Senin, 23 Juli 2012

2nd Day: Go Green Day (baca: Nyikreuh Day)



Yap, setelah tidak banyak beraktivitas di hari pertama, nih hari kedua ini nih saatnya berseliweran.  Sayang aja ya udah kesini Cuma ngeringkuk di penginapan.  Let’s be more casual, then.  Dengan rencana setengah matang, akhirnya kami memulai hari kedua dengan menyantap mie kemasan *gak boleh sebut merek*, baru setelah mandi *akhirnya untuk pertama kalinya setelah sampai di kota ini kemarin harinya* kami memulai agenda pertama yaitu ke stasiun.   Satu tujuan dua agenda:  menukar struk dengan tiket dan membeli tiket pulang untuk malam harinya.  Setelah sempat bingung dengan tempat tujuan berikutnya ssampai-sampai persis kayak lagu Ayu Ting Ting “kemana….kemana….” akhirnya, Taman Pintar pun menjadi tujuan berikutnya. 

Morning to Early Afternoon: Taman Pintar

                   
Setelah sebelumnya mengisi perut untuk sarapan (jam 11 loh sarapannya, hello), kami pu n tiba di wahana edukasi ini sekitar pukul 11.30.  setelah sempat menimbang-nimbang masuk-tidak, masuk tidak dengan memperhatikan beberapa rombongan anak sekolah yang ada di sekitar pelataran tamannya, akhirnya kami memutusakan masuk saja.  “Ngapain kesini gitu loh kalau gak masuk”, celoteh teman penulis.  beruntung, pas kami masuk pas kebanyakan anak-anak itu beres, jadi yaa….Cuma ada kami dan beberapa pengunjung umum lainnya di dalam.  Di taman Pintar ini ada dua wahana ekshibisi utama, ruang pameran tokoh baik raja-raja, ulama, hingga negarawan di gedung pertama (dan baru spertinya, soalnya saat pertama kali mengunjungi tempat ini dua tahun silam, ruang pamer ini belum ada), serta ruag pamer science, mulai dari dinausaurus, alam raya, teknologi pangan hingga mesin, ruang angkasa, dan teknologi science lainnya.  Sangat cocok buat kamu-kamu yang ingin nambah pintar!  Berhubung ini taman Pintar ya, begitu kita menelusuri araj jalan keluar kita langsung dihubungkan dengan semacam Palasari-nya bandung, pusat buku. 

Full Middle Afternoon: Jogja Art festival










Sempat jajan dan kongkow sejenak di FOOD COURT-nya, kami mendapati adanya sinya wifi dari art jogja festival yang berlokasi di pusat kebudayaan Jojga yang ternyata berdampingan lokasinya dengan Taman Pintar ini.  Tak ingin kehilangan momen sekaligus untuk mengisi kekosongan agenda, ya tanpa membuang waktu kami pun bergegas kesana.  Di luar gedung pamer, kami telah disuguhi dua mega karya, yaitu: seonggok patung gajah dengan gading panjang  besar menjuntai yang terperangkap dalam bebatuan dari batok kelapa dan ‘sarung’ kayu berbentuk gajah yang menyelimuti gedung pamer.  Hanya dengan mengisi daftar hadir tanpa harus merogok kocek, akhirnya kami menapaki ruang depan gedung pamer yang diisi satu manekin pesawat kecil yang tergantung sendirian disana.  Setelahnya kami disuguhi pilihan, kanan atau kiri, dan kami pilih kanan.  Gedung yang memanjang dan melebar tersebut hampir menyimpan kejutan-kejutan tersendiri di setiap sudutnya.  Hampir tidak ada sudut yang tidak dihiasi karya seni.  Lukisan berbagai media, patung, miniatur, foto, dan berbagai karya seni lainnya, terutama yang bersifat kontemporer.  Sayangnya tidak adanya buku panduan dan atau petunjuk arah bagi pengunjung sehingga jujur penulis pribadi agak kebingungan darimana mau kemana duku dan kemana lagi.  Bukan apa-apa, banyaknya karya yang dipamerkan di ruangan yang cukup besar dan luas membuat pameran ini seolah tak berujung, ada lagi dan lagi.  Kan, sayang sekali jika ada yang terlewat.  Tapi, dengan susunan seperti itu tanpa arahan yang jelas bukan tidak mungkin banyak yang melewatkan beberapa karya seni yang sungguh sayang untuk dilewatkan sebenarnya.  Overall sih sebagai pengunjung biasa yang kurang paham dan mahir berkarya seni, penulis terhibur lah dengan suguhan Fesrival Seni tersebut.

Almost late Afternoon: Salaks
Ini dia nih salah satu komoditi wajib beli penulis kalau menengok si kota yang selalu ngangenin ini.  Manis dan empuknya salaks-salaks aseli sini selalu bikin penulis ngiler!  5 Kg Salaks pun akhirnya penulis bawa pulang dengan susah payah.  Yah, 5 Kg salaks digotong sendiri sampai penginapan yang jaraknya sekitar hampir sekilo-an dari tempat jualan salaks tersebut.  Alhasil, sampe penginapan, bukan Cuma kaki yang pegel, tapi tangan juga udah kayaknya tinggal diputer biar putus!   PIJEEEEEEEEEEEEEEEEEEEET!

Late Afternoon: Mirota
Oh, ya, sebelum langsung meluncur ke penginapan, kami sempat mampir ke salah satu batik ternama di sekitaran Malioboro.  Lokasinya, untungnya, besebrangan dengan penjual salaks tadi, jadi yaa…lumayan ada tempat istirahat.  Disana sebenarnya penulis hanya berkepentingan mebeli seprai batik sebagaimana diamanahkan oleh ibu penulis.  Tapi gimana ya dasar perempuan, kalau udah masuk ke toko gitu ya gak afdol kalo gak sambil liat-liat dan tentu saja ngacak-ngacak sambil sesekali masuk kamar pas.  Sayang seribu sayang setelah keasyikan mencari-cari dan menemukan beberapa yang cocok, ukurannya tidak ada yang bersahabat di tubuh penulis.  kalau gak terlalu ngaleupeut, ya bikin badan penulis makin melar.  Mana penuh BGT, pegawainya pada sibuk gitu, heh….. dengan berat hati penulis melenggang dari sana hanya dengan satu sepre dan 5 kg salaks (tidaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak).

Early Evening: Angkringan Kopi Jos
Setelah tiba di penginapan beberapa  saat selepas maghrib, penulis berkomitmen melepaskan keringata sejenak sebelum mandi untuk kembali menyegarkan tubuh penulis.  Tepat sebelum masuk isya, penulis sudah siap untuk kembali beraktivitas di malam harinya.  Selepas isya, kami pun bbersiap mencari makan malam.  Ingin mencoba suasana baru, akhirnya kami pun memutuskan makan di angkringan yang tepat berada di sebrang jalan tempat penginapan kami berada.  Setelah menunggu beberapa saat, gudeg, pecel elel, dan pecel ayam pun tersaji di hadapan kami.  Dasar penulis yang terbatas pemahaman seputar kuliner ya, si sambal yang melumuri ayam malah penulis singkirkan, dan bertanya-tanya mana bumbu pecelnya!?  Sumpah ya inni entah kekonyolan jenis apa yang pasti di fikiran penulis, pecel itu ya bumbu saus kacang kayak yang memang sering penulis temui di kota tempat penulis tinggal ini.  Iya tapi darisana at least ya penulis jadi gak akan salah pesen menu ya kalau pilihanny antara pecel ayam dan ayam goreng!  heu

Evening: Tip Top Ice Cream


Nah, sehabis makan, ini nih tempat incaran kita selanjutnya: kedai es krim klasik!  Kenapa klasik, karena menurut info dari mbah google, ini temat sering jadi tempat nongkrongnya oma-oma dan opa-opa, so….eitss….kalau kita sih in the name of curiosity ya, no more.  Lokasi yang ternyata tidak jauh dari angkringannya Pak Agus membuat tempat tujuan terakhir kami di hari kedua ini tidak sulit ditemukan.  Tiba disana, oke, gimana mau gak bikin betah para opa-oma, wong suasana dan tetek bengeknya aja masih mempertahankan zamannya beliau-beliau.  Tempat ice cream-nya, meja-kursi-nya, musik-nya.  kami memesan tiga ice cream sundae berbeda rasa: Cokelat, Strawberi, Vanila.  Rasanya sih ya sebenernya gak jauh beda sama es krim kemasan, tapi ya yang bikin harganya relatif mahal (20.000/gelas ice cream) ya penulis rasa suasana klasik-nya itu.  Cita rasnya juga sepertinya masih sama klasiknya, dan ya memang itu yang bikin tempat ini tersohor, menurut penulis ya ini.

#Pegeelengankaki
Tidak berlama-lama karena salah seorang dari kami harus sudah berada di stasiun pukul 21.00, setelah habis kami npun segera kembali ke penginapan.  Tidak sanggup terjaga lebih lama setelah mengintari malioboro dan sekitarnya seharian dengan berjalan kaki dan menjinjing beban yang lebih dari sekedar berat, penulis pun sudah menyerah kalah di atas kasur mungkin sejak jarum jam belum beranjak jauh dari angka Sembilan.  Tema hari ini ya itu dia pegel lengan dan kaki.  ISTIRAHAT. HOAAAAAAAAM.

Tidak ada komentar: