Rabu, 27 November 2013

GROUP F UCL 13/14: HIGH TENSION TILL THE LAST MINUTE OF QUALIFICATION!

Peluang Itu (masih) 30:30:30

Kemenangan 2-0 atas Marseille di match-day ke-5 fase grup Liga Champion Eropa memang berhasil menghantarkan Arsenal memuncaki klasmen Grup F dengan raihan total 12 poin.  Unggul 3 poin dari peringkat kedua dan ketiga Borrusia Dortmund dan Napoli yang sama-sama meraup 9 poin hasil dari 3 kemenangan di 5 partai.  Akan tetapi, kemenangan dan status sebagai pimpinan klasmen belum menjamin satu tempat di fase knock-out bagi tim London Utara ini.  Malah posisi menguntungkan ada di pihak Dortmund. Sama-sama menjalani laga tandang di match-day terakhir Grup F, namun kedua tim mengalami situasi yang kontras.

Jika sang pemuncak klasmen harus melawat ke kandang tim tangguh lainnya, Napoli, maka si peringkat kedua akan dijamu tim yang (secara statistik di Grup F) relatif tidak setangguh dua tim lainnya. Pertarungan sengit dipastikan akan terjad di kedua partai tersebut.  Pasalnya 3 dari 4 tim di Grup F ini masih sama-sama berpeluang besar lolos ke babak selanjutnya.  Skenario idealnya adalah Napoli  berhasil menaklukan tamunya, Arsena, di Kandang.  Sementara Dortmund menjadi tamu yang ‘tidak sopan’ dengan mempercundangi tuan rumah, Marseille, di kandangnya sendiri. 

Jika demikian poin ketiga tim (selain Marseille) penghuni Grup F pun akan sama sehingga penentuan klasmen harud ditentukan melalui head to head dan selisih gol.  Jika sudah begini, maka posisi puncak akan otomatis jatuh ke tangan Dortmund yang unggul head to head dengan kedua pesaingnya. Sementara nasib Arsenal dan Napoli harus ditentukan melalui selisih gol, dan otomatis harus berpuas di posisi runner up.  Itu  pun jika skenario utama yang terjadi. Kita sebut saja dengan Skenario IS (Ideal by Statistic).  Bagaimana dengan kemungkinan terjadinya kejutan dari skenario lain?

Kejutan di Atas Kejutan

Kemungkinan terjadinya skenario kejutan yang mari kita sebut sebagai Skenario IR (Ideal by Reality) sangat mungkin terwujud.  Tentu dengan sejumlah sayarat dan ketentuan (yang) berlaku. Syarat nya Arsenal dan Marseille sama-sama bisa mengamankan poin dari lawan-lawannya.  Tidak perlu harus sampai menang, imbang saja sebenarnya cukup.  Dengan hasil imbang, posisi klasmen tidak akan mengalami perubahan, Arsenal otomatis lolos didampingi Dortmund yang menang head to head dengan Napoli sekalipun raihan poinnya sama. Namun pertanyaannya ini adalah will those be possible? Bisa jadi bisa jadi bisa jadi!

Boleh jadi Napoli memiliki keuntungan  bermain di hadapan puluhan ribu pendukung fanatik nya.  Tapi, jangan lupakan kalau tim tamu tengah secara performa tengah dalam tren menanjak dan sejauh ini cukup konsisten serta memiliki rekor tandang yang positif.  Juga jangan lupakan rekor head to head kedua pelatih.  Pastinya kedua tim akan mempertontonkan laga yang tak layak untuk dilewatkan.  Sementara itu, di selatan Perancis sana, Marseille yang tak kunjung menuai poin di 5 laga Grup F, tentu memiliki motivasi lebih untuk tidak finish tanpa poin.  Ya, hasil logis maksimum yang masih mungkin diburu anak asuh Elie Baup: meraup poin. Bermain lepas akan menjadi kunci. Beban justru diemban tim tamu yang sangat butuh poin untuk memaksakan keunggulan head to head, baik sebagai pemuncak klasmen atau runner up.

Kembali pertanyaannya diulang: mungkinkah? (lagi lagi) bisa jadi! Sedari awal Grup F ini sudah menawarkan berbagai kejutan.  Menempatkan Arsenal, Dortmund, dan Napoli bersama Marseille yang tengah berada dalam performa yang ciamik di liganya masing-masing dalam satu grup akhirnya membuat tim ini dijuluki tim neraka.  Prediksi demi prediksi bermunculan.  Tiga dari empat tim diprediksikan lolos.  Tanpa bermaksud menyepelekan, namun secara statistik (ah yang satu ini, tidak selamanya benar, tapi masih layak menjadi rujukan) memang tim Perancis cenderung ditempatkan satu level di bawah ketiga tim pesaingnya.  Terbukti, poin demi poin ketiga tim pesaingnya selain diraih dari hasil saling mengalahkan satu sama lain, juga semuanya mendapat suntikan poin dari laga melawan tim penghuni dasar klasmen Grup F tersebut.

Sedari awal, kejutan demi kejutan berlangsung di Grup F ini.  Kemenangan kandang Arsenal atas Napoli mulai menggugurkan keraguan banyak pihak yang sempat meprediksi bahwa tim asuhan Arsene Wenger ini akan terseok di Grup maut tersebut. Memang sih Napoli bermain tanpa ujung tombak andalan yang juga sempat menjadi incaran bos Wenger, Higuain.  Namun performa Arsenal saat itu (terlebih di 45 menit pertama) adalah performa yang sangat impesif, efektif, terorganisir sempurna nan cantik. Tidak berhenti sampai di sana, dua laga selanjutnya melawan Dortmund di kandang dan tandang pun tidak kalah mengejutkan.  Bermain impresif di liga, nyatanya pil pahit harus ditelan Ramsey dkk saat dipecundangi tamunya Borussia Dortmund di Emirates tepat di hari jadi sang pelatih.  Namun rupanya kejutan masih terus berlanjut. Saat Arsenal tidak lebih diunggulakn saat tandang ke Signal Iduna Park, justru gol tunggal Ramsey malah menjadi revenge yang sempurna sebagai kado yang (mungkin) terlambat, namun (jauh) lebih manis bagi sang manajer.  Begitupun dari sisi Dortmund-Napoli yang saling mengalahkan di laga kandang-tandang mereka hingga akhirnya menuai poin yang sama. 

Nah tinggal sekarang kejutan yang mana lagi yang akan tersaji? Apakah IS atau IR? Sebagai grup yang sedari awal menyajikan banyak kejutan, akan antiklimaks jika match day terakhir di Grup F ini berlangsung sesuai prediksi kebanyakan alias skenario IS. Kalau dalam satu plot cerita, istilahnya jalan ceritaya udah terlalu gampang ditebak arahnya kemana, dan di ending penonton akan berujar “tuh kan, dibilangin apa, pasti begini ujung-ujungnya”. Bandingkan jika IR yang terjadi.  Paling tidak penonton akan disuguhi twist yang menarik.

Personal Opinion (Awas! Berbahaya Bagi Mereka (baca: penggemar) yang SENSI(an)TIF

Penulis pribadi lebih mengharapkan skenario IR yang tersaji di match day terahir fase grup UCL nanti.  Kenapa? Alasannya sangat simple dan penuh subjektivitas sih (dan bahkan cenderung konyol).  Penulis baru menyadari pesona ketampanan seorang Robert Lewandowski beberapa hari lalu saat membaca artikel preview ‘Der Klassiker’ yang memasang wajah unyu-nya sebagai sampul. Ahh..so good looking! Jadi, selain atas dasar supaya mengakhiri kejutan demi kejutan dengan kejutan juga alasan lainnya adalah karena penulis sebagai pecinta London Merah sudah tentu menginginkan satu dari dua jatah fase knock out Grup F menjadi milik tim berjuluk The Gunners tersebut. Pendampingnya? Demi menyaksikan lebih lama pesona ketampanan seorang Lewandowski, maka… (sudah taukan siapa yang penulis inginkan untuk mendampingi klub kesayangan..hehe). 

Dan, (bagi penulis) bukan hal yang mustahil bagi perwakilan Grup F ini untuk melaju hingga ke fase tertinggi turnamen antar klub paling bergengsi sejagad Eropa ini.  Jika mereka tidak ada reuni dini diantara keduanya. Semoga. Ini harapan yang tidak mustahil, toh siapa pun boleh berharap bukan? Apalagi jika keduanya mampu mempertujukan konsistensi performa impresif mereka hingga quarter pertama 2014 nanti.  Harapan bro, harapan…yang (sangat) mungkin menjadi nyata. ^^

Duet Ideal (Awas SPAM!)

Ngomong-ngomong soal Lewandowski, hihi penulis juga punya harapan lain lho dari sekedar melihat mas nya bertahan di UCL bersama tim kesayangan penulis. Apa? Melihat nya bersanding dengan Olivier Giroud! Artinya? Ya iya seragamnya masih kuning kok..tapi paduannya biru, bukan hitam seperti sekarang (if you know what I mean).  Kalau sampai kejadian..beuh bakal jadi duet termaut deh: duet ideal! SAS mah lewat, Duo Shrek & Skunk (pinjem istilah bung Benhan..hehe) juga lewat deh!

Kalau duet yang sekedar memamerkan skill sih okelah masih bisa bersaing dengan kedua duet di atas.  Bahkan masih banyak lagi pasangan duet yang gak kalah oke dan tokcer lainnya.  Tapi kalau untuk duet plus plus, tolong beri contoh lain selain duet impian: Olivier Giroud-Robert Lewandowski.  Selain mumpuni secara skill sebagai seorang ujung tombak, keduanya memiliki factor X lain yang tidak dimiliki semua striker: wajah yang tampan (aw aw aw banget kan..hihi).  Tidak semua bukan berarti gak ada lho ya, tapi hanya sepersekian dari sejumlah striker yang ada. 

Ya jikalau pun tidak bisa diduetkan bisa dimainkan bergantian kan..persaingan sehat gitu lho untuk menggenjot performa satu sama lain (kalau memungkinkan masbro, maklumin aja saya masih tergolong awam sama taktik bin strategi). Lalu pertanyaannya: mungkinkah? Bisa jadi asal opa Wenger piawai melobi pria Polandia ini untuk berkumpul bresama kompatriotnya Nces dan Fabianzki.  Pasalnya, konon, pemain yang telah mantap menyatakan akan hengkang di akhir musim dari Dortmund ini sudah ‘disegel’ oleh rivalnya, Muenchen, yang juga ‘merampas’ Gotze dari tim yang sama musim sebelumnya.  Hanya saja sampai sekarang belum ada pernytaan resmi dari ketiga pihak tersebut.  Ah, andai saja opa Wenger mau dan merasa butuh, tentu beliau tak akan sungkan masuk ke arena persaingan memperebutkan permata rupawan ini.  Please opa, Giroud butuh partner (ah..apa sih).

Well, at the end, will he joim us? mari nantikan kejutan lain (yang semoga mengejutkan) di bursa transfer musim dingin yang akan segera tiba! ^^ #GGG #VCC #UCL13/14


Sabtu, 02 November 2013

Another Big Match(es): Either Better or Worse (Mentality)

Keok di kandang dalam dua laga berturut-turut menjadi catatan minor atas dominasi tuan rumah di liga domestik.  Setelah pasukan Jurgen Klopp pertengahan pekan lalu di ajang UCL,  tengah pekan ini giliran anak asuh Jose Mourinho di babak 16 besar Piala Liga (COC).  3 angka melayang, peluang ke QF apalagi titel juara COC pun otomatis terutup.  Kemenangan atas penghuni dasar klasmen di liga domestik akhir pekan lalu pun seolah tak dianggap.  Persoalannya adalah kedua tim yang mendepak  tuan rumah di kadang sendiri tergolong tim elite, tim besar, dengan kualitas pemain yang bisa dikatakan berimbang.  Tim yang sepanjang 9 pekan liga domestik bergulir, baru sekali diladeni tuan rumah, sehingga ‘gelar’ pemucuk klasmen sementara di liga disangsikan akan bertahan hingga akhir. 

Terbukti memang bahwa mental tim asuhan Arsene Wenger ini masih labil, terutama saat berhadapan dengan tim yang dilabeli besar macam dua tamunya di dua laga kandang terakhir di atas.  Beruntung keduanya terjadi di ajang non liga.  Artinya posisi pucuk pimpinan masih aman.  Baru akhir pekan ini dan dilanjutkan pekan depan uji konsistensi mental dan performa yang sesungguhnya dari tim ini diuji.  Menjamu peringkat ketiga yang tengah on fire dengan duet solid barisan depannya, dan diuntungkan dengan tidak bermain di level kompetisi lain, kekompakan barisan belakang tuan rumah diuji betul.  Sektor yang semenjak beberapa musim terakhir dituding sebagai penyebab serangkaian hasil minor tim berjuluk Meriam London ini memang sejauh ini masih sering berkontribusi atas gol demi gol penantangnya.

WASPADA dan FOKUS.  Dua hal yang harus ditanamkan betul oleh Wenger pada bocah-bocahnya jika tak ingin ‘dihadiahi’ hattrick kekalahan di kandang.  Bukan hanya hattrick, bahkan posisi pucuk klasmen pun terancam dikudeta runner up, yang notabene rival sekota.   Barisanbelakang masih akan kehilangan Flamini dan Arteta yang masing-masing mengalami cedera dan terkena hukuman kartu merah, hemm…sebuah kerugian tentu saja.  Absennya Flamini menegaskan bahwa penghuni Emirates tidak hanya bergantung pada seorang Mesut Ozil.  Kreativitas seorang Ozil tanpa sokongan Ramsey yang leluasa menyerang karena harus juga fokus menjaga pertahanan membuat serangan tim yang dikapteni Thomas Vermaelen hampir selalu nihil karena terlalu berlama-lama.  Intinya ada semacam gap antara agresivitas & efektivitas.   


Pengalaman ditekuk tamu dua kali berturut-turut seharusnya menajdi pelajaran yang teramat berharga.  Akhir pekan ini ujian itu kembali menghampiri.  Kali ini salah satu yang terberat.   Melawan tim dengan barisan depan paling sulit diantisipasi. Di liga utama pula. Tidak berlebihan jika inilah ujian sesungguhnya bagi penghuni Emirates.  Tanpa bermaksud meremehkan dua tim sebelumnya, level urgensi bukan terkait siapa-lawannya, melainkan ajang-apanya.  Hasil laga ini krusial untuk hasil di dua laga tandang yang tak kalah beratnya bagi tim ibu kota pekan mendatang.  GOOD for the GOOD. Not GOOD hopefully will turn to be GOOD very soon. #GGG #VCC 

Kamis, 31 Oktober 2013

KEPO Membawa Nestapa: A Broken Heart Story

visitors..maaf kali ini Anda akan menemukan postingan yang rada-rada iyuh eeaa BGT. So, maklumin aja ya da temanya pun #BROKEN *halah*

Ini malam Jum'at, bukan malam Ahad, tapi rasanya tak sanggup diri ini menanti hingga lusa untuk meluapkan ini semua ini. Maksud hati meng-kepo-i seseorang, ehh malah senjata makan tuan. APES. Sebuah foto bak menghujam dalam-dalam organ di sekitaran jantung. Ah, untung saja tidak sampai menebas jantung. Ini padahal bukan siapa-siapa, hanya seseorang yang dikagumi, ya tapi dari dulu sih, bertahun-tahun. Tapi ya apalah daya, manusia kan memang pandai berencana, namun Sang Maha Kuasa lah yang Maha menentukan. Kitanya mau, Ia-nya tidak berkehendak, maka tidak terjadilah. Begitupun sebaliknya. 

Intinya, My Heart is Broken
Bukan salah siapa-siapa, salah sendiri aja main hati.
Ini resikonya.
Sakit juga sih ya, tapi ya sudahlah.
#SUPAYA_KAPOK#

Supaya makin dramatis nih di-Soundtrack-in:

Jangan sembunyi
Ku mohon padamu jangan sembunyi
Sembunyi dari apa yang terjadi
Tak seharusnya hatimu kau kunci


Bertanya, cobalah bertanya pada semua
Di sini ku coba untuk bertahan
Ungkapkan semua yang ku rasakan

Kau acuhkan aku, kau diamkan aku
Kau tinggalkan aku

Lumpuhkanlah ingatanku, hapuskan tentang dia
Ku ingin ku lupakannya

Jangan sembunyi
Ku mohon padamu jangan sembunyi
Sembunyi dari apa yang terjadi
Tak seharusnya hatimu kau kunci


Lumpuhkanlah ingatanku, hapuskan tentang dia
Hapuskan memoriku tentang dia
Hilangkanlah ingatanku jika itu tentang dia
Ku ingin ku lupakannya

Lumpuhkanlah ingatanku, hapuskan tentang dia
Hapuskan memoriku tentang dia
Hilangkanlah ingatanku jika itu tentang dia
Ku ingin ku lupakannya

Lumpuhkanlah ingatanku, hapuskan tentang dia
Ku ingin ku lupakannya

Kau acuhkan aku, kau diamkan aku
Kau tinggalkan aku


Sumber : http://www.liriklagumuzika.com/2013/01/lirik-lagu-lumpuhkan-ingatanku-geisha.html#ixzz2jJkjmoCu

Kenapa kudu lagu itu? ya gak semua liriknya sesuai sih ya, cuma bagian reff nya doang.. "lumpuhkanlah ingatanku hapuskan tentang dia..hapuskan memriku tentangnya..hilangkanlah ingatanku jika itu tentang dia ku ingin ku lupakanya.." 

Rabu, 23 Oktober 2013

Kekalahan (Kini) untuk Kemenangan (Nanti): Kado Paling Berharga untuk Sang Professor

"Kekalahan (yang) beda lawan (Dortmund), sama rasa (Aston Villa)"

Rekor belum terkalahkan di 12 laga terakhir harus terhenti semalam (22/10) kala tuan rumah kedatangan tim tamu asal negeri si raja assist.  Pemuncak klasmen sementara di liga domestik tertinggal terlebih dahulu di menit ke-16 sebelum akhirnya berhasil mencetak gol penyeimbang di menit ke-41.  Sayang, kecepatan jagoan tim yang sementara ini menjadi runner up di liga domestiknya diamini oleh kelengahan lini pertahanan yang terlambat kembali ke posisi-nya.  Akibatnya fatal: gol penentu kemenangan tim tamu pun tak terbendung meluncur deras dari sepakan voli di menit ke-82.  Hingga wasit meniupkan peluitnya, tim tuan rumah tak mampu memaksakan hasil imbang.

Kekalahan yang cukup menyesakkan.  Sebagai tuan rumah dan di tengah euforia kemenangan impressive-nya di liga domestik akhir pekan lalu.  Ditambah pula laga ini bertepatan dengan hari jadi sang manager yang (konon) menginginkan kemenangan sebagai ‘birthday wish’ nya. Tidak ada alasan untuk membuang-buang poin sebetulnya.  Sebaliknya, atmosfer berbeda menyelimuti kubu tamu.  Bertandang ke Emirates tanpa didampingi pelatih kepala, yang mendapat hukuman akibat protes keras di laga kontra Napoli, tim ini sangat berambisi mengamankan 3 poin demi mengamankan tiket untuk lolos dari fase grup.

Sama-sama berambisi untuk mengamankan 3 angka dengan motivasi yang cukup berbeda membuat kedua tim bermain menyerang sejak awal.  Tim tamu langsung menggedor pertahanan tuan rumah.  Tak mau kalah tuan rumah pun sering kali mencuri serangan.  Sayang lamanya penguasaan bola selalu berujung pada mentalnya penyerangan di barisan pertahanan tim tamu.  Malah tim tamu sering kali langsung melakukan serangan balik yang (lebih) efektif setiap berhasil merebut bola yang entah kenapa seakan terlalu licin bagi para punggawa tuan rumah.  Sekalipun ball possession di paruh kedua hingga akhir laga memihak tuan rumah, namun kembali efektivitas serangan balik ala tim tamu yang akhirnya melayangkan 3 poin untuk dibawa pulang ke Jerman.

Hasil minor ini tentulah bukan merupakan kado terindah bagi sang professor selaku manager yang tengah merayakan hari jadi.  Namun kekalahan ini kiranya bisa menjadi kado PALING BERHARGA bagi sang pria Prancis tersebut.  Mengapa? Di balik segala hal yang tidak menyenangkan dari kekalahan ini, penulis dari sudut pandang pendukung amatir sih menilai masih banyak pelajaran yang bisa diambil.  Pertama, kekalahan ini seperti memberi sinyal pada sang professor bahwa tim nya masih butuh uji mental sebagai calon juara.  Kedua, fokus dan konsistensi masih menjadi PR bagi tim ini terutama saat berhadapan dengan tim ‘besar’.  Ketiga, tidak salah kiranya saat sang professor ‘menghargai’ gelandang bertahan baru-tapi-lamanya seharga dengan gelandang serang baru-nya yang memecahkan rekor transfer klub tersebut.  Artinya peran keduanya sama penting.  Seperti terpampang nyata dalam pertandingan semalam bagaimana repotnya barisan pertahanan tanpa kehadiran sang jangkar yang mengalami cedera saat melakoni pertandingan di liga lokal sabtu lalu.


Dan selain ketiga poin di atas, fakta positif lainnya adalah bahwa kekalahn ini terjadi di masa-masa awal musim dan jelang menghadapi laga krusial dalam 2 pekan ke depan (berturut-turut lawan tim ‘besar’).  Artinya masih ada cukup waktu untuk pria yang merayakan 17 tahun kariernya bersama tim ini di musim ini untuk memoles dan memantapkan kembali permainan anak asuhnya. Bukan pekerjaan yang sederhana memang, namun tidak akan dijuluki sebagai sang professor bila mantan arsitek As Monaco ini tak mampu memecahkan persoalan rumit.  Musim masih panjang, lawan-lawan berat menanti (untuk mencuri poin demi poin & momentum tentunya); (tapi) bursa transfer musim dingin (pun) akan segera tiba. Selamat hari jadi ke-64, Prof! Selamat ‘menikmati’ dan ‘mengotak-atik’ kado Anda yang paling berharga (ini): kemenangan yang tertunda (baca: kalah untuk terus menang). Keyakinan penulis terhadap (raihan) tim (musim) ini tidak berubah sama sekali. Dan rasa kekalahan ini bagi penulis sih sama seperti kekalahan dari Aston Villa, Agustus lalu. Kekalahan yang perlu sebagai ajang uji (pemantapan) mental (juara). So, please bring them back very soon to the right path, Prof! Bravo & good luck! Come on you guys! We (always) trust on you, Prof! J

Selasa, 17 September 2013

(Hanya) Penggemar Biasa

Warning: penulis artikel ini Cuma penggemar bola biasa, sama sekali bukan pengamat apalagi komentator bola PROFESIONAL, mohon dicatat!  Bila berkenan silakan dilanjutkan, bila tak berkenan mohon berhenti di sini saja karena jika Anda nekat menghabiskan artikel ini maka dianggap menyetujui sayarat dan ketentuan berlakunya, yakni: NO PROTEST just ENJOY READING. Are you ready?
^^
Here we go ...
Seperti yang telah saya kemukanan di atas bahwa saya ini sama sekali bukan termasuk jajaran pengamat sepak bola ahli.  Bukan juga fans fanatik yang serba tahu serba tahu dan suka serasa paling memiliki suatu klub bola.  Saya hanya penikmat sepakbola yang menggemari suatu klub sepakbola dengan wajar.  Saya senang menonton pertandingan bola, saya menikmati waktu 2x45 menit (berikut additional time-nya) menonton pergerakan 22 pemain ke sana ke mari demi memperebutkan sebuah bola. 

Sebagai penggemar dari salah satu klub, saya mungkin tidak tahu detil sejarah klub (keterlaluan enggak sih?).  Siapa  saja pemain legendarisnya, momen bersejarah apa saja yang  merupakan masterpiece, bahkan beberapa nama yang ada di skuad (terutama cadangan) saya masih asing.  Ya, makanya saya lebih suka menyebut diri saya ini sebagai penggemar biasa saja tok tanpa embel-embel apa pun (daripada digugat oleh yang melabeli diri sebagai penggemar fanatik..ampun bang). 

Saya juga masih belum faham dengan beberapa istilah dalam sepak bola berikut posisi, fungsi, dan peranan masing-masing pemain.  Strategi macam 4-3-3, 3-2-4-1, 3-5-2 dan variasinya pun masih belum begitu fasih saya fahami.  Saya juga masih belum bisa menganalisa secara detil pergerakan satu pemain.  Saya bisa sangat was-was saat daerah pertahanan sudah berhasil disusupi lawan, dan geregetan saat tim kesulitan menaklukan kiper padahal sudah leluasa menusuk jangkar pertahanan lawan.  Saya bisa sih menentukan pemain favorit yang menurut saya bermain impresif, tapi ya itu analisis nya masih sangat subjektif.

Saya bisa larut dalam euforia (baca: teriak sambil terkadang lompat-lompat) ketika tercipta goal ke gawang lawan, dan sebaliknya merenggut kecewa sambil meremas kepala bila tim kebobolan.  Saya bersuka cita saat tim memenangi pertandingan demi merengkuh 3 angka atau melaju ke fase yang selanjutnya.  Akan tetapi, saat tim mengalami kekalahan gurat kecewa pun akan menguasai raut wajah saya diiringi rasa sedih dan sesal.  Apalagi jika kekalahannya cukup menyakitkan. 

Penggemar abal-abal? Saya rasa sih sama sekali tidak.  Penggemar biasa (dan tidak resmi), istilah yang lebih saya senangi  untuk melabeli jenis penggemar macam saya.  Tentu, saya bukan seorang (penggemar) fanatik apalagi hingga maniak. Saya ini juga tidak teregistrasi sebagai member resmi di official membership-nya tim kesayangan saya. Tapi itu tadi, saya selalu menikmati penampilan tim kesayangan saya.  Saya juga berusaha untuk tidak melewatkan satu pertandingan pun, apalagi di fase penting (big match, knock out).  Selain itu saya pun senantiasa mengikuti perkembangan tim melalui berbagai media baik cetak maupun online

Intinya, sekali lagi saya hanya ingin menegaskan kalau saya ini tipe penggemar biasa yang selalu mendukung tim kesayangan saya apa pun yang terjadi. Selalu juga berusaha percaya bahwa hasil yang kurang memuasakan kini bisa berbuah manis nanti. Seperti berusaha menerima 'puasa' gelar selama sewindu hingga musim lalu, untuk buka puasa  dengan lebih dari satu ‘menu’ musim ini.  Ya, dari apa yang saya ikuti dengan cukup intens beberapa bulan belakangan, saya (mungkin juga seperti banyak atau malah kebanyakan penggemarnya yang lain) memiliki keyakinan bahwa ‘kontrak’ sewindu tidak akan diperpanjang hingga sedasawarsa.  Tanpa bermaksud mendahului Sang Maha Berkehendak atau sok-sok menjadi cenayang, berbekal agresivitas penampilan hari ini, aktivitas di bursa transfer, dan tentu saja-ini yang penting-keyakinan dan kepercayaan terhadap skuad hari ini serta taktik sang pelatih, saya (yang penggemar biasa ini) berkeyakinan bahwa kami akan dibuat tersenyum bahagia dan bersuka cita penuh kebanggaan di akhir musim ini nanti. Bukankah bersantap saat buka puasa itu selalu memberikan kenikmatan tersendiri kan dibanding bersantap saat tidak berpuasa? :)
^^

Prolog: gimana-gimana? Tuh kan udah dibilangin kalau gak berkenan mending berhenti dari awal tadi.  Bukan salah penulis lho kalau para pembaca yang terhormat menyesal telah sampai hingga ke titik ini.  Toh, di awal juga kan sudah penulis jelaskan siapa penulis, harusnya sudah bisa mengukur-lah ini postingan isinya bakal kayak gimana.  Eit..tapi sebagaimana syarat dan ketentuan yang berlaku, Anda-Anda dilarang protes lho karena menuntaskan postingan ini adalah keputusan yang telah Anda sekalian pilih tanpa paksaan dari pihak manapun, apalagi penulis.  Jadi sepakat, tidak sepakat, penulis anggap SETUJU. INGAT: NO PROTEST! 

Selasa, 03 September 2013

My Passion, My Profession #1

Saya baru sadar bahwa saya telah jatuh cinta dengan dua aktivitas yang kelak bisa jadi menjadi profesi yang saya tekuni…

A Passionate & Professional Translator (To Be)

Beberapa pekan ke belakang, tepatnya 10 hari jelang 1 Syawal 1434 H, saya secara resmi mengerjakan project terjemahan lagi setelah sekian lama (entah berapa bulan, tidak sampai menahun kok ;p).  Tanpa banyak negosiasi apa pun di muka, kecuali durasi (saat itu saya tengah disibukkan dengan project lain yang cukup menguras fikiran, akhirnya muncullah kesepakatan deadline: 2 pekan.  Belasan lembar, Indonesia-Inggris, tema terjemahan seputar cabang ilmu pengetahuan sosial membuat 2 pekan itu dinilai proporsional. 

Pekan pertama berlalu begitu saja, karena ternyata di hari-hari menjelang 1 Syawal yang saya fikir waktu saya relatif fleksibel, eh malah sama hectic-nya seperti 2 pekan sebelumnya.  Bahkan hal ini terjadi hingga malam takbiran!  Esoknya, lebaran, dan sehari setelahnya sungguh bukan waktu yang kondusif untuk mengerjakan sutu project.  Mood lebaran itu ya mood bercengkrama dengan hangat bersama keluarga besar, berkunjung ke sana ke mari, icip-icip kue lebaran, syukur-syukur masih masuk list penerima angpao.   Akhirnya pekan pertama dari deadline 2 pekan pun berlangsung sama sekali tidak efektif.

Pekan kedua di depan mata. Oke, bagaimanapun sebagai seseorang yang mencoba profesional saya harus patuh pada ‘kontrak’ 2 pekan yang disepakati di awal.  Niat sudah  100% (hanya belum sampai 200%), tapi selalu ada ini itu sehingga -2 hari awal kinerja penulis baru mencapai sekitar 20%-nya saja.  Suasana libur lebaran yang (masih) didukung kehadiran sanak famili di rumah juga sedikit banyak mempengaruhi.  Hingga puncaknya adalah rencana bepergian ke luar provinsi bersama keluarga inti untuk mengantar kepulangan adik saya ke kota tempatnya menimba ilmu sekarang: suatu kota di tengah-selatan pulau Jawa.  Celakanya, saya selalu tak kuasa menafikkan pesona kota tersebut, saya selalu larut dalam godaan-nya.  Lebih celaka lagi karena jarak tempuhnya yang mencapai seharian.  Baru 20% lho!  Belum lagi saya ini terikat komitmen moral terhadap diri saya dan kedua orang tua saya yang mengeluarkan status tahanan kota pada saya yang belum kunjung menuntaskan studi sarjana-nya.  Dengan sedikit kompromi yang tidak alot-alot amat, akhirnya saya dan orang tua saya (yang syukurnya tidak terlalu strict dengan aturan yang dirancang mereka sendiri) mencapai kesepakatan dengan embel-embel: syarat dan ketentuan berlaku.  Persis seperti pembelaan saya terhadap status tahanan kota saya pada keduanya (like parents, like child ;p).

Dengan segala kemungkinan resiko dan konsekuensi atas pilihan sadar saya untuk plesir ke luar provinsi yang cukup memakan waktu di tengan deadline project, saya memantapkan hati untuk menjalankan keduanya dengan seimbang.  Ya, ada resiko-resiko yang mau tidak mau saya tempuh, seperti: membebani tas cangklong dengan notebook beserta baterai-nya, bergadang selama beberapa malam, menjadi satpam di kontakan adik (yang kami inapi saat itu) tatkala seluruh rombongan disibukkan dengan tur keliling objek wisata di sekitar kota tersebut.  Ya, sedari awal, saya sudah berusaha menjaga komitmen untuk ikut-demi-menikmati-suasana-kotanya, bukan ikut-demi-menikmati-objek-wisata nya.  Jadi, all is well for me, sekalipun harus stay home seharian. 

Kembali ke project saya *ala mr. 4 mata*.  Di sanalah waktu yang saya manfaatkan maksimal untuk merampungkan 80% dari total 100% porsi project saya.  Dengan semangat ‘man jadda wa jada’, saya kerahkan seluruh kekuatan dan kemampuan saya demi menjaga etika professional-to-be saya.  Dengan berbekal sebatang modem milik adik yang alhamdulillah sekali kuota nya masih bersahabat untuk diajak bekerja siang-malam, pagi-sore *ala restoran padang di rest area—halah*, alhamdulillah beberapa hari di sana project saya sudah menyentuh angka 80%.  Alhamdulillah yang diteruskan dengan astaghfirulloh…masih 20% to goDeadline semakin mendekat, jadwal pulang pun sudah di depan mata: alamak..ya masakan saya harus mengerjakan project ini di mobil? Waktu kami pulang itu sore, artinya perjalanan malam! Hey, can I make it effectively? I guess not!  

Di tengah kepenatan oleh deadline yang disokong kelelahan karena begadang dan bercengkrama dengan layar notebook sehari-semalaman, tiba-tiba muncullah ‘hidayah’ dari si empunya project.  Beliau (oke, si empunya project ini jauh lebih senior dan berpengalam dari segi keilmuan nya dari saya, hanya sepertinya beliau sedikit bermasalah dengan bahasa, makanya …) dengan penuh kebijaksanaan memberikan ‘injury time’ untuk project yang saya kerjakan ini selama 2880 menit (baca: 2 hari).  Itu rasanya ALHAMDULILLAH sekali, setidaknya bisa saya bereskan saat sudah tiba kembali di kota yang sudah saya tinggali sedari brojol ke dunia ini.  Saya rasa beliau menangkap radar-lebaran sehingga akhirnya memberi sedikit kelonggaran pada deadline, sesuai lah dengan jatah tanggal merah di kalender *hihiw*. 

Dan…alhamdulillah, tepat sehari sebelum peluit deadline ditiupkan, project yang saya kerjakan sudah terdaftar di sent item e-mail saya.  Rasanya itu legaaaa.  Meskipun sempat merasa terbebani dan keteteran saat mengerjakan 20% pertama, di fase 60% untuk menggenapi menjadi 80% saya, sekalipun hampir bekerja sepanjang waktu, ternyata amat menikmati apa yang saya kerjakan.  Yang sedikit mengganggu hanya rasa lelah dan pegal yang sesekali mampir.  Tapi, di luar itu, all is well *again*.  Everything is running well in its own path.  Tanpa sadar saya sudah melibatkan hati saya terhadap project ini sehingga hambatan-hambatan seperti technical terms dan lain-lain bisa diatasi dengan…cukup tenang.  Meskipun terkesan terburu-buru, tapi saya mengerjakannya dengan seksama kok, dengan mengacu pada banyak sources yang tentu saja relevan dengan topiknya.  Special thanks to mr. google for the journal link, serta kamud digital to help me in checking the correct words in term of its context.  And also for my sister’s modem, and last but not least for my beloved notebook that was strong enough to fight night and day. Thanks all! :*


What I’m actually trying to say (baca: INTINYA), selama dalam proses pengerjaan project yang bisa saya kategorikan sebagai titik balik untuk karier profesional saya ke depannya ini (bahasa gaulnya: project ini telah membantu mendewasakan saya—menuju tahap yang lebih profesional), saya sadar betapa sebetulnya saya mencintai aktivitas ini.  Saya rasa ini ada passion terselubung yang jika diasah terus dan diseriusi bisa menjadi sesuatu dalam rekam jejak kehidupan saya.  Dan karena kecintaan saya ini pula yang sepertinya merontokan keraguan dan beban di awal.  Well, nampaknya yang paling pas mewakili gambaran kisah di atas itu lirik lagu kemenangan-nya mbak Joy Tobing “Semua karena cinta, tak mampu diriku dapat berdiri tegak, terima kasih cinta”.  So, to make all is well we need to do it with passion that comes up because of love. And thanks GOD to make me realize that I do love translating activity so well. #IMO

Sabtu, 31 Agustus 2013

Radar (Oktober) Desember: COME ON YOU (GO), GIRL!

Kemarin adalah hari dimana saya seperti diberi sinyal-sinyal (melalui serangkaian kejadian-kebetulan) untuk segera menuntaskan apa yang seharusnya saya tuntaskan…

Saat saya mengunjungi suatu gedung di kompleks kampus tempat saya belajar, betapa saya merenung bahwa apa yang harus saya tuntaskan ini sebenarnya tak lebih dari perkara ruang sekian kali sekian meter.  Di sanalah urusan saya, sebegitulah lingkupnya.  Ngeri saya ketika membandingkan dengan luasnya bidang di luaran bidang itu yang memang terlamau sering saya sambangi, melebihi dari intensitas kunjungan saya ke ruang sekian kali sekian meter.  Faktatersebut menggiring saya pada satu simpulan dalam bentuk pertanyaan “jika masalah sekian kali sekian meter saja saya sudah kewalahan begini, ya apalagi persoalan di ruang yang tak terbatas itu”.

Sesaat setelah saya meninggalkan gedung berukuran sekian kali sekian meter menuju gerbang depan kompleks berukuran puluhan bahkan ratusan kali lipat dari ruangan di satu gedung yang baru saja saya tinggalkan tadi, saya berjumpa dengan dua orang kawan seperjuangan yang masih sama-sama bergelut demi menuntaskan studi sarjana kami (fokus saya adalah ke bagaimana menyelesaikan, bukan bagaimana meraih gelar).  Setelah cipika cipiki dan berbasa basi, sampailah pada pertanyaan wajib bagi mahasiswa smester 8 plus plus seperti kita: ya apalagi kalau bukan seputar mega proyek nya mahasiswa tingkat akhir.  Seputar topic dan sudah sampai mana, all is well.  Tapi, pas topik mengacu ke siapa dosen pembimbing, dengan lempeng seorang dari mereka berkata “enak, lulusnya bisa cepet itu mah” santai, malah mungkin ada kesan “kenapa gak gue aja sih”.  “Jleb!” dalam hati sambil mengutuki diri sendir “kan..hampir semua orang ngomong serupa, dasar elu nya aja, girl, dasar!.  Sambil terkekeh saya jawab” Iya, dosennya enak, cepet, mahasiswa nya nih yg lama..hehe”.  Karena sedang sama-sama buru-buru akhirnya percakapan pun diakhiri dengan sayonara, saya naik angkot, mereka nyebrang, memasuki kompleks ratusan kali ratusan meter yang baru saja saya tinggalkan.  Sempat tertangkap sedikit keheranan mereka saat saya terkekeh.  Ya, akhirnya saya pun makin mengutiki diri sendiri “ampun deh ye, dasar mahasiswa kurang pandai bersyukur!”

Belum berhenti sampai di situ.  Saya rasa Tuhan sedang ingin menunjukkan kasih sayangNya dengan teguran-teguran sepele namun jleb banget semacam apa yang saya alami ini.  Belum lama menenangkan diri dalam angkot, eh surprise lain menghampiri saya.  Tetiba naik dua orang-yng-besar-kemungkinan-adalah-mahasiswa.  And yes, they are!  Mahasiswa baru malah.  Lebih tepatnya baru kembali lagi menyandang gelar mahasiswa (uyeah).  Saya yang sudah bermata empat ini baru bisa mengenali dengan jelas kedua sosok ini saat keduanya sudah duduk manis di kursi 7 pas di belakang supir, besebrangan dengan saya yang pas di dekat pintu di kursi 5. Setelah saling bertegur sapa dan mengobrol sedikit banyak tahulah saya mengapa mereka sudah kembali ngampus. Keduanya rupanya tengah dalam persiapan memulai tahun ajaran baru dengan kembali berstatus mahasiswa.  Kali ini mereka tengah berjuang menempuh gelar master.  “Pak!” rasanya dsemacam ada sesuatu yang menampar dada dan meninju otak “hello…orang tuh ya udah mau wisuda kedua kali, ini sekali aja oalahhhh…lamanyoo!” entah bisikan yang muncul darimana.  Mau tidak mau fakta ketiga ini semakin bikin saya sakit kepala di satu sisi, namun semakin memotivasi juga supaya tidak sampai didahului wisuda oleh para ‘mahasiswa baru’ tersebut. 

Intinya sih dari ketiga kejadian di atas adalah muncul satu bisikan yang kuat sekali ke dalam benak dan hati saya yang tanpa henti mendengung dengan kerasnya berbunyi : “COME ON YOU GIRL!”

Semoga, ini benar teguran sebagai bentuk kasih-Nya pada saya yang sering lalai dan cenderung bermalasan.  Dan semoga ke depan saya bisa mengejar target menuntaskan misi yang rada impossible yaitu tuntas tahun ini, yang artinya hanya menyisakan maksimal 2 bulan lagi.  Oh, yes, semoga semangat “Come On You Girl” ini bisa menghantarkan saya menjalani dan menwujudkan mission possible saya ini.  Demi kebahagiaan orang-orang di sekitar saya, dan demi keberlangsungan agenda dan taggung jawab saya yang lain-nya dengan bismillah COME ON YOU (GO) GIRL!