Selasa, 28 Februari 2012

It's All About Her This-Year-Wishes


Ini adalah kisah mengenai seorang gadis, mengenai harapan, cita-cita, serta prioritasnya di tahun ini, pasca tanggal penting dalam hidupnya. Tanggal yang menjadi alarm baginya untuk serius menyusun dan tentu saja melaksanakan targetan-targetannya tersebut.  Penasaran? Beginilah kisahnya….

Tiga hari yang lalu gadis ini genap berusia 22 tahun.  Sebuah sudut di rumah sakit umum terbesar di kotanya tinggal mmenjadi saksi bisu kehadirannya di dunia ini.  Terlahir sebagai anak pertama dari pasangan yang telah menikah selama dua tahun sekaligus cucu perempuan pertama (dari tiga cucu) dari pihak sang bunda dan cucu keempat dari pihak sang ayah (dua lelaki, satu perempuan), bayi perempuan mungil sepanjang 51 cm dan seberat 3 kg ini kemudian diberi nama Febriyani Nuril Akmaliyah.  Febriyani diambil dari bulan kelahirannya (febri untuk Februari, Yani sebagai indikasi anak perempuan *sotoy*), Nuril diambil dari gabungan nama depan orang tuanya sebetulnya namun masih menyandang arti dari Nur itu sendiri yang adalah cahaya, dan Akmaliyah diambil dari bahasa Arab seperti halnya Nur yang berarti sempurna.  Jadi jika disimpulkan Febriyani Nuril Akmaliyah bisa jadi berarti ‘Anak Perempuan yang lahir di bulan Februari dengan Cahaya Kesempurnaan ‘ atau Peremepuan dengan Cahaya Sempurna yang lahir di bulan Februari’ (100% interpretasi sendiri tnapa mengacu kemanapun, jadi jangan asal percaya! Haha).  Jika demikian adanya, (sudah sempurnakah) si gadis?


Belum, tentu saja belum dalam hal-hal tertentu dan tidak untuk beberapa hal.  Secara konkrit sama sekali tidak sempurna, secara abstrak masih berproses menuju kesempurnaan.  Memang, sebagai wanita si gadis pastilah cantik *kan tidak mungkin ganteng*, namun dibandingkan dengan gadis seumurannya si gadis secara tampilan konkrit kalah menarik.  Tak apalah, mungkin kesempurnaan itu sesuai namannya terpancar melalui cahaya yang secara abstrak muncul dari apa yang menurut orang disebut sebagai aura *SOTOY ABIS SUMPAH, #ABAIKAN!*.  Apa pun itu, si gadis memang sedang berproses menuju pribadi yang berkali lipat lebih baik seiring dengan semakin berkurangnya jatah tinggalnnya di dunia ini.  Meskipun yang konkrit dirasa sulit untuk diperbaiki, namun toh sangat banyak yang bisa ia perbaiki bagi yang abstrak.

Kini di usianya yang sudah memasuki fase dewasa awal berdasarkan teori psikologi, tentu kedewasaan dalam arti seutuhnya menjadi salah satu resolusinya di tahun ini.  Dewasa dari segi karakter, emosi, pribadi dan tentu saja finansial yang pada akhirnya terangkum dalam harapan atau yang dikenal sebagai “birthday-wish”nya si gadis di tahun ini. 

Dimulai dari finansial.  Di usianya yang memasuki tahun keduan di dasawarsa ketiganya ini, si gadis masih didukung secara finansial oleh orang tuanya.  Baik si gadis maupun orangtuanya belum mempermasalahkan mengingat statusnya yang masih mahasiswa.   Si gadis ini pada awalnya memang tidak ngotot untu lulus sesegera mungkin dan justru mengamini pendapat seorang temannya tentang lulus pada waktu yang tepat; namun seiring waktu kesadarannya untuk segera memberi hadiah terindah atas jerih payah orang tua membiayai kita hingga detik ini pun akhirnya tak terelakan lagi mengingat adik kedua dari empat adiknya akan masuk kuliah di tahun ajaran baru ini yang berarti beban biaya orang tuanya pun akan semakin membengkak.  Carannya? LULUS ASAP!  Jadi ya itu, akhirnya wisuda di penghujung tahun ini pun masuk dalam daftar prioritas si gadis di tahun ini meskipun ia hingga berita ini diturunkan bahkan masih belum kepikiran mau mengangkat apa untuk (setidaknya) proposalnya!


Kedua, dari segi pribadi.  Selain sebagai seorang mahasiswa yang bergelut dengan kegiatan akademik seperti mengerjakan tugas, hadir di kelas, dan segala tetek bengeknya dan aktivis yang bergelut dengan aktivitas peryarikayannya mulai dari rapat, merancang hingga melaksanakan sejumlah program, berikut kunjungan daerah, si gadis ini tentu saja masih berstatus sebagai anak yang masih menjadi hak orang tuanya dan memiliki kewajiban terhadap orang tuanya sepenuhnya.  Karenanya, si gadis kini mulai berpikir untuk segera mandiri sebagai seorang pribadi dengan berganti status dari anak menjadi calon orang tua dan dari siswa menjadi calon guru.  Caranya? Melaksanakan sunah rasul dan segera mengajar!  Yap, rasanya ini sudah the right time for getting the right one juga the rigt time for spreading and sharing out my knowledge.  Sesuai apa yang diharapkan sekaligus juga doa barangkali dari sang bunda yang ingin si sulung segera lulus supaya segera memulai kehidupan baru sebagai pendamping seseorang, si gadis pun sangat mengamini harapan itu sekali pun sampai detik ini si mr. right itu masih sangat sangat sangat misteri bagi si gadis yang masih suka galau *kadang pengen segera, sering kali ditinjau ulang untuk segera*.  Makanya, kemandirian dalam hal ini bakal jadi prioritas di kala si gadis setidaknya telah melewati tahapan disang skripsi, yah semacam urusan setelah selangkah menuju LULUS KULIAH.  



Untuk perubahan status yang kedua yang sebenarnya sudah menjadi hasratnya sejak beberapa tahun terakhir namun terlalu banyak kendala sudah sangat ingin diaplikasikannya di tahun ini.  Dan, Alhamdulillah, kesempatan itu terbuka di awal bulan depan yang meskipun sama sekali tidak profit *hanya dihonor seongkoseun*, tapi disambut dengan sangat hangat dan terbuka oleh si gadis sebagai ajang pemanasan dan pengasahannya sebelum terjun secara resmi ke medan yang sesungguhnya smester depan.  Ke depan, mudah-mudahan mengajar bisa segera menjadi profesi yang akan engahntarkan si gadis meraih kemandirian dari segi finansial.

Dari segi emosi dan karakter, ya penulis ini sebetulnya tipe pecinta kedamaian dan pengalah di luar meskipun tak jarang bisa meledak-ledak juga kalau di rumah.  Dengan orang lain penulis paling enggan menuai konflik yang kadang tanpa diundang pun tercipta dengan sendirinya dalam kehidupan bersosialisasi mengingat banyaknya pribadi dan karakter yang tentu saja berbeda satu sama lain yang terlibat disana.  Bahkan si gadis cenderung rela terkorbankan perasaannya demi terciptanya perdamaian.  Kasarnya, si gadis lebih rela dia yang meafkan orang lain daripada mesti orang lain yang memaafkannya yang menurutnya belumm tentu semudah yang pertama.  Tapi, jangan salah, plis si gadis bukan 100% malaikat, ia pun sama seperti yang lain bisa merasakan marah dan kesal.  Bahkan ia pun bisa meledak-ledak, di rumahnya!  Tapi ya gimana mungkin karena rumah dan keluarga itu ya tempat semua orang bisa benar-benar menjadi dirinya sendiri karena seburuk apa pun mereka tetap bisa menerima dan memaffkan kita. 

Si gadis contohnya, semarah apa pun ia pada keempat adiknya, akan sangat-sangat mudah baginya untuk menghapuskan bahkan melupakan kemarahannya serta memaafkan adik-adiknya.  Bukan tidak pernah juga si gadis kesal pada kedua orangtuanya yang meski bisa sampai perang dingin beberapa hari tapi di batinnya ia segera langsung menyesali kekesalan atau sikap kesalnya pada kedua orangtuanya—hanya soal gengsi saja yang tidak membuatnya segera kembali normal.  Karenanya, besar harapan si gadis di usianya yang sekarang ini ia sudah jauh lebih mampu mengatur emosinya terutama terhadap keluarga tercintanya serta mulai menunjukkan karakter agar memudahkan untuk mulai menjadi subjek bukan dominan sebagai objek lagi di lingkungan sosialnya.


Begitulah harapan, cita-cita, sekaligus prioritas si gadis di tahun ini yang jika dirangkum maka prioritas utamanya ada di menyelesaikan studi yang nantinya akan berimbas pada kemandirian baik secara pribadi dengan menemukan si mr. right juga secara finansial dengan berkesempatan menjadi pendidik yang sesungguhnya dengan didukung kematangan emosional dan karakter yang kuat.  Semoga seluruh harapan dan cita-cita si gadis terkabul ya, untuk itu mari doakan bersama-sama supaya semuanya itu tercapai..aamiin!


Tidak ada komentar: