Minggu, 26 Juni 2011

(FINAL) Djarum Indonesia Open Premiere Super Series 2011: Sebuah Pembuktian

Setelah dua tahun berturut-turut tanpa gelar di negeri sendiri, tahun ini seperti menjadi sebuah ajang pembuktian bahwa Indonesia belum habis, Indonesia masih bisa Berjaya di negeri sendiri. Pada final tahun ini Indonesia diwakili oleh dua wakilnya, yakni Tantowi Ahmad/Liliyana Natsir di Ganda Campuran (Mixed Double-XD) dan Vita Marissa/Nadya Melati di Gand Putri (Women’s Double-WD). Bagi kedua pasangan tersebut, final DIOPSS ini selain menjadi ajng pembuktian kekuatan Indonesia juga sebagai pembuktian akan kekuatan masing-masing pasangan yang keduanya terhitung belum lama dipasangkan dan berpasangan.

Keberhasilan Tantowi /Liliyana menembus final DIOPSS 2011 ini merupakan final keempat berturut-turut setelah di India Super Series (1 Mei 2011), Thailand GPG (12 Juni 2011), serta yang teranyar Singapore Open Super Series (19 Juni 2011). Dan, hebatnya di ketiga turnamen tersebut mereka selalu berhasil meraih kemenangan. Setelah sempat absen selama hampir satu bulan karena cedera yang dialami Liliyana hingga mereka mesti absen di kejuaraan Sudirman Cup, tiga gelar juara yang mereka bukukan secara berturut-turut tersebut tentu menjadi suatu prestasi tersendiri. Makin terasa istimewa karena pasangan ini merupakan pasangan yang baru dipasangakan setelah mundurnya Nova dari Pelatnas. Hal ini tentu saja menjadi sebuah pembuktian bahwa meski baru namun mereka memiliki kualitas layaknya pemain yang telah lama berpasangan. Pada dasarnya baik Lili maupun Tantowi memang pemain yag baik secara individu, maka ketika dipasangkan kekompakannlah yang mesti mereka padukan.

Tiga gelar beruntun yang diperoleh pasangan ini membuktikan bahwa mereka sedang on fire, sedang berada dalam puncak penampilannya. Kesuksesan tersebut pun ditambah kesuksesan menembus final DIOPSS ini melejitkan peringkta dunia mereka ke posisi dua di bawah pasangan China Zhang Nan/Zhao Yunlei. Dan kesuksesan tersebut akan menjadi sempurna bila pasangan kebanggaan Merah Putih ini mampu mengatasi perlawanan ganda peringkat 1 dunia di final DIOPSS tahun ini. Selain akan menambah rekor kemenangan beruntun mereka menjadi empat kali, kemenangan mereka amat dinanti oleh pecinta bulu tangkis tanah air. Pasalnya, tanpa gelar di rumah sendiri selama dua tahun berturut-turut tentu merupakan sebuah kemunduran dan menjadi amat miris. Maka dengan kualitas, preestasi, serta kondisi meraka yang tengah on fire tersebut, tak heran bila meraka amat diharapkan untuk mempersembahkan gelar bagi Indonesia di DIOPSS kali ini.

Lawan yang mereka hadapi memang tidak main-main, sang unggulan pertama sekaligus pemain peringkat satu dunia saat ini Zhang Nan/Zhao Yunlei asal China. Namun, hal tersebut bukan merupakan suatu hambatan merih prestasi terbaik. Toh, minggu lalu mereka berhasil mengehentikan perlawanan pasangan ini di babak Semi Final dalam dua game langsung. Akan tetapi, kemenangan di Singapore Open pekan lalu jagan sampai melenakan karena bagaimanapun ganda China tersebut tentu telah mengevaluasi kekalahan mereka itu dan tentu saja tidak ingin mengulangi lagi “kesalahan’ serupa di DIOPSS ini. Apalagi, DIOPSS ini sendiri merupakan turnamen kelas premiere yang notabene legih bergengsi dengan perolehan poin dan nominal hadiah yang jauh lebih besar dibanding turnamen super series regular (non premiere). Oleh karenanya, pertarungan di Ganda Campuran ini akan berlangsung ketat dan seru. Mempertemukan dua ganda terbaik peringkat teratas dunia.

Sementara itu, di sektor Ganda Putri, di luar dugaan pasangan non pelatnas bukan unggulan Vita Marisa/Nadya Melati secara mengejutkan mampu menghentikan laju ganda Jepang unggulan 4, Mizuki Fujii/Reika Kakiiwa dua set langsung 21-12, 21-12. Kemenangan tersebut tentu saja membawa asa tersendiri bagi bangsa ini. Permainan senior-junior yang juga belum lama berpasangan ini sudah mulai terlihat padu. Vita yang sering bermain di depan mendapat support penuh Melati yang berkali-kali melakukan jumping smash di belakang dengan lincahnya. Dengan permainan atraktif dan rotasi pemain yang baik, pasangan ini diharapkan mampu setidaknya mengimbangi lawan mereka di final, Wang Xiaoli/Yu Yang asal China.

Wang Xiaoli/Yu Yang merupakan unggulan pertama sekaligus peringkat satu dunia semntara Vita/Nadya saat ini berada di peringkat 18 dunia. Maka tak heran bila Vita/Nadya tidak begitu diunggulakn seperti Tantowi/Lili. Namun, bukan berarti peluang di sector Ganda Putri ini menjadi tertuup sama sekali. Bagaimanapun dalam dunia olah raga peringkat seorang pemain tak menjamin hasil di lapagan. Siapa yang lebih siap secara fisik dan tentu saja mental, merekalah yang nantinya akan keluar sebagai pemenang. Bagaimanapun Vita/Nadya memiliki keuntungan sebagai tuan rumah yang tentu saja membuat mereka mempunyai factor “x” sebagi motovtaor mereka, yakni para penonton yang memenuhi ISTORA Senayan. Belum lagi para penonton yang menyaksikan dari televisi yang pastinya akan mengirimkan dukungan dalam bentuk doa pada para pahlawan Indonesia.

Bagi Vita/Nadya yang merupakan pasangan non pelatnas dan non unggulan, ada dua pembuktian yang kiranya hendak meraka capai di final DIOPSS ini. Sebagai pasangan non pelatnas mereka tentu ingin membuktikan bhawa tanpa sokongan dari PBSI pun mereka masih mampu berprestasi di level internasional sekaligus membuktikan bahwa mereka masih mampu bersaing dengan para pemian PELATNAS. Sedangkan sebagai pemain non unggulan, mereka ingin menunjukkan bahwa peringkat memang buka segalanya. Meski bermain sebagai non unggulan toh mereka mampu menembus final dan berhadapan dengan pemain unggulan pertama.

Selain pembuktian terhadap dua hal tersebut, final kali ini sekaligus menjadi ajang pembukttian seorang Vita Marissa. Ia yang sudah tidak muda lagi seakan ingin menunjukkan bahwa ia masih ada. Vita awalnya merupakan pasangan Nova Widianto di Ganda Campuran. Namun, setelah sempat absen beberapa tahun dan Nova telah dipasangkan dengan pemain (yang terhitung) junior saat itu Liliyana Natsir , ia akhirnya dipasangakan dengan Flandy Limpele yang juga telah senior. Meski relatif singkat, namun prestasi yang ditorehkan pasangan ini cukup membanggakan. Vita pun sempat dipasangakan dengan Lili di ganda putri meski tidak bertahan lama juga setelah ia bersama Taufik dan Kido/Hendra akhirnya Vita memutuskan keluar dari Pelatnas dan menjadi pemain professional. Sebelum berpasangan dengan Nadya, Vita beberapa kali berganti pasangan termasuk dengan pemian Thailand Saralee Thoungthongkam. Setelah bertemu Nadya yang merupakan pemain muda, ia pun menemukan pasangan tetapnya. Dari sekian turnamen yang pernah diikuti, inilah kali pertama pasangan ini mencapai partai puncak. Semakin istimewa karena turnamen ini dihelat di negeri sendiri, maka kemanangan pertama di depan public tanah air akan menjadi sebuah prestasi yang manis sekaligus membanggakan dari pasangan ini.

Oleh karenanya, mari berharap bawha meraka akan benar-benar mampu mewujudkan pembuktian-pembuktian tersebut di depan public tanah air yang telah merindukan gelar yang selama dua tahun terakhir tak kunjung diraih pemain Indonesia. SUKSES! IN-DO-NE-SIA!

Tidak ada komentar: