Jumat, 17 Februari 2012

There Can Be Miracle When They (GUNNERS) Believe

Arsenal, please, no more yellow jersey in this season at least guys (believe me, the blue-turquoise one is much more eye-catching and elegant than the yellow one *IMO*)…


Entah mengapa bawaan kalo liat Arsenal pake jersey berwarna mencrang itu feeling-nya langsung feeling kalah! Gak masuk akal BGT sih, tapi mungkin butuh diselidiki kalo warna itu terlalu ngejreng sampe bikin si pemain pusiing akibatnya banyak: susah ngasih umpan sampe ke depan gawang atau at least penalty area, sering salah umpan, gampang kehilangan bola, kurang bisa menghadang pemain depan lawan di area terlarang dengan baik, efeknya: ya kalah lah! Sebagai pendukung tim asal London Utara ini ya, jujur penulis sih lebih banyak geramnya daripada sedihnya pas liat permainan mereka lawan pemuncak klasmen Serie A dini hari kemarin di ajang Liga Champion. Ini kejadian bukan Cuma sekali aja ya, pas di musim kemarin pun kan coba mereka Nampak selalu kurang beruntung pas make kostum dengan warna yang menyilaukan mata itu. Ngerasa gak sih visitor, terutama kalian pecinta bola khususon pecinta GUNNERS? Kalo gak ngerasa pun gapapa sih, sekedar intermezo dan analisa #ngasal (baca: tanpa sumber ilmiah), jadi #abaikan saja.

nih, ekpresi kegembiraan dengan kostum away biru-turqoisnya


ini ekspresi kekecewaan pas make kostum kuningnya, hayoh masih gak percaya? #abaikan
         
Okay, ini hasil pertandingan dini hari kemarin pas secara tak terduga pasukan opa Wenger dicukur 4-0 oleh tuan rumah AC Milan di San Siro. Kalau sekedar kalah masih *okay, wajar yaa main away namanya juga, lawan Milan pula*, tapi kalau sampai ada empat gol yang masuk ke gawang Szczesny tanpa balas sekalipun lawannya sekelas Milan apa masih bisa dibilang wajar? Wajar sih kalau Arsenal itu adalah tim medioker yang tiba-tiba bikin kejutan gitu dengan untuk pertama kalinya tapil di fase knock-out Liga Champion. Ini kan, mereka langganan ya sebenernya meski prestasi terbaiknya Cuma samapai final aja tanpa belum pernah berkesempatan membawa pulang tropi-nya ke Emirates. Jadi, kalau dibilang kecewa yakin hampir pasti gak ada yang bilang enggak. Walaupun di leg kedua nanti RVP dkk diuntungkan sebagai tuan rumah, tapi emang mungkin gitu bisa menyamai capaian Rosoneri di kandangnya? Kalau bisa pun, emang akal dijamin gitu kalau bek-bek tuan rumah gak bakal melakukan kesalahan mendasar dengan membiarkan daerah jajahannya ynag mestinya terlarang itu ditembus dengan cukup gampangnya sama pemain depan tim tamu buat cegah mereka bikin gol tambahan? That’s all still a mysterious mystery.
ohh...malangnya kau Szczesny, musti mungutin 4 gol di gawangmu sendiri mas...
Di atas masih lanjutan curhat dari peragraf pertama ya *kacau*, tapi ini mah beneran review pertandingannya. Mengawali laga dengan cukup seru, sang tuan rumah akhirnya berhasil mejebol gawang Szczesny melaui sontekan kaki mantan pemain Spurs, Andre Prince Boateng, di menit ke-15 sehingga kedudukan pun 1-0 untuk Rosoneri. Setelah unggul satu gol, Ibra dkkk malah makin gencar melalkukan serangan. Sebelum lahirnya gol kedua delapan menit sebelum turun minum oleh Robinho yang mnerima umpan dari Ibra, Nocerino terlebih dahulu mengancam gawang-nya Szczesny yang gagal berbuah gol karena masih terlalu tinggi. Babak pertama pun berakhir dengan keunggulan 2-0 bagi tuan rumah, sementara tim tamu hampir tidak memiliki peluang yang membahayakan.
Ibrakadabra, si Man of the Match...
Selepas turun minum, Thiery Henry masuk menggantikan Theo Walcott dari kubu tim tamu yang sepertinya hendak melancarkan strategi baru. Sayang, rupanya seorang Henry tak cukup berarti setelah Robinho ustru kembali menjebol gawang tim tamu untuk yang kedua kalinya sekaligus menciptakan gol ketiga bagi tuan rumah di menit 49. Pasca gol ketiga itu, GUNNERS yang sudah sangat gerah mulai melancarkan serangan--yang masih sering terpatahkan oleh kuatnya pertahanan lawan—dan menciptakan sejumlah peluang. Sejumlah peluang dari tendangan sudut hingga tendangan bebas dari Arsenal kebanyakan masih mampu diatasi oleh kipper tuan rumah, yang kalau gak ditepis ya pas di pelukannya. Justru, satu kesalahan yang Cuma menambah beban tim tamu terjadi di menit ke-79 saat Djorou yang masuk menggantikan Koecielny menjatuhkan si Ibrakadabra yang akhirnya sukses merobek gawang Szczesny *yang sudah sangat speechless dan frustasi* melalui titik putih. Beruntung, sampai akhir laga tidak ada gol lain yang tercipta hingga skor 4-0 pun tidak semakin membengkak. Padahal, di menit ke-84, Pato masuk menggantikan pemian Brazil lainnya, Robinho. Sekali lagi, beruntung GAK ADA GOL TAMBAHAN KE GAWANG TIM TAMU.
Berasa reunian tim mana yaa.....??? *gak usah dijawab*
 Okay, sebuah hasil yang bukan lagi dramatis ya tapi tragis. Terlalu kecewa penulis sampai tak mampu lagi bersedih. Gak berani berharap yang muluk-muluk dan berharap untuk sebuah keajaiban yang entahlah akan pernah terjadi atau tidak. Jika tim yang bermarkas di Emirates Stadium ini bisa menguras permainan terbaiknya *tanpa (perlu) mengaharapkan kubu lawan berada dalam kondodisi yang sebaliknya* dan mampu menguatkan mentalnya serta yang tak kalah penting diliputi keberuntungan, tentu keajaiban berupa keterbukaan peluang itu masih sangat mungik ada. Jadi, sekarang judulnya adalah menanti keajaiban yang akan datang jika konon kita mmepercayainya seperti kata seorang diva pop dalam lirik lagunya “there can be miracle when you believe”. Tapi, penulis sangat yain ya keajabian itu juga tidak akan muncul secara tiba-tiba dan sendirinya. Tidak cukup hanya keyakinan, usaha dan kerja keras juga dibutuhkan. Naah, keduanya akan muncul tentu jika mereka percaya bahwa kesempatan itu masih sangat ada walaupun kecil bagi mereka, so you guys please do your best in Emirates, we always here standing by you!

Tearkhir, sedikit persembahan untuk Gunners kebanggaan penulis…
There can be miracles, when you believe
Though hope is frail, it's hard to kill
Who knows what miracles you can achieve
When you believe, somehow you will
You will when you believe

Tidak ada komentar: