China ternyata masih terlalu tangguh bagi Negara lainnya di ajang Sudirman Cup kali ini.Terbukti di final yang berlangsung ahad (29/05) lalu, China mampu mengatasi perlawanan Demnark 3-0.Padahal sebelumnya, dengan penampilan impresif Denmark hingga babak semifinal banyak yang meramalkan bahwa partai final anarata China dan Demark akan berlangsung ketat.Ditambah lagi status mereka sebagai tim unggulan teratas (China unggulan pertama, Denmark unggulan kedua) semakin memperketat persaingan dua tim beda benua ini.Keduanya pun sama-sama menjadi yang terbaik di benuanya: China di Asia, Denmark di Eropa.Menariknya, partai ini merupakan partai ulangan di tahun 1999 yang berakhir dengn kemenangan 3-1 untuk China.
China yang melaju ke final setelah mengehmpaskan India 3-1 di perempat final dan Korea juga 3-1 di semifinal tidak mendapat perlawanan berarti dari Denmark yang juga mengantongi kemenangan 3-1 di babak perempat final dan semifinal, masing-masing melawan China Taipe dan Indonesia.Urutan pertandingan di final kemarin sama halnya dengan urutan di semifinal, yakni: Ganda Campuran (Mix Double-XD), Tunggal Putra (Man Single-MS), Ganda Putra (Men’s Double-MD), Tunggal Putri (Woman Single-WS), dan Ganda Putri (Women’s Double-WD).
Di partai pertama, China menurunkan Xu Chen/Ma Jin untuk berhadapan dengan Joachim Fischer/Cristina Pedersen.Tertekan sejak awal psangan Denmark yang di semifinal mengalahkan pasangan Indonesia Frans/Pia kahirnya harus menyerah dua set langsung 21-14, 21-14 dari pasangan China peringkatdunia tersebut.Kedudukan pun menjadi 1-0 untuk China.
Selanjutnya, di partai kedua, Lin Dan (China) ditantang Peter Gade (Denmark).Kedua pemain papan atas dunia ini saling menunjukkan permainan terbaiknya.Maka, meski Gade dipaksa mengakui keunggulan Lin Dan 21-16, 21-11 di akhir pertandingan, namun keduanya telah menyajikan permainan cantik kelas dunia yang amat dinantikan pecinta bulu tangkis di seluruh dunia.Kedudukan pun menjadi 2-0 bagi China.
Menginjak partai ketiga, partai penentuan sekaligus menentukan, Jonas Ramussen/Carsten Mogensen siap bertarung melawan ganda andalan tuan rumah Cai Yun/Fu Haifeng guna menunda selebrasi kemenangan mereka.Partai ini menjadi menarik selain terjadi pergantian pasangan di kubu Denmark (setelah pasangan Carsten Mogensen/Mathias Boe gagal menyumbangkan satu kemanangan pun di babak-babak sebelumnya), juga keduanya mengalami kekalahan di semifinal hari sebelumnya.Pasangan China dikalahkan ganda Korea Jung Jae Sung/Lee Yong Dae dalam tiga set, sementara pasangan Denmark dipecundangi ganda Indonesia Alvent Yulianto/M. Ahsan dua set langsung.Kekalahan tersebut tentnya jdi motivasi tersendiri bagi kedua pasangan untuk meraih kemenangan di partai ini.Selain itu, partai ini akan menentukan apakah Denmark bisa memperpanjang nasib atau justru China memastikan kemenangannya.Dan ternyata China lah yang berhasil memenangi duel tersebut dalam dua set 21-17, 21-13.Maka, sempurnalah kemangangan China menjadi 3-0.
Kemenangan 3-0 membuat dua partai sisa yakni antara Wang Xin dan Tine Baun di tunggal putri serta pasangan Yu Yang melawan Kamila Ryther Juhl/Cristina Pedersen di ganda putri tidak perlu dipertandingkan.Kemenangan ini menjadi yang keempat kalinya secara beruntun bagi China sejak 2005, dan yang ke-8 dari total 12 kali penyelenggaraan kejuaraan sudirman Cup ini sejak tahun 1989.Sementara Denmark, belum sekali pun merengkuh gelar juara.Tentu hal ini menjadi sebuah prestasi yang membanggakan bagi tim China.Bagaimana mereka mapu mencatatkan diri sebagai yang terbaik dalam kurun waktu delapan tahun terakhir.Bahkan China pun mencatat rekor sempurna denganbelum pernah terkalahkan hingga final, berbeda dengan Denmark yang sempat dikalakan Korea di babak kualifikasi grup D.
Kemenangan ini sekaligus semakin mengukuhkan dominasi China di perbulutangkisan dunia sekaligus penegasan bahwa sampai saat ini timChina masih merupakan yang terbaik dari yang terbaik.Ada beberapa Negara yang dijuluki sebagai raksasa sekaligus yang mendominasi bulu tangkis dunia, yaitu China, Denmark, Korea, dan termasuk Indonesia.Namun di antara kelima raksasa itu, mesti diakui bahwa China lah yang paling superior. Terbukti dari 12 kali penyelenggaraannya, China mendominasi dengan 8 gelar, disusul Korea dengan 3 gelar, dan 1 gelar lagi menjadi milik Indonesia. Hal ini semestinya harus dapat mengacu Negara-negara tersebut untuk terus mampu minimal menyamai China agar mampu bersaing.Pasalnya, akan jadi mebosankan bila China terus menerus menjuarai semua kejuaraan tanpa menemui lawan yang setimpal.
Tahun depan, akan digelar ajang kejuaraan beregu Thomas-Uber Cup.China masih menjadi juara bertahan Thomas Cup selama empat kai berturut-turut dan akan mengincar gelar kelimanya.Sementara Korea berhasil menembus determinasi China dengan merebut Uber Cup di perhelatan tahun 2010 lalu.Jika tidak hati-hati, peluang China untuk kembli menyandingkan kedua gelar tersebut (Thomas-Uber) tahun depan akan sangat terbuka lebar menilik pada materi pemain yang dimiliki China saat ini.Maka, alangkah baiknya bila semua Negara melalukan persiapan dari sekarang.Indonesia pun akan sangat berpeluang berkaca pada hasil yang ditorehkan di Piala Sudirman kemarin.Di sektor putra, kekuatan masih bertumpu di Ganda dengan Kido/Hendra sebagai pasangan utama (bila masih mungkin dan bisa diturunkan) dan Alvent/Ahsan sebagai pelapis (bila masih dan seharusnya memang dipertahankan setidaknya sampai Olimpiade London 2012).
Selasa lalu, ketika sedang membuka salah satu lama jejaring sosial ada comment dari seorang teman yang mengajak penulis nonton gratis! Yaa..mumpung lagi libur dan ingin refreshing sejenak dari hiruk pikuk tugas yang mengepung, penulis iyakan saja ajakan tersebut. saat penulis mengkonfirmasi kapan dimana dan film apa, ia hanya memberikan opsi tempat sisanya ia serahkan pada penulis. yasudah, penulis yang belum lama menyaksikan preview film ini di sebuah tayangan televisi pun kontan mengajukan film ini. Dan, berhubung film ini premiere hari rabu, maka disepakati kami menonton hari rabu di sore hari. Naah, keesokan harinya penulis pun bertemu dengan sang teman dan seorang teman lainnya. Akhirnya bertiga, kami pun menyaksikan film berdurasi sekitar 90 menit ini. Dan beginilah sedikit resensi dan kesan pesan yang penulis rasakan dan ingin ungkapkan setelah menonton film tersebut. enjoy! :))
KENTUT
Film terbarunya Aria Kusumadewa, sutradara peraih Citra, setelah film terakhirnya yang juga meraih Citra “Identitas” baru saja premiere rabu (01/06) lalu (waaahhh…udah bulan Juni lagi, perasaan baru kemarin bulan Januarià time is grow older everybody, and so do us become older and older).Film yang diberi judul “kentut” ini dibintangi oleh bintang senior Deddy Mizwar, Keke Suryo, Ira Wibowo, Cok Simbara, Anwar Fuadi serta penampilan special dari salah seorang Diva Dangdut tanah aiar, Iis Dahlia, dan beintang-bintang lainnya.Sesuai judulnya, film ini menjadikan kentut—hal yang sebenarnya sederhana dan kadang dianggap sepele—sebagai inti cerita.
Dikisahkan tersisa dua pasang calon Bupati di kabupaten Kuncup Mekar yang akan bersaing di pemilihan putaran kedua yang akan dilangsungkan dalam waktu dekat.Mereka adalah pasangan Patiwa (keke Suryo)-Ki Orka sebagai calon independendi nomor urut pertama, dan pasangan no urut dua ialah Jasmera (Deddy Mizwar) yang berpasangan dengan salah serang penyanyi dangdut terkenal,Delarosa(Iis Dahlia) dari partai Asam Lambung.Keduanya sedang gencar melancarkan kampanye meraih simpati warga masyarakat setempat.Dan keduanya memiliki visi misi serta cara kampanye yang berbeda.Jika Patiwa memilih berkampanye dengan mengadakan semacam penyuluhan pertanian dan pembagian penganan bergizi seperti susu, Jasmera lebih cenderung berkampanye dengan berkeliling kota dengan arak-arakan dan orasi terbuka dengan slogan “anti-kemunafikan”.
Suatu hari, sepulang dari mengisiacara debat kandidat calon Bupati di salah satu stasiun televisi lokal, Patiwa yang hendak menuju ke mobil tiba-tiba saja tersungkur jatuh dengan bahu kanan bersimbah darah.Tidak jelas, apakah ia ditembak atau tertembak.Irma, semacam pemimpin juru kampanye Patiwa, segera mebawanya ke rumah sakit dan meminta (bahkan cenderung mengintimidasi) pihak pimpinan rumah sakit (Cok Simbara) untuk melakukan apa pun ntuk menyalamatkan Patiwa mengingat masa pemilihan sudah semakin dekat.Irma bahkan jauh lebih khawatir daripada suami Fatiwa sendiri (Hengky Tornando).Namun, kekhawatirannya yang sesungguhnya bukan pada keselamatan beliau semata, melainkan pada kelangsungan kesuksesan kubu mereka di pemilihan nanti.
Operasi berlangsung sukses sebenarnya, namun kejelasan kesehatan Patiwa harus ditentukan oleh kentut.Bila ia kentut maka ia telah dinyatakan sehat, namun selama ia belum kentut maka ia belum bisa dinyatakan selamat.Bagaimana pun Patiwa harus segera sembuh jika tidak maka posisinya terancam digantikan Bupati Anwar (Anwar Fuadi), Bupati yang sedang menjabat yang juga mencalonkan diri namun hanya berhasil menempati urutan ketiga di putaran pertama sehingga gagal melaju ke putran dua.Dan, kenyataan bahwa Patiwa belum juga bisa kentut membuat Irma, Ki Ageng, beserta tim sukses lainnya kalang kabut mengingat waktu pemilihan semakin dekat.Irma bahkan terus menerus menekan Dokter Agus untuk lebih berusaha “menyembuhkan” Fatiwa.
Di lain pihak, kubu Jasmera—sebagaimana dikhawatirkan Irma—tentu saja memnafaatkan situasi ini.Ia bahkan sempat mengundang seorang paranormal untuk sedikit ‘menganggu’ Patiwa.Ia meminta pada seorang paranormal muda (yang ternyata murid dari para normal yang ia maksud—yang berhalangan karena harus ‘mengobati’ pejabat tingkat Nasional) untuk sekedar menunda keluarnya kentut Patiwa, yang tiba-tiba saja menjadi amat berharga, hingga hari pemilihan tiba.Ia bahkan masih menyempatkan diri untuk sekedar memberikan seikat bunga pada Patiwa yang disampaikannya melalui Irma (hanya sekedar mampir di halaman rumah sakit dan bahkan tidak turun sama sekali).
Sementara itu, semenjak Patiwa dirawat, kondisi rumah sakit sudah lagi tidak sekondusif dahulu.Rumah Sakit yang semestinya penuh ketenangan berubah menjadi tak ubahnya pasar kaget di malam hari, dan tempat istigosah di siang hari.Belum lagi para wartawan yang setia mengikuti perkembangan kondisi Patiwa setiap harinya.Bahkan, saking banyaknya orang yang hilir mudik disana, WC rumah sakit pun menjadi tak berfungsi.Hal ini dimanfaatkan kubu Jasmera dengan mengirimkan bantuan toilet keliling bergambar wajah dirinya dan calon wakilnya, Delarosa.
Hari pemilihan semakin dekat, sementara Patiwa belum kunjung kentut.Merasa putus asa, akhirnya dalam sebuah rapat darurat, tim Patiwa memutuskan akan memboyong beliau ke Jakarta untuk berobat ke orang pintar.Dr. Agus terang saja menentang mengingat kondisinya belum stabil sehingga amat rentan bagi kesehatannya ke depan, sekaligus menertawakan Irma, gadis cerdas yang ternyata masihpercaya pada hal semacam itu.
Akhirnya, di tengah-tengah keputusaasaan semua pihak pendukung Patiwa termasuk tim dokter (terutama Dr. Agus yang menanggungjawabi langsung Patiwa), ia pun meneukan cara jitu untuk mengobati Patiwa, yakni dengan menggosokan semacam minyak angin (obat gosok) yang biasa dipakai salah satu karyawan rumah sakit yang terkenal dengan prinsip “kesehatan lebih penting daripada kesopanan” mengacu pada kebisaannya kentut dimana dan kapan saja.Dan, tidak lama berselang di kamar fatiwa terdengar bunyi nyaring “brut..BRUUT..BRUUUUUT” yang diiringi teriakan lega Dr. Agus “Patiwa KENTUT, FPATIWA KENTUUUT!”.Layar pun menjadi gelap dan deretan cast pun muncul di layar.Begitulah akhir kisah film “Kentut” yang diproduseri oleh Deddy Mizwar.
Jujur, sebelum menonton penuh film ini dan menyaksikan priviewnya di salah satu program berita malam di televisi, penulis menaruh ekspektasi besar pada film ini menilik pada jajaran cast serta orang-orang di balik layarnya.Aria Kusumadewa di bangku sutradara, Deddy Mizwar Ira Wibowo, Cok Simbara, dan beberapa nama lainnya di jajaran pemain menjadi nilai plus tersendiri dari film ini. Memang sih selama ini dari info yang penulis dapat, bang Arya ini dikenal dengan film-film nya yang tidak biasa yang dianggap kurang komersil dan hanya bisa dinikmati kalangan tertentu.Tapi disitu ada nama Deddy Mizwar yang dikenal sebagai penghasil film-film komedi satire seperti Nagabonar Jadi 2 dan Alangkah Lucunya Negeri Ini. Penulis selalu terkesan dengan karya-karya bang Deddy semenjak Nagabonar Jadi 2.Selain sarat pesan moral, filmnya pun biasanya berhasil mebuat penontonnya tertawa dan menangis di saat yang bersamaan.Maka dari itu penulis berfkiran, meski sutradarnya seorang Aria Kusumadewa yang terkenal dengan karya-karyanya yang tidak mudah dicerna oleh kebanyakan penonton awam seperti penulis (tapi tentu sangat baik dimata kritikus dan orang-orang yang mengerti film), namun kehadiran seorang Deddy bisa membuat film ini lebih bersahabat.
Sayangnya, ekspektasi itu tidak sepenuhnya terpenuhi.Entah kenapa, berbeda dengan film-film bang Deddy sebelumnya, kali ini penulis merasa agak kecewa.Seperti ada elemen yang hilang, yang membuat film ini menjadi kurang afdol.Memang dari segi cerita sudah sangat menarik, bahkan tak jarang kita disuguhi dialog-dialog yang memecahkan tawa.Akan tetapi, filmyang iringan musik ini berjalan cukup membosankan bagi penuis pada akhirnya.Minimnya musik mungkin saja menjadi salah satu penyebabnya.Film ini cenderung dipenuhi oleh dialog-dialog panjang yang bahkan tanpa jeda dan iringan musik.Teman penulis yang menonton bersama-sama dengan penulis dan seorang teman lainnya bahkan sampai terlelap di tengah-tengah pertunjukkan (tapi mungkin faktor kecapekan juga ya secara doi baru pulang kerja langsung caw ke bioskop! Heuu).Bagi penuli, film ini jadi semacam “silent movie”, krik..krikk..krik..kriik..begitulah.Penulis kurang bahkan tidak paham dengan maksud orang-orang dibalik layar dengan menjadikan film ini minim iringan musik.Selain di awal dan akhir, paling di scene perayaan ulang tahun istri Jasmera yang full music, selebihnya krik.krik..kriik..kriik lagi.Yang jelas, bagi penulis pribadi sebagai penonton awam, hal tersebut cukup menganggu.
Selain itu, beberapa hal yang mengganjal bagi penulis yakni pemilihan figuran.Memang, pemain figuran tidak begitu berpengaruh toh hanya hilir mudik kesan keari selama beberapa detik dan hampir tanpa dialog.Meski demikian, bagi penulis pribadi, pemain figuran itu terkadang berpengaruh juga.Lihat film-film kolosal yang membutuhkan banyak figuran, bagaimana jadinya kalau para pemain figuran itu pada kaku semua (ya, terlepas dari efek yang digunakan).Naah, di film Kentut kemarin, banyak figuran yang turut terlibat terutama ketika adegan di rumah sakit.Ada pasien yang hilir mudik lah, suster-suster seksi yang juga hilir mudik sambil membawa laporan lah (naah..penulis gak ngerti kenapa tuh suster mesti dibikin seseksi itu bajunya, emang udah all size kostumnya sementara pemeran figurannya pada tinggi-tinggi gitu ya!? Gak ngerti dah), juga rombongan perwakilan umat beragama yang melakukan doa bersama demi kesembuhan Patiwa di halaman rumah sakit.Niih, buat yang satu ini penulis benar-benar merasa terganggu (iya maksudnya Film-nya sekelas mas Arya gituh yang kalau dalam ekspektasi penulis tuh everything must be (almost) perfect—dari akting sampai detail lainnya—kecuali nih, kecuali kalau emang diset nya begitu yaaa…yayaya) deh sama pemilihan figuran yang terkesan amat comot.Gimana ya, gada masalah dengan akting para pemeran utama (kecuali adegan mbak Keke—sebagai Fatiwa—pas menertawakan visinya Jasmerah di debat kandidat dan bng Cok Simbara pas nerima telepon dari istrinya, yang terkesan maksa dan kurang natural bagi penulis mah—tanpa bermaksud sotoy yah, itu mah Cuma apa yang difikirkan dan dirasakan penulis sebagai penikmat film yang awam).Tapi yaa, akting para pemain utama yang baik itu menjadi terganggu dengan kehadiran para figuran yang yaa ampuuuuuuuuuuuun keliatan banget lagi pura-puranya a.k.a gak naturaaaaal—sekali lagi bagi penulis!
Walaupun demikian, kekuatan utama film ini justru terletak pada pesan moralnya.Hal utama yang diangkat di film ini ialah betapa politik telah menjadi “momok” tersendiri dalam kehidupan ini bila tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya.Jika kekuasaan dan jabatan telah menjadi orientasi maka apa pun akan dilakukan (bagaimana mereka berlomba memikat hati public).Berapa pun dana yang dibutuhkan akan dikeluarkan (jasmerah dengan menggelar kampanye arak-arakan, Patiwa dengan membagikan susu, makanan, dan pulsa gratis).Bagaimana rumah sakit pun menjadi tak ubahnya arena jumpa pers ketika banyaknya wartawan yang setia memantau perkemabangan kesehatan Fatiwa dan banyaknya unsure masyarakat yang juga ingin sekedar mengetahi keadaannya.Kesehatan pun menjadi tidak lebih penting dari kesuksesan pemilu (nekat memboyong Patiwa yang bahkan belum sadar ke Jakarta agar bisa secepatnya sembuh demi bisa ikut pemilu). Juga digambarkan bagaiman sosok Irma, wanita dewasa yang cerdas dengan karir cemerlang namun masih lajang dan ternyata masih percaya pada hal-hal yang bersifat klenik.Ada Dr. Agus yang ternyata dibalik wibawanya sebagai seorang pimpinan rumah sakit termasuk suami takut istri.Patiwa yang meski calon Bupati masih manut sebagi seorang istri.Juga Ki Orka, calon wakil bupati yang bahkan hanya bisa manggut-manggut saja pada Patiwa dan Irma.Jasmera yang nyeleneh dengan visi pelegalan perjudian dan prostitusinya.Lalu sosok, penyanyi dangdut yang sengaja direkrut untuk menarik masa dari basis pendukungnya.Bahkan, kentut yang dianggap sepele pun menjadi begitu berarti ketika dilatarbelakangi alasan politis.
Hemm..berbicara masalah politik, hidup ini tidak bisa dipisahkan dengan politik.Segalanya terikat dengan politik.Naah, tinggal bagaimana poitik itu dijalankan.Masalahnya ialah politik ini, dewasa ini, sering kali disalahgunakan sehingga politik sekarang ini lebih cenderung berkesan negatif.Politik hari ini identik dengan harta, tahta, dan kekuasaan.Politik pun selalu berbasis kepentingan pihak-pihak tertentu.Naah, tentu saja perubahan paradigma politik itu sendiri tidak terlepas dari andil manusia sebagai subyek pelakunya.Sifat dasar manusia yang cenderung tidak pernah puas akan apa yang telah didapatnya mendorong munculnya praktek politik negatif itu.Terlebih di era yang serba canggih dan mahal yang mengarahkan pada hedonisme dan kapitalisme telah behasil membuat manusia diperbudak oleh uang yang akhirnya semakin menguatkan keberadaan politik negatif semacam itu.Dan ketika kepentingan yang sudah berperan, maka apa pun (segala cara)akan ditempuh guna mencapai maksud yang diinginkan (harta, tahta, jabatan).Maka tak heran ketika semua hal telah dipolitisasi, perlahan tapi pasti idealisme akan tergantikan oleh pragmatism.Dan, jika idealisme telah berhasil digadaikan maka tidak ada lagi keadilan karena kebenenaran akan bisa dipelintir oleh mereka yang memiliki modal dan jabatan.Contoh teranyarnya lihat saja kisruh di PSSI yang notabene induk salah satu cabang olah raga yang menomorsatukan sportivitas.Hemm..Membahas politik tidak akan cukup dalam satu paragraph.Masih banyak hal yang mesti dibahas secara terpisah (tentu saja) dari postingan ini.Jadi, mudah-mudahan penulis bisa menyelesaikan postingan tentang politik dari kaca mata penulis dengan referensi dari berbagi sumber terpercaya tentu saja (mau cari tau dulu biar lebih ilmiah, valid dan reliable! Heuheu).
To conclude, to be honest, sorry to say I have to agree with my friends (who are watching this movie along with me), this movie is (not really) interesting (not the story but the plot is seem too slow for me, personally), even (quite) boring.Yet, however, in some parts, I still can enjoy this movie, and I really appreciate the main idea and moral value of this movie. :))
Alhamdulillah...akhirnya setelah dua kali berturut-turut ketinggalan nonton FTV Sinema Wajah Indonesia, akhirnya sabtu lalu (28/05), penulis berhasil menyaksikan kembali tayangan yang sudah lama penulis nantikan kehadirannya setelah terakhir kali tayang berbulan-bulan lalu. Penulis amat merasa senang saat pertama kali menyaksikan iklan tayangan program ini. Penulis pun amat berterima kasih kepada SCTV yang telah berbaik hati melanjutkan program yang bagus ini. cerita dan pemainnya lah yang membuat penulis senantiasa menantikan kehadirannya. Sayang, di dua judul awal Mahasmara (Ardinia Wirasti, Ringgo Agus) dan Tak Cukup Sedih (Happy Salma--di sinema 20 wajah Indonesia penulis juga kelewatan sinema yang dibintangi Happy) karena satu dan lain hal penulis berhalangan untuk menyaksikan sehingga tidak bisa membuat resensinya (penulis lebih nyaman meresensikan apa yang sudah penulis lihat daripada sekedar megetahui dengan membaca resensi orang lain..hehe). Bahkan yang ketiga ini pun, hampir-hampiran terlewat kalau saja penulis kebablasan tertidur (maklum kondisi saat itu sedang tidak fit) . beruntung penulis bangun sekitar pukul 23.00 lewat dan sudah ketinggalan beberapa menit, yaah memakai pepatah umum "lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali". Oh, ya, mohon maaf kalau terasa aneh..maklum udah cukup lama gak bikin resensi..hehe, so, enjoy..! :))
*****
Pemain: Ringgo Agus Rahman, Jajang C. Noer
Synopsis:
Tersebutlah seorang pemuda miskin yang hidup berdua saja di gubug sederhana bersama sang ibu yang berprofesi sebagai tukang layangan.Muslim bin Mu’min (Ringgo Agus) namanya.Ia hidup di sebuah dusun di daerah Boyolali.Di dusun yang sama, tinggal juga Pak Mansyur, seorang anggota DPRD sekaligus salat seorang tokoh berpengaruh dan terpandang di dusun tempat ia dan Muslim tinggal.
Suatu hari di hari Jum’at, Muslim yang biasa nya bertelanjang kaki kemana-mana hari itu berangkat ke masjid dusun untuk mengikuti shalat jum’at dengan menggunakan sandal baru.Karena khawatir aka nada yang mengambil ia menyembunyikan sandalnya di tempat yang tersembunyi.Konflik pun dimulai ketika beres shalat jum’at Muslim mendapati sendalnya telah lenyap dari tempat persembunyiannya.Setelah mencri kesana-kemari ia pun menyerah sampai akhirnya di tengah keputusasaan ia mendapati sepasang sandal butut yang masih tersisa.Setelah melihat sekeliling dan merasa yakin bahwa sudah tidak ada orang lagi di masjid tsb ia pun berfikir bahwa sandal butut itu milik sang pencuri sandal, da ia pun berinisiatif memakainya pulang.
Di saat ia hendak memakai sandal butut tersebut, pak Mansur yang ternyata sedari tadi berada di balik mimbar membetulkan speaker mesjid spontan meneriaki Muslim sebagai maling setelah menangkap basah Muslim mengambil sandalnya.Kontan saja jamaah yang baru saja bubar dan masih belum beranjak jauh dari masjid pun segera mengerubuti Muslim yang seketika menjadi tersangka.Beruntung sekaligus menjadi suatu kerugin bagi Muslim, diantara jemaah yang masih bersisa ada seorang polisi yang juga merupakan warga dusun yang sama serta sama-sama menjadi korban pencurian sepatu di masjid yang sama segera mengamankan Muslim dari ancaman amukan warga sekaligus memboyongnya ke kantor polisi setempat untuk dimintai keterangan.
Di kantor polisi, Muslim yang sedari tadi tidak mendapat kesempatan membela diri segera menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya.Ia menjelaskan bahwa ia tidak bermaksud mencuri sandal butut milik Pak Mansur, justru ia menjadi korban pencurian sandal.Sang polisi tidak percaya begitu saja pasalnya kejadian pencurian sandal di masjid tersebut bukanlah yang pertama sehingga kontan saja Muslim yang dituduh sebagai sang pencuri yang selama ini meresahkan jamaah masjid tersebut.Pak Mansur pun sebenarnya tida bermaksud memerkaran bahkan memenjarakan Muslim, ia hanya ingin menegakkan hukum dan membiarkan hukum yang mengurusi masalah tersebut.Sejak hari itu Muslim terpaksa mendekam di penjara sampai perkaranya diputuskn di pengadilan.
Sementara itu di gubugnya, sang ibu menanti anaknya yang tak kunjung pulang.Menjelang sore, bukan Muslim yang didapatinya pulang, melainkan Pak Lurah berikut beberapa orang lainnya yang membawa kabar bahwa Muslim ditahan dengan tuduhan pencurian sepasang sandal butut.Mbok Ijah (Jajang C. Noer), sang ibu yang tak percaya anaknya mencuri seketika tidak sadarkan diri saking kaget dan sedihnya.Setelah sadar, ia pun segera menjelaskan pada semua orang bahwa anaknya, Muslim, tidak mungkin melakukan hal seperti itu.ia bahkan dengan yakinnya mempersilakan Pak Polisi yang hendak memeriksa kalau-kalau Muslim menyembunyikan sandal hasil curiannya tersebut di salah satu sudut rumahnya.Dan ternyata setelah berkeliling hasilnya nihil! Tidak ditemukan sepasang sandalpun di rumah sederhana itu.Polisi berikut rombongan Pak Lurah pun segera meninggalkan rumah Muslim setelah tak menemukan satu bukti pun.Mbok Ijah, sang ibu, hanya bisa menangis meratapi nasib Muslim anaknya yang mesti dipenjara karena hal yang belum tentu dilakukannya.
Keesokan harinya, Mbok Ijah mendatangi Muslim di penjara.Ia mengantarkan beberapa helai baju dan makanan yang terbungkus kain untuk anaknya.Mbok Ijah pun sempat mendatangi rumah PakMansur dan memohon beliau untuk membebaskan Muslim.Namun, Pak Mansur tetap bergeming pada keputusannya untuk menyerahkan semuanya pada hukum.Ia yang merasa prihatin lantas mengirim anaknya, Umam, untuk mengantarkan sejumlah uang pada Mbok Ijah.Mbok Ijah yang merasa tidak berhak menerima uang itu dan tidak ingin dikasihani sekalipun mereka miskin dengan halus menolak uang pemberian Pak Mansur tersebut.Namun, pak Mansurpun tidak menyerah beitu saja.Keesokan harinya ia kembali mengirim anaknya dengan misi yang sama, namun kali ini dengan cara yang berbeda.Umam datang dengan dalih memborong semua layangan mbok Ijah untuk dipakai bermain oleh ayahnya dan teman-teman pejabat lainnya.Kali ini, mbok Ijah pun mau menerima uang itu.
Layangan yang diborong itu pun akhirnya dijual kembali oleh Umam atas permintaan sang ayah sebagai bukti apakh ia mampu mencari uang atau tidak.Sayangnya, berhari-hari mangkal di depan sekolah dasar tak satu pun layangannya terjual sampai akhirnya ia menjual gratis seluruh layangannya, dan laku!Pada ayahya ia berdalih dengan melakukanhal itu setidaknya ia telah melakukandua kebaikan yakni beramal dan menyenangkan orang lain.
Seminggu pun berlalu, Muslim yang kekeuh bahwa ia bukan pencurisandal yang selama ini meesahkan jamaah masjid pun, diboyong kembali untuk melaksanakan shalat jum’at disana sekaligus untuk membuktikan benarkah bukan ia pelakunya dan meminta keteranga tukang sandal yang mnurut Muslim tahu bahwa ia baru saja membeli sandal baru.Selama di masjid tangannya tak lepas dari borgol yang mengikatnya dengan sang polisi yang otomatis membatasi geraknya.Selepas shalat kejadian kehilangan sandal kembali terjadi dan kali ini menimpa tukang sandal yang biasa mangkal di depan masjid.Dagangannya raib dan ia pun kalang kabut sampai-sampai ia menolak memberikan keterangan.Muslim yang masih terborgol pun hanya menggeengkan kepala sebagai isyarat bukan ia pelakunya tatkala sang polisi melirik ke arahnya.Ia beralibi bagaimana mungkin ia beraksi saat tangannya dalam kondisi diborgol begitu.Sejak saat itu, jamaah dan wara setempat pun manjadi percaya bahwa bukan Muslim lah pelaku pencurian yang selama ini dicari.
Pak lurah pun mendatangi kediaman pak Mansur untuk meminta beliau membebaskan Muslim sebgaimana yang pernah dilakukan Mbok Ijah.Akan tetapi, Pak Mansur tetap pada keputusannya untuk menyerahkan segalanya pada hukum.Ia sama sekali tidak mempunyai dendam pada Muslim, hanya saja penegakkan hukumlah yang ingin ia junjung.Warga yang tidak terima, dengan dikomandoi oleh Pak Lurah, malakukan semacam demo di halamn rumah Pak Mansur yang luas.Disana, mereka masing-masing meningkalkan sepasang sandal butut sebagai bukti kpeedulian atas Muslim yang diperkarakan hanya karena sepasang sandal butut.Maka, ketika mereka akhirnya bubar, tersisa lah tumpukan berpasang-pasang sandal butut di halamn rumahnya.Pak Mansur pun menjadi sedih dan mersa tersudutkan dengan sikap warga yang seolah menempatkannya sebagai orang kejam yang tega memperkarakan orang susah seperti Muslim.
Semnetara itu, selama di penjara, Muslim yang satu sel dengan seorang koruptor kelas teri yang malakukan korupsi uang tani sebesar 10 juta rupiah merenungi nasibnya.Ia berfikir mungkin musibah yang menimpanya sekarang ini terjadi karena ia lalai atau pernah melakukan suatu kesalahan di masa lalu karenanya ia berniat untuk melakukan tobat nasuha.Ia pun turut serta mengajak teman satu selnya yang juga amat mneyesali perbuatannya untuk tobat nasuha.Ia pun lalu berencana untuk bertanya lebih jauh seputar tobat nasuha pada Pak Mansur yang pernah menyampaikan ceramah tentang hal itu selepas bebas dari penjara.
Waktu sidang pun tiba, dan akhirnya Muslim dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman selama dua minggu dipotong masa tahanan.Sang ibu sempat menemuinya lagi di penjara untuk membawakan sejumlah barang serta makanan berikut menghadiahi sepasang sanda baru seperti sandalnya yang hilang dari uang yang ia dapat sebagai hasil penjualan layangan.
Hari-hari pun berlalu, masa tahanan pun usai, maka bebaslah Muslim.Di hari kebebasan Muslim di tempat lain terungkaplah siapa pelaku pencurian yang sebenarnya.Ia tak lain adalah Umam, anak Pak Mansur sendiri, yang diketahui mengidap penyakit clepto mania.maka tak ayal rumah Pak Mansur pun serta merta dikerubuti warga.Dari hasil penggeledahan, di dalam lemari baju Ma’mun ditemukan berpuluh pasang sandal yang selama ini dicurinya termasuk sepasang sepatu dinas sang Polisi yang masih mulus.Pak Mansur yang sedari awal mengembar-gemborkan penegakkan hukum mencoba konsisten dengan merelakan anaknya diboyong ke kantor polisi meski nalurinya sebagai ayah merasa tersakiti.Dan pada akhirnya Pak Mansur pun hanya bisa meratapi sekaigus merenungi nasib anaknya.
Muslim yang bermaksud melaksanakan niatannya untuk bertanya perihal tobat nasuha pada Pak Mansur turut menyaksikan apa yang menimpa Pak Mansur ikut prihatin atas kejadian yang menimpa Ma’mun.Di saat kerumunan warga sudah bubar, ia menghampiri beliau yang termenung di tangga teras rumahnya.Ia memberanikan diri untuk bertanya apa itu sebenarnya yang dimaksud dengan Tobat Nasuha, yang akhirnya dijawab dengan jangan mencuri samda yang bukan milik kita.Muslim pun lantas berfiir bahwa ia bertanya di saat yang tidak tepat.
--mohon maaf video thriller belum bias dipost-kan, mudah2an secepatnya bias dipost-kan--