sempat saling menyusul, akhirnya JJS/LYD dipaksa bermain hingga tiga set setelah diungguli Boe/Mogensen 18-21.  Set ketiga sedikit anti-klimaks karena pertarungan yang sempat berjalan ketat akhirnya diakhir dengan skor 21-11  untuk Korea.  Korea pun kembali memenangi sektor ini setelah terakhir meraihnya pada tahun 2009.  Korea pemenangnya, tapi bintang sesungguhnya yaitu LEE YONG DAE!

WS: Li Xuerui (China—4) vs Saina Nehwal (India—5)
Saina mendapat dukungan penuh sejak awal dari publik ISTORA.  Namuan, rupanya sukungan penonton yang membahana belum mampu mengangkat semangat seorang Saina, set pertama pun direlakannya untuk tunggal unggulan keempat asal China itu, Li Xuerui, 21-13.  Li Xuerui seharusnya bisa memastikan gelar kedua bagi China andai saja Saina Nehwal tidak mampu menyamakn kedudukan di angka 20-20 pada set kedua.  Momentum ini justru menjadi titik balik seorang Saina, set ekdua pun akhirnya jadi milik primadona India ini, 20-22.  Set ketiga kembali berlangsung ketat, Saina dan Li sama-sama saling mengejar poin.  Namuns epertinya atmosfer ISTORA lebih berpihak pada Saina, ia pun kembali meraih gelar ketiganya setelah menuntaskan set ketiga dengan poin  19-21.

MS: Simon Santoso (Indonesia—8) vs Du Peng Yu (China)  
Ini dia partai yang paling dinantikan publik ISTORA dan tentu saja masyarakat Indonesia.  Namanya Indonesia Open, tidak lengkap rasanya tanpa kehadiran dan bahkan kemenangan wakil Indonesia di final.  Apalagi, dua tahun terakhir ini Indonesia tanpa gelar di rumah sendiri.  Dan, ya Simon mencoba mencetak sejarah baru.  Tidak tanggung-tanggun dua sekaligus!  Mencatatkan diri sebagai pematah puasa gelar di Indonesia Open, dan yang lebih penting lagi mencatatkan namanya sebagai wakil Indonesia kesepuluh yang memenangkan turnamen ini.

Melawan Du Pengyu yang ulet dan pantang menyerah bukan suatu hal yang mudah.  Meski  ia amsih berada di bawah seniornya macam Lin Dan, Chen Jin,dan Chen Long, nmaun jangan pernah menganggap remeh kemampuan seorang pemain China.  Terbukti, walaupun akhirnya memenangi set pertama 21-18, tapi Simon mesti menghadapi perlawanan ketat sang lawan.  Malah, set kedua menjadi milik Du Pengyu 13-21, kesalahn sendiri yang berulang kali dilakukan Simon menjadi salah satu penyebabnya.  Beruntung, Simon kembali di set ketiga.  Sempat berimang di awal permainan, akhirnya Simon berhasil mengandaskan sang lawan dengan skor 21-11.  Puasa gelar dua tahun pun berakhir.  GREAT JOB, SIMON! We are really proud of you! :D

XD: Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (Indonesia—3) vs Sudket/Saralee (Thailand)
Partai terakhir yang dihaapkan menjadi klimaks bagi Tontowi/Liliyana.  Mengulang final Swiss dan India Open, banyak yang lebih mengunggulkan tuan rumah.  Selain faktor tuan rumah, faktor unggulan ketiga pun menjadi indikator lainnya.  Menempati peringkat 9 dunia, ganda utama Thailand pun tidak diperhitungkan sebagai unggulan pada turnamen ini.  Namun, rekm jejak mereka hingga menembus final patut diwaspadai.  Keberhasilan kuda hitam ini menumbangkan unggulan pertama sala China, Zhang Nan/Zhao Yunlei tantu merupakan hasil yang lebih dari sekedar biasa, jika tidak mau disebut istimewa.

Kembali ke pertandingan.  Dukungan penuh dari publik ISTORA rupanya tidak langsung tokcer bagi pasangan nomor tiga dunia ini.  Meski berlangsung ketat di awal-awal, pasangan Thailand rupanya tampil lebih dominan dan akhirnya merebut  set pertama 17-21.  Di set kedua, pasangan Indonesia mencoba bangkit dan kahirnya berhasil memaksakan rubber game setelah balik unggul 21-17.  Sayangnya, di set terakhir pasangn Indonesia tidaak mampu mempertahankan keunggulan dan terus tertekan oleh permainan ganda Thailand.  Tertinggal 6 angka, 5-11, di paruh babak ketiga, rupanya terus berlanjut hingga akhir laga dengan skor akhir 14-21 untuk kemanngan Sudket/saralee. Very sweet revenge for Thai! 

5 Gelar, 5 Negara
Dengan demikian, maka lima gelar menjadi milik lima negara berbeda.  Sesuatu yang sangat langksa di era dominasi China hari ini.  Lima dari enam negar ayang berlaga di final ini semua mendapat gelar, kecuali Denmark yang pulang dengan tangan hampa setelah Boe/Carsten dipeccundangi Jung Jae Sung/Lee Yong Dae.  China meraih satu gelar di Ganda Putri setelah menciptakan final sesama pemain China, wajar.  India dengan Saina Nehwal-nya berhasil mengandaskan dominasi China yang menyisakan seorang Li Xuerui di Tunggal Putri.  Indonesia selaku tuan rumah akhirnya meraih gelar setelah absen dua tahun melalui perjuanga seorang Simon Santoso yang mesti bersusah payah menaklukan seorang Du Pengyu di Tunggal Putri.  Terakhir, Thailand mengandaskan mimpi peccinta bulu tangkis tanah air untuk mendominasi final Indonesia Open dengan dua gelar setelah secara meyakinkan menyudahi perlawanan jagoan tuan rumah,  Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.  Oke, menganut asas keadilan sejahtera bagi seluruh finalis Indonesia Open 2012, ini sepertinya.:p

Berimbang dan Rubber Game
Menariknya kelima gelar tersbut diraih oleh kelimanya melalui perjuangan yang tidak mudah.  Entah berapa liter keringat yang dihasilkan jika diperas dan ditimbang *naon sih #abaikan*.  Pasalnya, kelima partai di Final Indonesia Open 2012 ini semua berkesudahan dengan rubber game!  Dari partai pertama hingga partia kelima!

Hal ini barangkali tidak terlepas dari ketatnya persaingan antar pemain dengan  rangking dan kemampuan setara.  Iya lah, semua yang bertanding di final DIO ini merupakan pemain unggulan kecuali Sudket/Saralee.  Makinmenarik karena ternyata mereka hanya terpaut satu peringkat saja.  Artinya iya secara kemampuan pun tidak ada perbedaan berarti alias setara.  Kan, terkadang ranking itu hnaya masalah seberapa banyak turnamen yang diikuti.  Adapun Sudket/Saralee yang non unggulan, mereka peringkat ke Sembilan kok, naik satu lagi aja, bakal jadi unggulan juga.  Jadi, kualitasnya ya tidak bisa disamakan dengan mereka yang memulai dari babak kulaifikasi (dengan ranking puluhan).

Makanya, gak heran ketika seluruh partai mesti sampai RUBBER GAME.  Ya, emang ketat.  Kalau kata komentatornya “mereka yang berbuat kesalahan sekecil apa pun yang akan kalah”.  Ini sangking sengitnya persaingan diantara para finalis.  Dan bener, sepakat lagi kata komentator bahwa ya inilah final ideal, yang begini, yang berimbang.  Kualitas memang gak bisa dibohongi.  Pemain berkualitas akan menghadirkan satu permainan berkualitas dan memberi satu pertunjukkan yang setara pertunjukkan seni, mengutip kata seorang budayawan asal kota kembang.  Gak rugi dan nyesel deh nontonnya sekalipun bukan Indonesia yang main, kalau semua final kayak di Indonesia Open ini.

STOP PUASA GELAR
Ini nih, intinya, menyudahi puasa gelar.  Cukup ya dua tahun puasa gelar dibayar lunas oleh kemenangan manis Simon Santoso.  Akan lebih afdol sebenarnya jika dua tahun puasa gelar dibayar oleh dua gelar di tahun ini.  Tapi, apalah daya Owi/Butet yang ditargetkan meraih emas Olimpiade London ini mesti mengakui keunggulan Sudket/Saralee melalui pertarungan RUBBER GAME.  Yasudahlah, Owi/Butet toh sudah berusaha, hanya saja memang ganda Thailand sedang begitu on fire, dan sepertinya punya tekad bulat untuk revenge.  Sedikit flash back, pasangan ini dua kali dikalahkan di final Super Series, Swiss Open dan .  Jadi sangat wajar ya kalau mereka ingin membalaskan kekalahan di hadapan publiknya sendiri.  Owi/Butet pun mungkin sedikit terbeban ya dengan harapan banyak orang apada mereka yang digadang-gadang dipersiapkan meraih emas Olimpiade.  ahh…kembali ke pokok pembicaraan, yang penting puasa gelar itu sudah terpatahkan.  Thanks Simon, thanks Owi/Butet, IN-DO-NE-SIA! :D

And, The Real Star of ISTORA is …..
Lee Yong Dae? Mungkin iya sebelum partai final antara Simon Santoso vs Du Pengyu.  Tapi, aa YONGDAE yang sudah sedari awal jadi idola publik ISTORA harus mengakui keunggulan pesona ke-cool-an Simon Santoso setelah mempersembahkan gelar pemupus puasa gelar bagi Indonesia.  Aa YONGDAE memang memesona dan akan selalu begitu dengan kecharmingannya, tapi maaf maaf aja Simon benar-benar stole the whole attention.  Bahkan ya ketidakberhasilan Owi/Butet pun jadi tidak begitu masalah gara-gara Simon *IMO*.  Pokonya hari ini Simon tiada duanya, berhasil juara Indonesia Open sekaligus juara di hatis eluruh masyarakat Indonesia umumnya, khususnya seluruh pecinta bulu tangkis di tanah air dan terkhusus yang nonton langsung di ISTORA.  Nah, khusus buat aa YONGDAE, tenang aja, sekalipun Simon stole your position in that moment, you are always win (in) my heart.  Always. :D

#FAKTAUNIKDIOSSP2012
Gak ada Dominasi China
Stop Puasa Gelar
5 Gelar 5 Negara    
All Rubber Game Final


Sabtu, 16 Juni 2012

Serba Seri EURO 2012 #JustShareMO


#Der Oranje Kritis!
Timnas Belanda yang digadang-gadang sebagai salah satu calon kuat peraih kampium Piala Eropa, di luar dugaan justru terseok-seok di fase grup.  Dikalahkan Denmark di laga pembuka dan kembali mengalami kekalahan kedua dari Jerman, membuat tim asuhan Bert Van Marwijk ini berada di ujung tanduk.  Menang di pertandingan grup terakhir melawan Portugal menjadi mutlak perlu demi mengamankan tiket ke semifinal yang masih terbuka.  Itu pun dengan dua catatan.  Pertama, paling tidak ada tiga gol yang mesti disarangkan ke gawang Portugal.  Dan, kedua Belanda layak berharap bahwa Jerman mampu mengalahkan Denmark di laga penutup grup B.  Jika salah satu saja tidak terpenuhi, maka habislah perjalan Belanda di EURO 2012 ini.

#Inggris dan Spanyol Berjaya!
Tim Spanyol yang sempat tertahan di laga pembuka setelah mendapat hasil imbang dengan Italia akhirnyamembuktikan kelasnya di laga kedua melawan Republik Irlandia.  Menampilkan Torres sejak menit awal dan mencadangkan Fabregas, strategi pelatih Vincente del Bosque terbukti jitu.  Pertandingan baru berjalan sekitar 4 menit,  Torres sudah membawa tim La Furia Roja unggul terlebih dahulu 1-0.  Kemudian, di babak kedua David Silva, Torres, dan Fabregas memperbesar keunggulan hingga 4-0.  Kemenangan ini sekaligus secara otomatis menghentikan langkah tim Irlandia sekaligus menegaskan kekuatan  sesungguhnya sang juara bertahan, Spanyol.

Di pertandingan lainnya, timnas Inggris yang di laga pembuka Grup C juga meraup hasil imbang melawan Italia akhirnya meraih tiga biji kemenangan setelah mengandaskan  perlawanan Swedia 2-1 di  pertandingan lanjutan grup D.  Hasil ini secara otomatis menghantar Ibrahimovic dkk menyusul Irlandia terhenti dari EURO 2012. Tiga biji gol kemenangan Irlandia masing-masing disarangkan oleh Andy Caroll, Theo Walcott, dan Dany Welbeck.  Kepastian tersingkirnya Swedia tak lepas dari kemenangan 2-0 yang dibukukan perancis atas tuan rumah, Ukraina. 

# GUNNERS in Action!
Para punggawa Gunners telah menjadi pahlawan tersendiri bagi negara masing-masing di pertandingan kedua fase grup EURO 2012 ini.  Selain yang masih berseragam Gunners hingga hari ini, mereka yang sudah tidak lagi tapi sempat cukup lama menjadi Gunners.  Mereka menyumbangkan gol, meski tidak melulu membawa kemenangan bagi tim mereka masing-masing.  Ada RvP dan Walcott yang masih menjadi Gunners.  Juga Bendtner, Nasri, dan Fabregas yang kini memang sudah tak berseragam Gunners, tapi sempat merasakan saat-saat manis di bawah asuhan opa AW.

RvP berhasil menyumbangkan satu gol ketika timnya, Belanda, dikalahkan 2-1 oleh Jerman pada pertandingan kedua Grup B.  Gol yang datang cukup terlambat, tetapi setidaknya mampu menjawab keraguan akan performa gilang gemilangnya bersama Gunners setelah seperti tak mampu berbuat banyak di laga pertama melawan Denmark.  Lain lagi dengan Walcott yang menjadi man of the match di laga kedua The Three Lions.  Sempat tertinggal 2-1 di pertengahan babak kedua, Walcott yang baru masuk di menit ke 72 langsung membuat gol penyeimbang yang sangat cantik dua menit kemudian.  Belum cukup, ia pun berperan besar dalam  gol kemenangan tim asuhan Roy Hodgson yang dieksekusi dengan tidak kalah cantiknya oleh Danny Welbeck.

Sementara Nasri, Bendtner, dan Fabregas masing-masing telah membukukan satu gold an memberi keeping angka bagi tim-timnya.  Nasri membukukan gol penyeimbang saat melawan Inggris di pertemuan pertama.  Bendter mencetak dua gol saat Denmark hampir saja menahan imbang Portugal sebelum akhirnya kalah 2-2.  Dan, eks kapten Arsenal, Fabregas pun menyumbang dua gol dari dua pertandingan yang telah dilakoninya bersama La Furia Roja. 

Sekalipun gol-gol tersebut tidak mampu memberi biji kemenangan bagi tim-nya masing-masing, akan tetapi setidaknya bahwa kualitas individu para pemain tersebut tentu saja tidak bisa diragukan.  Artinya, sebagai seorang GOONERS yang sayangnya tim favorit-nya di EURO kali ini masih belum pada beruntung, setidaknya masih patut berbangga dengan kemampuan yang ditunjukkan oleh para pemain ataupun mantan pemain Gunners tersebut.  walaupun sebenarnya penulis enggan ya mengakui mereka yang sudah berpaling dari tim London Utara ini, tapi yam au tidak mau sejarah telah mencatat bahwa mereka merupakan bagian dari Gunners…dulu, bahkan nama besar mereka diperoleh dari tim tersebut.

# Gunners in England’s Jersey
Jersey away timnas Inggris yang bernuansa Biru dan memasukan unsur biru turqois tidak bisa tidak mengingatkan penulis pada kostum Away Gunners.  Hanya beda design saja, selebihnya penulis fikir sama.  Okay, produsen kedua tim berbeda: Gunners Nike,  Timnas Inggris.  Tapi, akui sajalah kalau jersey-nya memang sangat Arsenal kan?  Warna yang cantik bukan?  Banyak orang yang sudah mengakui betapa kerennya jersey away tim London Utara ini.  Dan, ya sepenerawangan geje penulis, nampaknya faktor kostum ini sedikit banyak mempengaruhi performa Steven Gerrad dkk saat menghadapi keagresivan Ibrahimovic cs. 

#England Skuad’s Hug is so Awkward!
Sangat tidak mudah memang untuk menjadikan rival sebagai kawan, sebagaimana yang terajdi dengan banyak timnas di EURO 2012 ini.  Rivalitas mengakar di level klub sering kali masih terbawa hingga level timnas.  Maka, tak heran jika banyak muncul kabar si anu tidak akur dengan si anu, yang notabene rekan satu negara.  Ya, tentu menjadi satu PR besar bagi pelatih dan manajemen untuk menyatukan para pemain yang telah menjadi motor di klub-nya masing-masing.  Namun, yang mesti disadari ialah bahwa para pemain pun seharusnya mampu meredam ego pribadi demi keberlangsungan dan  kekompakan tim.  Kan, bukan lagi menjadi rahasia umum bahwa sepak bola yang mengandalkan kolektivitas tim, bukan semata skill individu, tentu saja menuntut kekompakan dalam tim menjadi hal yang mutlak perlu. 

Oleh karena itu, tidak heran jika akan terasa aneh begitu melihat mereka yang sudah terbiasa menjadi rival di level lokal (Negara masing-masing) tiba-tiba mesti menjadi kawan di level regional (baca: benua).  Seperti yang terjadi di ajang EURO Cup 2012 ini.   Saat laga Inggris melawan Swedia kemarin ada suatu pemandangan aneh saat Walcott berpelukan dengan Welbeck, Gerrad, Terry, dan Carroll.  Apanya yang aneh? Biasa toh dalam selebrai gol.  Memang seharusnya tidak ada yang aneh, tapi ya mungkin karena rivalitas di Negara masing-masing sudah kadung melekat, jadi pemandangan ketika ereka yang biasanya ‘beseteru’ di lapangan tiba-toba berpelukan….hemm…it’s so awkward for me anyway.  IMHO.

Kamis, 14 Juni 2012

Djarum Indonesia Open Super Series Premiere


Hajatan terakbar bagai insan perbulutangkisan nasional dan tentu saja internasional digelar selama seminggu ini.  Tempatnya? Dimana lagi kalau bukan ISTORA senayan! *bosen gak sih?*  yap, alagai kalau bukan Djarum Indonesia Open Super Series pake Premiere!  Udah gak mesti dijelasin lagi lah ya apa itu premiere dan blab la bla..googling aja pasti bejibun kok J.  Ada sejumlah misi *kalau banyak kesannya masruk gitu* yang dibawa para atlet Indonesia disini.  Paling tidak dua misis yang diusung: membayar hasil tanpa gelar di rumah sendiri dua tahun berturut-turut dan membayar kegagalan di Thomas Uber Cup.

Akan berhasilkah kira-kira?  Sejauh ini sih masih 50-50.  Kenapa? Karena baru sampai di Round 1 a.k.a babak 32 besar, udah bejubunnn pemain anadalan kalau gak bisa dibilang unggulan Indonesia yang pada berguguran.  Mereka yang non peletnas dan masih muda gak perlu disebutin satu-satu, kebanyakan dan terutama penulis gak pada kenal.  Nah buat pemain sekaliber pemain pelatnas pun ternyata eh ternyata teteup pada banyak yang bergurguran.  Sebut saja salah satu yang paling sulit dipercaya yaitu kekalahan ganda putra nomor 1 Indonesia saat ini, Moh Ahsan/Bona Septano.  Juniornya, Angga/Ryan pun menyusul.  Beruntung masih ada pasangan senior yang sayangnya nbelakangan mulai kurang fokus dan inkonsisten, markis Kido/Hendra Setiawan yang masih bertahan.

Di sektor lainnya, ganda putri muda andalah Indonesia Anneke/Nitya mesti mengakui keunggulan pasangan muda Cina dalam pertandingan yang berlangsung ketat.  Ada lagi Moh Rijal/Debby yang dipulangkan awal oleh pasangan d.  Nah, kalau di sektor tunggal baik putra dan putri sama-sama menyisakan sedikit pemain yang bertahan.  Dan percayakah bahwa diantara yang bertahan adalah Sonny DK yang mengawali DIOSSP ini dari babak kualifikasi dan langsung ditantang Peter Gade di R1. 

Luar biasa!  Di saat beberapa pemainmuda andalan masa depan seperti Tommy Kurniawan dipaksa mneyerah dari sesama pemain non unggulan, ini Sonny yang non unggulan bisa-bisanya mengalahkan Gade yang unggulan kedua!  Di putri, wakil Indonesia di tunggal putri OG nanti, Firdasari, mundur karena cedera saat kedudukan 7-7 melawan unggulan pertama, Wang Yihan.  Selain itu, Lindaweni yang tampil impresif di ajang Thomas Uber Cup beberapa waktu lalu, harus pulang lebih awal, bahkan sebelum masuk ke babak utama.  Masih ada Maria Febe sebenarnya, tapi sayang ia, pemain putri INA satu-satunya yang berhasil langsung menembus babak utama, ternyata tak berdaya menghadapi pemain  muda India.

#Result Round 32 DIOSSP
Dari hasil babak pertama secara keseluruhan, selain di Tunggal Putra, sektor lain relatif minim kejutan.   Di tunggal Putra, unggulan pertama Chen Jin mengundurkan diri saat tengah berhadapan dengan jan O Jogersen (Denmark).  Sementara Peter Gade ya itu dikalahkan oleh SDK. Chen Long pun hampiiir saja dikalahkan oleh M. Hafidz Hasyim (Malaysia).  Hasil maksimal yang ditorehkan SDK, diikuti pula oleh hasil positif dari sejumlah pemain Indonesia macam Taufik Hidayat, Hayom Rumbaka, dan Alamsyah Yuus yang berhasil mengalahkan lawan-lawannya. 

Di tunggal putri, taka ada kesulitan berarti yang dihadapai trio Wang yang menempati tiga unggulan teratas.  Sayangnya, pebulutangkis muda nomor satu Thailand saat ini, Ratchanok Inthanon, dipaksa menyerah lewat pertarungan ketat tiga set melawan tunggal Korea, Ju Ji Hyun.  Beruntung lah masih ada seorang Saina Nehwal yang menjadi juara bertahan turnamen ini dua kali bertutur-turut sebelum tahun kemarin dikalahkan srikandi-nya Thailand itu.  Mudah-mudahan Saina bisa terus melaju hingga ke puncak dan sempat direbut pemain lain itu di DIOSSP kali ini.  Ya, paling tidak kan bisa meminimalisisr peluang sapu bersih negaranya trio Wang.

Ganda Putri dan Putra, unggulan masih melaju, pun di Ganda campuran.  Kejutan-kejutan kecil seperti melajunya pemain non unggulan melibas pemain dengan peringkat lebih baik mewarnai ketiga sektor ini.  Namun tidak dominan.  Jika Bona Septano bersama M. Ahsan, pasangannya, dipaksa angkat koper lebih awal, maka hasil sebaliknya diraih saudara kandungnya, pasangan Markis Kido/Pia Zebadiah yang di luar dugaan bisa mengalahkan pasangan senior Denmark Thomas Layborn/Kamilla Rhytter Juhl. 

#Absennya Pemain Unggulan
Dua tunggal putra teratas duni sedari awal sudah memastikan absen di ajang berhadiah total US$ 650.000.  Sebagaimana kita ketahui bahwa tungga no 1 dunia, LCW mengalami cidera yang cukup parah di penyisihan grup Thomas Cup lalu.  Sementara Lin Dan, dengan alasan kelelahan turut absen.  Cukup? Belum, karena ternyata saat hari H, beberapa pemain menyusul absen seperti ganda putra unggulan pertama, Cai Yun/Fu Haifeng.  Dua ganda korea pun menyusul mundur yaitu Kim Min Jung/Ha Jung Eun dan Lee Yong Dae/Ha Jung Eun.  Ada juga Pi Hongyan, tunggal putri Perancis, dan beberapa pemain lainnya. 

Mundurnya Cai/Fu yang paling mengecewakan bukan saja penulis peribadi, melainkan juga seluruh pecinta bulu tangkis.  Gimana, ya, final klasik antara Cai/Fu vs JJS/LYD pasti dinantikan semua BL Lovers.  Penulis pribadi sebenanrnya sangat ingin menyaksikan duel ganda terkuat Cina itu dengan ganda terkuat Eropa, Mathias Boe/Carsten Mogensen.  Tapi, ya walaupun tanpa pemain-pemain tersebut, masih banyak pemain hebat dunia lainnya yang masih berlaga di DIOSSP kali ini.

#Momentum Emas Indonesia
Hasil minor Bona Septano/M. Ahsan, praktis menjadikan Ahhmad Tontowi/Liliyana Natsir sebagai tumpuan utama meraih gelar disini.  Bukan apa-apa, sudah dua tahun terakhir ini Indonesia tanpa gelar di negeri sendiri.  Harapan publik berlipat setelah kekalahan yang bisa dikatakan tak terduga di Thomaa-Uber Cup lalu.  Maka, kalau tadinya beban pemain hanya memecah telor gelar, maka kini sekaligus menjadi ajang pembuktian bahwa Indonesia belum sepenuhnya habis, paling tidak di nomor perorangan.

Tren positif yang ditunjukkan pasangan Tontowi/Liliyana di tahun 2012 ini tentu membuat pecinta bulu tangkis di tanah air berharap banyak pada pasangan ini.  Apalagi setelah suskes mereka meraih gelar di All England setelah sebulumnya puasa gelar tujuh tahun secara Indonesianya, dan  di secara sektor ganda campurannya.  Selain itu kemenangan SDK di ajang Thailand GPG pekan lalu mudah-mudahan bisa diulangi disini, di negeri sendiri.  Ya, setidaknya dua gelar bisa diamankan pasukan merah putih di ajang DIOSSP.  Kemenangan Tontowi/Liliyana yang dinanti-nantikan ditambah kemenangan pemain yang baru saja come back setelah dibekap cedera berkepanjangan, SDK, tentu akan menjadi peliipur lara bagi para pemain dan pecinta bulu tangkis tanah air.  Dan, disinilah, di ajang Djarum Indonesia Open Super Series, di rumah sendiri, merupakan momentum emas untuk meraih dan mewujudkan cita-cita tersebut.