Hi, visitors, postingan ini barangkali bisa terhitung telat. Ya memang, penulis pun niat awal nya ngepost dari pekan lalu, cuman karena satu dan sejumlah alasan jadi tertunda deh. Ya walaupun sedikit telat, tapi isisnya masih relevan kok (menurut penulis..hehe). So, please enjoy, as usual. :)
*****
Hasil imbang lawan Besiktas di leg pertama play off Liga Champion menyusul
kemenangan dramatis atas Cristal Palace di laga perdana EPL musim 2014/2015 seolah
menegaskan bahwa Arsenal belum sebegitu kuat sekalipun telah disuplai dengan
sejumlah amunisi anyar. Menariknya,
mantan bintang dan kapten Arsenal yang konon ditolak untuk kembali merapat ke Emirates
malah membantu tim yang kini bersedia dengan senang hati menampungnya di
Stamford Bridge sana meraih hasil
positif di sejumlah pertandingan yang telah mereka lakoni. Baik di laga pra musim, begitu pun di laga
perdana EPL musim ini. Menyambangi
kandang lawannya yang merupakan tim promosi, Burnley, ia bahkan sukses
menyumangkan 2 assists yang
menghantar tim nya duduk nyaman di puncak klasmen sementara setelah menyegel kemenangan
meyakinkan 1-3. Hal ini tentu saja membuat
banyak pihak kemudian mengkritisi keputusan manajemen Arsenal yang ogah diajak ‘balikan’ oleh sang mantan.
Banner bertuliskan
“Cesc is Blue” pun akhirnya
terpampang nyata di kandang Burnley sana. A
bit disgusting, but that’s not more our business. “He’s a professional player who has
possibility to play in any clubs that he is suitable and required most,” said
Opa. I did
agree with him. Lagi pula
sebetulnya menurut penulis both red and
blue are truly in his heart since he’s originally Catalan’s soccer academy
‘product’ (IYKWIM). Sayangnya klub yang dicintainya forever ever after tersebut eh ternyata malah menyia-nyiakan
(talenta) nya (lagi). So what should we do? Save him again? He’s
the one who chose to leave us. Yes, I
and You, we know that he’s no longer in relationship. He’s available now. He’s ready to re-start a new relationship
with anyone else, and we’re top on his list.
People said that was what so called loyalty, he’s still faithful enough to
us. However, do we (really) need to
re-unite a.k.a CLBK?
CLBK mungkin memang bukan hal yang baru dalam dunia
sepakbola profesional. Tidak sedikit
pemain yang sudah melalang buana ke sejumlah klub memutuskan untuk kembali mengajukan
‘rujuk’ ke klub lamanya. Bisa jadi memang
passion pribadi sang pemain terhadap ti, atau memang termaktub dalam klausul
kontrak pemain yang bersangkutan. Flamini
contohnya. Hijrah dari Emirates di tahun
2008, dan kembali ke sana di musim lalu.
Tidak tangung-tanggung proses ‘rujuk’ yang diamini kedua belah pihak ini
berlangsung mulus bahkan tanpa mengeluarkan sepeser biaya pun. Tapi, tidak selamanya CLBK menjadi solutif
dan berlangsung mulus tanpa adanya kesepakatan dari kedua belah pihak. Toh tidak ada jaminan tidak akan putus lagi
bukan setelah CLBK? Ah..time passing by,
and we already found somebody to be loved again so deeply. Maybe
he’s not as awesome as we expeced yet.
But then, loves need time to grow
up. We’re still on that process to grow
our love and prevent it better than ever.
Kayak mas Wasit yang sakit banget sampai trauma menikah gegara
dikhianatin mantan kesayangannya dan akhirnya terobati setelah bertemu Mawar.
#eeaa.
Jadi, jujur saya pribadi sih sependapat dengan sang arsitek
tim, opa Wenger, bahwa tidak ada yang harus disesali dengan keputusannya untuk
menolak ajakan ‘rujuk’ sang mantan anak emas didikannya. Adapun penampilam impresif nya bersama tim
nya cukuup membuat saya terusik, namun tidak tergoda sama sekali untuk CLBK
dengan sang mantan. Toh baru 1-2
pertandingan ini. Begitu pun di kubu
kami dengan sejumlah pemain yang masih dikritisi, termasuk pengganti sang
mantan yang belakangan banyak dibanding-bandingkan kualitas nya dengan si
mantan itu sendiri. Hello, people, he’s
not even joining us after world cup. Just wait and see for him to shine so so
so brightly very very soon. Too early to be compared for both of them right
now. I mean less than 5 matches is not
reliable yet to be compared.
Well, mantan itu, apalagi seorang Cesc Fabregas yang sangat
layak dinobatkan sebagai salah satu mantan terindah yang pernah kami miliki
memang memiliki daya pikat yang sulit dinafikkan begitu saja. Kontribusi nya yang begitu besar dan nyata
saat kami tengah mesra-mesra nya sungguh tak mudah dan terlalu tak layak
dilupakan begitu saja. Saya pun jujur
saya di masa awal kecintaan saya terhadap Arsenal salah satunya adalah adanya
faktor Cesc yang muda namun sudah luar biasa.
Bagaimanapun, pada masa nya dulu ia hampir berhasil mempersembahkan
gelar yang diidam-idamkan kami semua.
Sayang, mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Kita, ia dan kami, belum berjodoh untuk
mengecup trofi bersama-sama rupanya. Dan pada akhirnya setelah sekian lama
dipertahankan toh ia memutuskan untuk tetap pergi juga tepat setahun setelah
menjadi kampiun pada gelaran Piala Dunia di Afrika Selatan sana.
Saat kepergiannya itulah yang menurut sang professor yang
patut disesali. Tapi, apa pun itu,
keputusan sudah dibuat, bubur pun tak mungkin kembali jadi nasi. Toh kami udah berusaha mempertahankan nya
selama mungkin, tapi perpisahan yang menohok hati pun tak bisa terhindarkan. Perpisahan
memilukan itu biarlah menjadi kisah yang menghiasi lembaran sejarah kita
berdua. Bukan untuk dilupakan begitu
saja tentunya, tapi untuk dikenang sebagai memori indah. Show must go on, right? Jadi perpisahan
tersebut mungkin memang sudah menjadi jalan yang terbaik untuk kita. Gracias, Cesc! Good luck to you wherever you
are. Probably we’re not in a romantic
relationship as before, but we still remain good friend for each other forever
and ever. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar