Sabtu, 28 Juli 2012

London Olympic 2012




“Reject doping; Respect your Proponents; Remember that you are the role model for next generation”

Tidak terasa, beberapa jam yang lalu pembukaan Olimpiade London baru saja berlangsung, jum’at malam waktu setempat dan sabtu dini hari waktu Indonesia.  Berlangsung di Olympic Stadium, Olympic Park (kawasan Stamford), upacara pembukaan berlangsung meriah. Sekitar 12.000 atlet dari 144 negara ambil bagian untuk memperebutkan medali dari 29 cabang olah raga (cabor) di 29 nomor.  Negara-negara langganan juara seperti Cina dan AS kemungkinan besar masih akan merajai Olimpiade ini.  Keduanya masih akan bersaing ketat di papan atas dalam perolehan medali.  Korea Selatan, Jepang dan Rusia membuntuti agak di belakang.  Ya, di luar dua negara pertama tadi, kalaupun menduduki posisi lima teratas selisih medali emasnya akan cukup jauh dengan dua posisi teratas.  Bahkan kurang dari sepuluh medali pun biasanya bisa masuk ke belasan atau bahkan sepuluh besar.  Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya negara yang ambil bagian membuat negara yang belum semapan negara penghuni papan atas harus rela berbagi dengan negara-negara lainnya.  Kalau Cina bisa merajai di hampir seluruh cabor, negara lain sih biasanya hanya merajai di beberapa atau bahkan satu cabor saja.  Tapi, namanya Olimpiade, satu emas saja sudah berarti daripada tidak sama sekali.  Bagaimana dengan peluang Indonesia sendiri?

Seperti yang sudah-sudah, Indonesia turut berpartisipasi dengan mengirimkan  22 atlet dari  8 cabang olah raga (cabor).  Tidak ada target muluk yang dicanangkan KONI-KOI mengingat persaingan yang sangat ketat dengaa ratusan negara lainnya.  Namun, target minimal  menyamai prestasi Olimpiade sebelumnya tentu ada.  Di Olimpiade Beijing lalu, Indonesia mendulang satu emas dari cabor bulu tangkis melalui pasangan Markis Kido/Hendra Setiawan di nomor Ganda Putra.  Prestasi tersebut mengulang sukses emas Olimpiade Athena, 4 tahun sebelumnya, dimana Taufik Hidayat di nomor Tunggal Putra juga berhasil menyumbang satu emas.  Prestasi terus berulang dan sudah menjadi tradisi sejak Olimpide Barcelona tahun 1992 silam.  Kala itu, bulu tangkis untuk pertama kalinya dipertandingkan di ajang Olimpiade.  Dan, pasangan suami istri Susi Susanti dan Alan Budi Kusuma sama-sama berhasil mendulang emas.  Tidak heran kalau kemudian pasangan ini dijuluki pasangan olimpiade. 

Nah, kini target satu emas sudah barang tentu menjadi target paling realistis yang dicanangkan di Olimpiade tahun ini.  Kalau gagal, ya otomatis terjadi penurunan prestasi di kontingen Indonesia.  Bulu tangkis pun kemabli menjadi cabor andalan untuk mendulang emas.  Dan, peluang terbesar ada di pasangan Ganda Campuran, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.  Akan tetapi bisa dipastikan bahwa jalan pasangan juara All England 2012 ini untuk mencapai partai puncak tidak akan mudah.  Ada pasangan Korea, jerman, dan Denmark yang harus mereka hadapi di babak penyisihan.  Belum lagi jika lolos, besar kemungkinan berhadapan langsung dengan unggulan pertama Zhang Nan/Zhao Yunlei.  Kesiapan mental, stamina, dan konsistensi akan menjaid kunci utama.  Apalagi, mereka pun sempat menyerah dari pasangan Thailand di final DIOPSS Juni lalu.  Persaingan yang ketat dan hasil pertandingan terakhir mereka memang sedikit menggoyahkan keyakinan beberapa pihak, termasuk penulis.  Namun, semoga dengan dukungan penuh bangsa ini, emas bisa dipertahankan dari cabor ini, dan bahkan bertambah.

Oleh karena itu Melihat jumlah pesaing yang lebih dari sekedar banyak dan minimnya jumlah atlet yang lolos ke Olimpiade, membuat pengurus KONI dan KOI tidak heran bila sebagaimana disinggung di atas bahwa tidak memasang target muluk, bahkan malah cenderung pragmatis.  Berapa pun dan medali apa pun yang diraih Indonesia, minimal dari klasmen perolehan medali akhir nantinya bisa berada di atas negara ASEAN lainnya macam Thailand, Malaysia, dan Vietnam yang seringkali bersaing ketat di level SEA GAMES.  Ya, apa pun ahsilnya nanti yang jelas semoga para pahlawan bangsa ini bisa berjuang mengerahkan segenap kemampuan dan semangatnya untuk memepersembahak yang terbaik bagi bangsa ini.  Semoga kumandang ‘Indonesia Raya’ dan kibaran sang saka Merah Putih bisa terdengar dan terkihat di Olympic Stadium Arena.  Ayo, INDONESIA BISA! J



What a Spectacular Opening Show of London Olympic!
Dari sekian suguhan yang terpapar di layar (ya nasib masih Cuma bisa liat lewat layar kaca doang), sebenarnya yang dinanti-nanti dari opening pesta olah raga sejenis itu kalau bagi penulis ada dua: pawai negara peserta dan penyulutan obor. 

Untuk yang pertama, penulis sangat suka memperhatikan gaya para atlet yang seolah berjalan di karpet merah-nya olimpiade.  Biasa berkaos dan berkeringat, nah di ajang opening ini biasanya kalau tidak berjas (lengkap dengan kemeja atau dress), ada beberapa negara yang gemar memamerkan kostum tradisionalnya.  Apalagi kadang si atlet ada yang melenggok bak model, lurus-lurus aja, atau malah jadi ajang gila-gilaan.  Selain itu kita juga bisa mendeteksi beberapa negara yang selama ini terasa asing di telinga, macam negara-negara kecil di pasifik sana, plus dengan bendera-bernderanya.  Sangat membantu untuk pelajaran Geografi deh.

Nah, yang penulis respek dari kebanyakan negara yang berlaga di karpet merah-nya Olimpiade ini adalah bahwa mereka bisa berdandan dengan rapi dan berterima.  Ada banyak negara yang biasa lekat dengan image seksi bagi para perempuannya justru rata-rata kalaupun mengenakan rok, dirancang selutut.  Jadi serasa bersahaja.  Sayang, masih ada saja beberapa negara yang seolah sayang tidak mengumbar bagian paha, termasuk yang mengejutkan negara tetangga serumpun kita, Kamboja.  Tapi syukurlah tidak seekstrim Panama yang sudah merah, ehh…belahan dadanya dibiarkan menjadi tontonan, gimana tidak menggoda mata (asal jangan samapi menggoda iman aja ya..hehe). 

Lalu, ada pula beberapa negara yang masih berseragam formal tapi lebih santai, seperti Serbia.  Dipimpin Novak Djokovic sebagai pembawa bendera, rombongan negara pecahan Yugoslavia ini mengenakan sweater sebagai atasan.  Kesan muda dan segar jadi terpancar (apalagi dari seorang Djokovic…heu).  Tapi, the best costume buat penulis goes to Poland!  It’s so subjective from woman’s view ya, dress atlet perempuannya yang memadukan warna putih merah dengan aksen bunga di bagian bawah dibalut kemeja itu so sweet and elegant IMO.  Bagaimana dengan kostum Indonesia?

Indonesia, hemm…karena hanya disorot sekilas, ya gak begitu jelas sih ya terutama yang putri.  kalau yang putra, setelan jas blazer merah biasa dipadu celana…hitam apa putih ya?  Kilat banget sih tadi.  Untuk putrinya sekilas tadi keliatan kayak pake long dress gitu nuansa meh Cuma motifnya kurang jelas, kemungkinan batik sih.  Ya, kalau diamati dan dibandingkan hampir mirip sama kostum Malaysia, bedanya mereka seperti biasa kuning bermotif loreng-nya harimau.  Ngomong-ngomong soal Indonesia tadi pas disorot itu bener-bener sekilas asli tok sekilas.  Cuma I Gede Sudartawa sebagai pembawa bendera aja yang disosorot jelas.  Kontingen Indonesia yang berlaga di karpet merah secara keseluruhan juga tidak sempat terekam kamera.  Kan sepertinya ada diskriminasi porsi nih sama negara-negara lain yang sekalipun jumlah kontingennya lebih sedikit, durasi penyorotannya sedikit lebih lama.  Entahlan, entah ini hanya perasaan subjektif dari penulis yang warga negaranya. 

Beralih ke yang kedua, penyulutan obor.  Ini nih yang paling ditunggu-tunggu penulis sebenarnya.  Selalu ada kejutan di tiap perhelatannya.  Ada yang terbang, ada yang pake panah, nah sekarang pake apa ya?  Setelah dibawa menyusuri Sungat Tames dengan boat yang dikendarai David Beckham, akhrinya si obor diserahkan pada Sir Steve Redgrave, peraih lima medali emas dari cabang dayung yang membawanya menyusuri Olympic Stadium.  Sesampainya disana, si obor diserahkan pada lima apa enam orang ‘pasukan’ yang masing-masing memegang obor untuk menyulutkannya pada cauldron, yang tadi dibawa sama anak-anak yang mengiringi masing-masing kontingen (berarti ada 114 harusnya).  Dari enam cauldron, lalu menyebar ke seluruh cauldron hingga tersulut apai semua.  Sudah usaikah? Belum!  Ini puncaknya, pas tiba-tiba si cauldron-cauldron itu naik, bangkit, dan akhirnya berdiri dan bersatu membentuk kuncup bunga.  Sebuah cauldron raksasa pun tercipta.  Dan resmilah pembukaan Olimpiade London 2012 ini.  Cuma satu kata setelahnya: SPECTACULAR!  Cuma dan harus bilang WOW!  

Tidak ada komentar: