Senin, 18 Juni 2012

Final DIOSSP 2012


Tidak terasa Indonesia Open 2012 ini telah mencapai puncaknya.  Diwarnai berbagai kejutan sedari babak babak awal dengan bertumbangannya sejumlah unggulan, comeback-nya Sonny Dwi Kuncoro, dan kesuksesan para pemain yang mesti berlaga dari kualifikasi menembus babak semifinal,  dan kesuksesan pemain unggulan menghentikan langkah unggulan pertama.  Setelah melalui berbagai pertarungan sengit di setiap babaknya, sampailah Indoneisa Open ini pada puncaknya.  10 pemain dari 6 negara berlaga di final kejuaraan yang memperebutkan total hadiah US$ 650.000 ini. 

China, sekalipun banyak pemain unggulannya yang berguguran masih mendominasi dengan menempatkan empat wakilnya masing –masing di Ganda Putri (Wang Xiaoli/Yu Yang dan Qian Ting/Zhao Yunlei), Tunggal Putra (Du pengyu) dan Tunggal Putri (Li Xuerui).  Tuan rumah, Indonesia, menyusul dengan dua wakilnya di Ganda campuran (Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir) dan Tunggal Putra (Simon Santoso).  Empat negara lainnya masing-masing menempatkan satu wakilnya, mulai dari India dengan Saina Nehwal-nya (Tunggal Putri), Korea menempatkan Jung Jae Sung/Lee Yong Dae (Ganda Putra),  Denmark diwakili Mathias Boe/Carsten Mogensen, serta Thailand dengan duo Sudket/Saralee (Ganda Campuran).

Satu gelar di Ganda Putri sudah dipastikan jadi milik China setelah berhasil menciptakan All-China-Final.  Dan bisa jadi koleksi gelarnya bertambah hingga tiga melalui Li Xuerui dan Du Pengyu  di sektor Tunggal Putra dan Putri.  Tapi, tunggu dulu, keduanya ditunggu oleh pemain yang tidak sembarangan. Li Xuerui ditantang juara Indonesia Open 2009 dan 2010, sementara Du Pengyu dinanti andalan tuan rumah, Simon Santoso, yang sudah haus gelar sejak berpuasa sejak 2010 lalu.  Di dua partai lainnya juga akan tersaji pertarungan yang tak kalah seru.  Mathias Boe/Carsten Mogensen yang tengah kembali on fire mesti menghadapi ganda Korea yang konsisten performanya sepanjang tahun ini, Jung jae Sung/Lee Yong Dae.  Sedangkan partai terakhir mempertemukan ganda unggulan tuan rumah, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dengan Sudket/Saralee.  Secara statistik pasangan ini menang di tiga pertemuannya dengan ganda utama Thailand ini.  Akan tetapi meskipun demikian pasangan ini patut diwasapadai karena di perempat final berhasil menghempaskan unggulan teratas Zhang Nan/Zhao Yunlei. 

Berikut hasil lengkapanya…

WD: Wang Xiaoli/Yu Yang (China—1) vs Zhao Yunlei/Qian Tin (China—2)
Pertarungan junior-senior ini berlangsung ketat di awal set pertamas.  Setelah melalui perjuangan tiga set melawan ganda Indonesia, Greysia Polii/Meiliana jauhrai, sehari sebelumnya, pasangan Qian Ting/Zhao Yunlei ini tidak mau begitu saja takluk di tangan seniornya.  Sudah jadi rahasia umum jika pasangan berbeda satu peringkat ini memang terbiasa saling bunuh di turnamen besar mengingat jarang ada pemain yang mampu menaklukan dua pasang ini.  Sempat mengambil alih set pertama 21-17, dua set berikutnya menjadi milik sang senior, Wang Xiaoli/Yu Yang 21-9, 21-13.

MD: Jung Jae Sung/Lee Yong Dae (Korea—2) vs Mathias Boe/Carsten Mogensen (Denmark—3)
Sempat unggul jauh di babak pertama, namun ganda Denmark mesti merelakan set pertama jadi milik Korea 23-21.  Di set kedua, sempat saling menyusul, akhirnya JJS/LYD dipaksa bermain hingga tiga set setelah diungguli Boe/Mogensen 18-21.  Set ketiga sedikit anti-klimaks karena pertarungan yang sempat berjalan ketat akhirnya diakhir dengan skor 21-11  untuk Korea.  Korea pun kembali memenangi sektor ini setelah terakhir meraihnya pada tahun 2009.  Korea pemenangnya, tapi bintang sesungguhnya yaitu LEE YONG DAE!

WS: Li Xuerui (China—4) vs Saina Nehwal (India—5)
Saina mendapat dukungan penuh sejak awal dari publik ISTORA.  Namuan, rupanya sukungan penonton yang membahana belum mampu mengangkat semangat seorang Saina, set pertama pun direlakannya untuk tunggal unggulan keempat asal China itu, Li Xuerui, 21-13.  Li Xuerui seharusnya bisa memastikan gelar kedua bagi China andai saja Saina Nehwal tidak mampu menyamakn kedudukan di angka 20-20 pada set kedua.  Momentum ini justru menjadi titik balik seorang Saina, set ekdua pun akhirnya jadi milik primadona India ini, 20-22.  Set ketiga kembali berlangsung ketat, Saina dan Li sama-sama saling mengejar poin.  Namuns epertinya atmosfer ISTORA lebih berpihak pada Saina, ia pun kembali meraih gelar ketiganya setelah menuntaskan set ketiga dengan poin  19-21.

MS: Simon Santoso (Indonesia—8) vs Du Peng Yu (China)  
Ini dia partai yang paling dinantikan publik ISTORA dan tentu saja masyarakat Indonesia.  Namanya Indonesia Open, tidak lengkap rasanya tanpa kehadiran dan bahkan kemenangan wakil Indonesia di final.  Apalagi, dua tahun terakhir ini Indonesia tanpa gelar di rumah sendiri.  Dan, ya Simon mencoba mencetak sejarah baru.  Tidak tanggung-tanggun dua sekaligus!  Mencatatkan diri sebagai pematah puasa gelar di Indonesia Open, dan yang lebih penting lagi mencatatkan namanya sebagai wakil Indonesia kesepuluh yang memenangkan turnamen ini.

Melawan Du Pengyu yang ulet dan pantang menyerah bukan suatu hal yang mudah.  Meski  ia amsih berada di bawah seniornya macam Lin Dan, Chen Jin,dan Chen Long, nmaun jangan pernah menganggap remeh kemampuan seorang pemain China.  Terbukti, walaupun akhirnya memenangi set pertama 21-18, tapi Simon mesti menghadapi perlawanan ketat sang lawan.  Malah, set kedua menjadi milik Du Pengyu 13-21, kesalahn sendiri yang berulang kali dilakukan Simon menjadi salah satu penyebabnya.  Beruntung, Simon kembali di set ketiga.  Sempat berimang di awal permainan, akhirnya Simon berhasil mengandaskan sang lawan dengan skor 21-11.  Puasa gelar dua tahun pun berakhir.  GREAT JOB, SIMON! We are really proud of you! :D

XD: Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (Indonesia—3) vs Sudket/Saralee (Thailand)
Partai terakhir yang dihaapkan menjadi klimaks bagi Tontowi/Liliyana.  Mengulang final Swiss dan India Open, banyak yang lebih mengunggulkan tuan rumah.  Selain faktor tuan rumah, faktor unggulan ketiga pun menjadi indikator lainnya.  Menempati peringkat 9 dunia, ganda utama Thailand pun tidak diperhitungkan sebagai unggulan pada turnamen ini.  Namun, rekm jejak mereka hingga menembus final patut diwaspadai.  Keberhasilan kuda hitam ini menumbangkan unggulan pertama sala China, Zhang Nan/Zhao Yunlei tantu merupakan hasil yang lebih dari sekedar biasa, jika tidak mau disebut istimewa.

Kembali ke pertandingan.  Dukungan penuh dari publik ISTORA rupanya tidak langsung tokcer bagi pasangan nomor tiga dunia ini.  Meski berlangsung ketat di awal-awal, pasangan Thailand rupanya tampil lebih dominan dan akhirnya merebut  set pertama 17-21.  Di set kedua, pasangan Indonesia mencoba bangkit dan kahirnya berhasil memaksakan rubber game setelah balik unggul 21-17.  Sayangnya, di set terakhir pasangn Indonesia tidaak mampu mempertahankan keunggulan dan terus tertekan oleh permainan ganda Thailand.  Tertinggal 6 angka, 5-11, di paruh babak ketiga, rupanya terus berlanjut hingga akhir laga dengan skor akhir 14-21 untuk kemanngan Sudket/saralee. Very sweet revenge for Thai! 

5 Gelar, 5 Negara
Dengan demikian, maka lima gelar menjadi milik lima negara berbeda.  Sesuatu yang sangat langksa di era dominasi China hari ini.  Lima dari enam negar ayang berlaga di final ini semua mendapat gelar, kecuali Denmark yang pulang dengan tangan hampa setelah Boe/Carsten dipeccundangi Jung Jae Sung/Lee Yong Dae.  China meraih satu gelar di Ganda Putri setelah menciptakan final sesama pemain China, wajar.  India dengan Saina Nehwal-nya berhasil mengandaskan dominasi China yang menyisakan seorang Li Xuerui di Tunggal Putri.  Indonesia selaku tuan rumah akhirnya meraih gelar setelah absen dua tahun melalui perjuanga seorang Simon Santoso yang mesti bersusah payah menaklukan seorang Du Pengyu di Tunggal Putri.  Terakhir, Thailand mengandaskan mimpi peccinta bulu tangkis tanah air untuk mendominasi final Indonesia Open dengan dua gelar setelah secara meyakinkan menyudahi perlawanan jagoan tuan rumah,  Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.  Oke, menganut asas keadilan sejahtera bagi seluruh finalis Indonesia Open 2012, ini sepertinya.:p

Berimbang dan Rubber Game
Menariknya kelima gelar tersbut diraih oleh kelimanya melalui perjuangan yang tidak mudah.  Entah berapa liter keringat yang dihasilkan jika diperas dan ditimbang *naon sih #abaikan*.  Pasalnya, kelima partai di Final Indonesia Open 2012 ini semua berkesudahan dengan rubber game!  Dari partai pertama hingga partia kelima!

Hal ini barangkali tidak terlepas dari ketatnya persaingan antar pemain dengan  rangking dan kemampuan setara.  Iya lah, semua yang bertanding di final DIO ini merupakan pemain unggulan kecuali Sudket/Saralee.  Makinmenarik karena ternyata mereka hanya terpaut satu peringkat saja.  Artinya iya secara kemampuan pun tidak ada perbedaan berarti alias setara.  Kan, terkadang ranking itu hnaya masalah seberapa banyak turnamen yang diikuti.  Adapun Sudket/Saralee yang non unggulan, mereka peringkat ke Sembilan kok, naik satu lagi aja, bakal jadi unggulan juga.  Jadi, kualitasnya ya tidak bisa disamakan dengan mereka yang memulai dari babak kulaifikasi (dengan ranking puluhan).

Makanya, gak heran ketika seluruh partai mesti sampai RUBBER GAME.  Ya, emang ketat.  Kalau kata komentatornya “mereka yang berbuat kesalahan sekecil apa pun yang akan kalah”.  Ini sangking sengitnya persaingan diantara para finalis.  Dan bener, sepakat lagi kata komentator bahwa ya inilah final ideal, yang begini, yang berimbang.  Kualitas memang gak bisa dibohongi.  Pemain berkualitas akan menghadirkan satu permainan berkualitas dan memberi satu pertunjukkan yang setara pertunjukkan seni, mengutip kata seorang budayawan asal kota kembang.  Gak rugi dan nyesel deh nontonnya sekalipun bukan Indonesia yang main, kalau semua final kayak di Indonesia Open ini.

STOP PUASA GELAR
Ini nih, intinya, menyudahi puasa gelar.  Cukup ya dua tahun puasa gelar dibayar lunas oleh kemenangan manis Simon Santoso.  Akan lebih afdol sebenarnya jika dua tahun puasa gelar dibayar oleh dua gelar di tahun ini.  Tapi, apalah daya Owi/Butet yang ditargetkan meraih emas Olimpiade London ini mesti mengakui keunggulan Sudket/Saralee melalui pertarungan RUBBER GAME.  Yasudahlah, Owi/Butet toh sudah berusaha, hanya saja memang ganda Thailand sedang begitu on fire, dan sepertinya punya tekad bulat untuk revenge.  Sedikit flash back, pasangan ini dua kali dikalahkan di final Super Series, Swiss Open dan .  Jadi sangat wajar ya kalau mereka ingin membalaskan kekalahan di hadapan publiknya sendiri.  Owi/Butet pun mungkin sedikit terbeban ya dengan harapan banyak orang apada mereka yang digadang-gadang dipersiapkan meraih emas Olimpiade.  ahh…kembali ke pokok pembicaraan, yang penting puasa gelar itu sudah terpatahkan.  Thanks Simon, thanks Owi/Butet, IN-DO-NE-SIA! :D

And, The Real Star of ISTORA is …..
Lee Yong Dae? Mungkin iya sebelum partai final antara Simon Santoso vs Du Pengyu.  Tapi, aa YONGDAE yang sudah sedari awal jadi idola publik ISTORA harus mengakui keunggulan pesona ke-cool-an Simon Santoso setelah mempersembahkan gelar pemupus puasa gelar bagi Indonesia.  Aa YONGDAE memang memesona dan akan selalu begitu dengan kecharmingannya, tapi maaf maaf aja Simon benar-benar stole the whole attention.  Bahkan ya ketidakberhasilan Owi/Butet pun jadi tidak begitu masalah gara-gara Simon *IMO*.  Pokonya hari ini Simon tiada duanya, berhasil juara Indonesia Open sekaligus juara di hatis eluruh masyarakat Indonesia umumnya, khususnya seluruh pecinta bulu tangkis di tanah air dan terkhusus yang nonton langsung di ISTORA.  Nah, khusus buat aa YONGDAE, tenang aja, sekalipun Simon stole your position in that moment, you are always win (in) my heart.  Always. :D

#FAKTAUNIKDIOSSP2012
Gak ada Dominasi China
Stop Puasa Gelar
5 Gelar 5 Negara    
All Rubber Game Final


Tidak ada komentar: