Sabtu, 18 Februari 2012

#republiktwitter: Dari Cinta sampai Politik..Semua deh Ada di Twitter!



Sutradara: Kuntz Agus
Penulis: Es Ito
Produksi: Anamalina Picture, Rupakata Cinema
Cast: Abimana, Laura Basuki, Ben Kasyafani, Enzi, Tio Pakusadewo, Leroy Usmani
Sinopsis: 
Adalah Sukmo (Abimana) seorang mahasiswa tingkat akhir Jogja yang keranjingan bermain jejaring sosial Twitter, sampai-sampai membuatnya nekat untuk ikut pergi ke Jakarta bersama Andre (Ben), teman sekostannya yang orang Jakarta, untuk menjemput komitmen dengan ‘kekasih’ Twitterannya, Dyah Hanum (Laura basuki), seorang jurnalis muda berbakat. 

Sesampainya di Jakarta, ia mengurungkan niat untuk menemui sang pujaan hati dan menunda mengejar koitmennya saat mengetahui bahwa Dyah Hanum yang selama ini ia kenal hanya melalui profil picture di account twiiter-nya itu ternyata jauh lebih cantik, belum lagi tak lama ada seorang lelaki yang menurut si Sukmo ini Jakarta banget tiba-tiba menghampiri si pujaan hati.  Ia yang hanya berkaus oblong, jins, dan sandal jepit kontan jiper sampai akhirnya memutuskan untuk tidak dulu menemuinya.  “Mundur selangkah untuk maju dua langkah” katanya pada Andre #ngeles. 

Di Jakarta, Sukmo tinggal di kediaman Andre yang tinggal bersama Ibu (Early Ashi) dan adik perempuannya, Gita.  Ia juga diajak berkenalan dengan kekasih Andre yang masih SMA, Nadya, yang ternyata juga penggila twitter sepertinya.  “Pacar kamu sama ababilnya kayak mobil kamu ya Ndre” canda Sukmo pas pertama kali liat Nadya.  Selain itu, ia pun rupanya mendapat kesempatan bekerja di ‘perusahaan pelayanan jasa’ milik bang Belo.  Pekerjaan yang tidak biasa namun sesuai dengan hobi-nya bertwitter ria. 

Ia bersama rekan-rekannya diminta mengorbitkan Arif Cahyadi, serorang politisi yang konon hendak mengajukan diri dalam PILGUB, yang ingin popular di dunia maya tanpa ingin memiliki account guna pencitraannya.  Mereka mendapatkan job tersebut melalui seorang yang mengaku sebagai konsultan komunikasi atau PR yangbernama Pak Kemal (Tio Pakusadewo).  Tugas mereka sih cukup membuat hastag #ARIFCAHYADI menjadi tranding topic, syaratnya gampang: berdiam diri di depan computer selama hampir full 24 jam, calling kolega untuk bantu mengetik hastag atau retweet, that’s all.  Syarat lainnya, tweet yang disampaikan harus efektif dan menarik seperti yang sering dilakukan Sukmo dalam tweet-nya seperti kata bang Belo (yang gara-gara itu jadi tertarik merekrut Sukmo.  “Kamu ada bakat di bisnis ini, Mo” katanya satu kali.

Sementara Sukmo sibuk ketak-ketik sampai kelupaan sama handphonenya, di sudut Jakarta lainnya Hanum lagi galau.  Galau karena ia dianggap kurang berkontribusi dalam setiap laporan, galau karena gagal bertemu Sukmo yang sduah lama ia nantikan, galau menanggapi keinginan ayahnya agar ia beralih menjadi presenter saja karena namanya belum pernah sekalipun muncul di liputan utama meski ia sudah cukup lama dan enjoy sebagai jurnalis, dan yang paling utama galau setelah ide yang hampir matangnya dicaplok begitu saja oleh wartawan senior di kantornya sampai ia lagi-lagi dianggap kurang berkontribusi oleh atasanya.  Berbagai kegalauannya itu membawanya pada satu keputusan untuk berhenti menjadi wartawan dan mulai mempertimbangkan menjadi presenter sekalian bikin bangga sang papa.  Ada sosok Rika (Jenifer Arnelita) reakan kerja sekaligus sohibnya serta Gary (Gary Iskak), lelaki yang selama ini mengejarnya, di sisi Hanum, tapi ia tetap masih merindukan dan penasaran dengan Sukmo.

Setelah suskes dengan proyek menjadikan #ARIFCAHYADI-nnya sebagai tranding topic, Sukmo dkk pun gajian.  Kesempatan ini pun ia gunakan untuk membayar hutang pada Andre dan bertemu dengan Hanum.  Pas ketemu, si Hanum yang tadinya seneng jadi bĂȘte dan kesel pas tau kalau Sukmo yang ia bayangkan slengekan ternyata berdandan sok rapid dan bergaya sok santun.  Pertemuan yang gak lebih dari lima menit dan cuma berisi kenalan, makasih, dan maaf karena harus pulang duluan.  Andre memperingatkan Sukmo buat konsisten sama perkataannya buat menjadi diri sendiri kayak nasehatnya pas Andre-Nadia berantem gara-gara Andre ngerasa diduain sama followers-nya Nadya.

Masalah muncul pas Sukmo yang tau kalau Hanum bakal berhenti jadi jurnalis pas ngeliat dari recent foto-nya di twitter langsung nyusulin ke kantornya, Lini Masa, dan mengungkapkan semua hal terkait akun rancangan #ARIFCAHYADI yang sedang booming itu untuk menjadi bahan berita Hanum demi mencegahnya mundur sebagai jurnalis.  Sejak itu hubungannya dengan Hanum mencair.  Hanum pun mendapatkan momentumnya sebagai wartawan baru.  Ide briliannya seputar rekayasa akun twitter sebagai salah satu strategi politik sangat diapresiasi oleh pimpinannya.

Berita utamanya hanum pun naik cetak.  Ia sangat diapresiasi oleh banyak orang.  Orang tua-nya, pimpinannya, reak-rekannya.  Namun tidak oleh Sukmo yang justru merasa terkhianati karena Hanum melanggar perjanjian dengan menyebut nama bang Belo dan Pak Kemal yang seharusnya anonim.  Juga Nadya yang belakangan diketahui sebagai anaknya Arif Cayadi yang jadi bahan pemberitaan.  Dan tentu saja Pak Kemal dan bang Belo.  Akhirnya, Sukmo pun melakukan klarifikasi melalui akun twitternya dan minta maaf pada pak Kemal yang kadung sudah dihujat banyak orang.  Bisnis ‘jasa twitter’ bang Belo pun hampir pasti gulung tikar.  Sukmo pun memutuskan untuk kembali ke Yogya menyelesaikan skripsinya.  Ia pergi dengan meninggalkan hand-phonenya.

Bukan maksud hati Hanum untuk mengkhianati kepercayaan Sukmo sebenarnya, namun apa daya sang pimpinan meminta Hanum untuk segera mengambi keputusan sulit untuk membuka dua nama yang semula dianonimkan jika ingin beritanya naik cetak sebagai berita utama.  Makanya, rasa bangga dan suka citanya terkontaminasi perasaan bersalah dan sedih.  Ia pun bertekad memperbaiki semuanya.  Bagaimana caranya? Mampukan ia megembalikan kepercayaan Sukmo? Bagaimana dengan Nadya yang marah setelah tahu bahwa Sukmo dan Hanum-lah yang berada di balik kasus sang ayah? Bagaimana nasib bisnis bang Belo pasca kehebohan berita akun rancangan itu? Apakah komitmen yang dikejar Sukmo itu kesampaian? Temukan sendiri jawabannya di bioskop kesayangan Anda segera! J
---

Menonton film ini bikin kita mesem-mesem sama manggut-manggut sendiri sambil bergumam dalam hati “ihh…kayaknya gue BGT deh kayak gitu”.  Banyak fenomena seputar penggunaan twitter mulai dari untuk sekedar mencurahkan isi hati hingga pencitraan diri; dari masalah cinta, bisnis, sampai politik, semuanya ada di twitter.  Karakter Sukmo dan Hanum ya sesama jamaah twitter taat dari dua latar belakang yang sangat bertolak belakang: Sukmo, pemuda Jawa sederhana bahkan secara penampilan cenderung ndeso; Hanum, gadis ibu kota yang modis dan tengah meniti karir sebagai jurnalis.  Dua insan berbeda latar budaya dan status sosial bisa menjadai begitu akrab melalui twitter.

 Ada pula Nadya, anak SMA kekasih Andre, sahabat Sukmo, yang juga penganut jamaah twitter yang tidak kalah taat sampai-sampai bisa sebegitu keselnya pas ada teman yang meng-unfollow twitternya tanpa seba “ya masalahnya dia duluan gitu yang nge-unfollow aku, coba aku yang duluan” gerutunya saat dinasihati Andre untuk tidak terlalu memikirkannya. 

Bang Belo lain lagi, semenjak hand-phone dengan nomor pin marak beberapa tahun terakhir ini, usaha warnetnya menjadi lesu sehingga ia pun banting stir dengan membuka layanan jasa pengelolaan akun twitter orang-orang terkenal yang ingin eksis di dunia maya tapi tidak memiliki waktu mengurus akunnya karena sibuk. 

Nah, Kemal yang katanya seorang konsultan komunikasi ini memanfaatkan momentum ke-boomingan twitter untuk menaikkan seorang tokoh bernama ARIF CAHYADI yang konon adalah kliennya.  Belo pun diliriknya untuk melancarkan usahanya dalam rangka membentuk pencitraan seorang Arif Cahyadi, yang belakangan hanya dimanfaatkannya untuk kepentinganya saja.

Di luar mereka, tokoh-tokoh dalam film ini tidak diceritakan sebagai penganut jamaah twitter.  Andre, sahabat Sukmo sekaligus kekasih Hanum, malah gak habis piker dengan tingkah polah orang kebanyakan, terutama anak muda yang disebutnya “generasi menunduk” saking asiknya bercyber ria via handphone dimanapun.  Rika, Cuma jadi pendukung Hanum dalam hal apapun di luar hobinya bertwitteria yang menurutnya “penuh kepalsuan”.  Arif Cahyadi, sang ‘tersangka utama” yang ternyata tidak tahu menahu apapun dan dimanfaatkan Kemal saja.  Ada lagi senior Hanum peliput berita politik yang degan liciknya mencuri ide Hanum.  Atasan Hanum yang sering menuntutny auntuk meningkatkan kinerja.  Ayah Hanum yang pecinta diskusi interaktif dan sedikit memaksa Hanum beralih profesi menjadi presenter.  Gary, pria metropolis yang naksir Hanum *kirain awalnya tunangannya*.  Ibu dan Adik Andre yang muncul sekilas-sekilas doang.  Serta Ibu Nadya (Nina Tamam) yang muncul Cuma di satu scene saja pas ngejamu si Andre di rumahnya.


Secara umum, nonton film ini asik meski entah ada sedikit perasaan bosa di tengah-tengah, tapi keseluruhan film-nya asik.  Kisah Sukmo-Hanum tidak mengambil porsi yang begitu besar, malah lebih banyak seputar tweet men-tweet.  Adegan romantisnya pun tidak lebih dari sekedar good-bye kiss di pipi sama pelukan yang seinget penulis Cuma sekali aja sepanjang film, dan paling pegangan tangan.  Kisah kasih Andre yang mahasiswa tingkat akhir sama Nadya yang masih SMA juga cukup unik ya.  Gimana ngambeknya Nadya yang masih SMA, Andre yang merasa terabaikan sama Nadya yang asik twitteran.  Yang juga menari , aktivitas twitteran yang porsinya banyak di sepanjang film itu terkesan sangat nyata.  Terutama di scene-scene di warnetnya bang Belo.  Penulis pribadi jadi mikir “oh…kayaknya gini nih kurang lebih kondisi para admin-admin suatu situs itu..yang kerjanya hampir 24 jam di depan layar, tidur disana, dan pantesan yang ngelola itu gak mungkin Cuma satu admin!”, yah sedikitnya jadi bisa membayangkan suasana kerja mereka. 

Tapi, meski asik ada beberapa hal yang mengganjal sih, sedikit kok.  Yang pertama dan terutama, penokohan Sukmo-Andre sebagai mahasiswa tingkat akhir.  Entah penokohannya atau malah cast-nya yang bermasalah, yang jelas Abimana dan Ben Nampak terlalu tua untuk jadi seorang mahasiswa walaupun tingkat akhir.  Terus, dandanan Jennifer Arnelita yang jadi Rika kayaknya agak berlebihan ya terutama di scene awal soalnya penulis pun sampai yang kesulitan mengidentifikasi awalnya.  Di luar itu gak ada masalah, asik, ending ceritanya pun gak sememaksakan dan seterburur-buru banyak film lainnya *IMO*, suka lah penulis mah.

Naah, sekarang yang unik dari film ini…
  • Suka sama gayanya Laura Basuki sebagai Dyah Hanum, sederhana tapi modisnya dapet, ditunjang tubuh jenjang—apalagi kakinya—asik lah liatny.
  •  Karakter ABG NAdya pas banget, manja-manjanya, ngambeknya, cemberutnya.
  • Beberapa dialog yang layak di-RT kalo via twitter:
  • Karakter dengan nama Nuil yang sama kayak nama tengah penulis (penasaran Bang Es Ito terinspirasi darimana) *jadi curhat*
  •   Munculnya sponsor2 kayak AX*OO, AP**E, B*.
  •  Orang tua-anak gak ada kemiripan (anaknya bule sama agak Chinese, ortunya Indonesia tulen)
  • Beberapa karakter yang kurang signifikan ke cerita kayak mama-nya Nadya.
  • aktivitas bertwitter-ria kayak follow, unfollow, retweet, block, reply, upload foto udah bener-bener nyata *yah emang harus gak sih? haha*
Segitu dulu deh, masih ada satu kisah yang mewarnai perjalanan penulis menonton film ini, berhubung kalau di post disini kepanjangan, penulis akan bikin sebagai postingan baru saja yaa dan diumumkan bukan khusus film ini aja. Yang pasti buat kalian ya para pengguna twitter, gak rugi deh meluangkan waktu nonton film ini di bioskop terdekat kesayangan Anda *buruan sebelum film-nya turn layar ini SERIUS!—akan dibahas dipostingan selanjutnya--* J

Tidak ada komentar: