Duhh…ini postingan sebenerya
basi banget yaa, tapi sayang juga uy kalo ga ke-post secara bikinnya udah meres
terutama waktu..hehe, jadi walaupun basi nikmatin aja yaa wahai visitor yang
sengaja tidak sengaja mengunjungi laman penulis ini..enjoy! J
***
SEA Games telah ditutup
secara resmi pada selasa (22/11) lalu, dan Indonesia akhirnya sukses menjadi
JUARA UMUM, setelah terakhir kali mengenymnya di SEA GAMES Jakarta empat belas
tahun lalu. Titel juara umum ini sendiri
meski tidak terlalu aneh jika menilik posisi Indonesia sebagai tuan rumah,
namun bisa dibilang cukup mengejutkan juga.
Kenapa? Pasalnya meski diuntungkan dengan posisi tuan rumah, tidak
sedikit yang menganggap bahwa target juaran umum yang diemban KONI kurang
realistis. Hal ini mengacu pada prestasi
Indonesia di beberapa penyelenggaraan SEA GAMES sebelumnya, terutama SG Laos
tahun 2009 lalu, dimana Indonesia berada di posisi ketiga dibawah Thailand da
bahkan Vietnam. Maka, tidak begitu aneh jika pada SG XXVI
ini, juara bertahan Thailand tetap dimasukan dalam bursa juara umum, disusul
Indonesia sebagai tuan rumah serta Vietnam sebagai tim kambing hitam. Apalagi pemberitaan mengenai persiapan atlet
pra SG sangatlah minim, dan justru malah tertutupi oleh kasus korupsi wisma
atletnya.
Namun, semua keraguan semakin
hari semakin berganti dengan keyakinan bahwa Indonesia Bisa, sesuai jargon SG
kali ini. 21 emas di hari pertama
penyelenggaraan SG membuat Indonesia kokoh memimpin sendirian di depan, disusul
belasan hingga dua puluhan emas lain di
hari-hari berikutnya. Selama dua belas
hari penyelenggaraannya, posisi Indonesia di puncak klasmen tidak pernah
teralip oleh negara manapun, termasuk pesaing terdekat Thailand, dengan selisih
minimal 20-an medali. Berbeda dengan
posisi kedua dan ketiga yang sempat saling menyusul dan bergantian antara
Thailand dan Vietnam. Meski dalam
klasmen akhir Thailand tetap berada di posisi kedua, namun di hari-hari
terakhir penyelenggaraan SG posisinya sempat beberapa kali terselip oleh
Vietnam yang merupakan tim underdog. Total perolehan medali semua kontingen ialah
sebagai berikut:
Sekitar 180-an medali emas
itu diraih dari berbagai cabor baik yang merupakan cabor unggulan ataupun cabor
non-unggulan. Banyak cabor yang melebihi
target seperti karate dan sepatu roda, akan tetapi tidak sedikit yang gagal memenuhi target. Karate yang di awal hanya ditargetkan meraih
lima emas, di luar dugaan justru mendulang dua kali lipatny dengan sepuluh
emas. Pun dengan sepatu roda yang baru
dimainkan di SG ini di luar dugaan Indonesia mampu menyapu bersih kedua belas
emas yang disediakan untuk cabor ini.
Sebaliknya, tim Perahu Naga yang sempat Berjaya di ajang Asian Games
tahun lalu secara mengejutkan disalip Myanmar yang akhirnya keluar sebagi juara
umum di cabor ini. Dan tentu saja yang
sangat menyakitkan sekaligus memorial di benak seluruh rakyat Indonesia yakni
kekalahan menyesakkan TIMNAS U-23 di final cabang Sepak Bola di tangan “musuh”
bebuyutan, Malaysia melalui adu pinalti.
Adapun cabor lain yang menyumbang medali emas secara signifikan dan
meraih juara umum diantaranya Atletik, Pencak Silat, Badminton, Balap Sepeda, dan
lain-lain.
Hasil ini memenuhi target
juara umum yang dicanangkan oleh KONI Pusat sebagaimana yang diungkapkan oleh
Rita Subowo, ketua umum KONI Pusat, beberapa saat sebelum pelaksaanaan SG ini
dimulai. Prestasi ini pun mengulang
kesuksesan yang terakhir kali dienyam pasukan merah putih tahun 1997 lalu, juga
saat terakhir kalinya Indonesia menjadi tuan rumah. Fakta ini mebuat anggapan bahwa faktor tuan
rumah sangat berpengaruh terhadap gelar juara umum menjadi tidak berlebihan
meskipun tidak lantas menjadi tolok ukur utama.
Kondisi olah raga nasional yang dinilai belum stabil serta kisruh di
banyak kepengurusannya menjadikan posisi Indonesia di persimpangan
sebetulnya. Namun, tadi sepertinya
semangat sebagai tuan rumah dengan dukungan yang mebuncah dari penduduk
Indonesia di seluruh pelosok nusantara memicu semangat dan daya juang para
atlet untuk mempersembahkan yang terbaik bagi negeri ini.
Hasil ini, jangan lantas
mebuat kita bangga atau lebih jauh tinggi hati.
Sebaliknya, prestasi ini semestinya memicu para atlet untuk semakin
meningkatkan prestasinya agar mampu membawa nama Indonesia di level yang lebih
tinggi seperti Asian Games dan Olimpiade.
Setidaknya, prestasi ini mampu dipertahankan di SG Myanmar tahun
depan. Ingat, mempertahankan jauh lebih
sulit daripada merebut. Di SG Myanmar
mendatang merupakan ajang pembuktian bagi kontingen Indonesia bahwa Indonesia
memang layak menyandang juara umum dan masih menjadi yang terdepan di dunia
olah raga ASEAN dengan mempertahankan gelar di SG Myanmar 2013.
Ajang Sea Games ini tidak
sedikit melahirkan atlet-atlet muda potensial yang jika dibina dengan baik akan
sangat mungkin untuk memberikan yang terbaik bagi Indonesia di ajang yang lebih
tinggi. Ada I Gde, perenang muda yang
masih berusia 17 tahun, peraih empat emas cabang Renang. Juga pasangan muda Anekke F Agustine/Nitya
Khrisninda di ganda putri badminton.
Selain itu pastinya para punggawa TIMNAS U-23 yang telah menunjukkan
performa yang menjanjikan. Jika mereka
dipoles dan dibina dengan baik, bukan tidak mungkin sejumlah prestasi
internasional akan dipersembahkan bagi negeri ini. Selain pembinaan yang berkala dan
berkesinambungan, perhatian lebih layak diberikan pada para atlet yang telah
memberikan prestasi bagi negeri ini.
Sebagai langkah awal pemerintah memberikan bonus pada setiap peraih
medali mulai dari 500 juta sampai puluhan juta.
Bonus
Sekian Triliun!
Keputusan pemerintah melalui
MENPORA untuk menghadiahi uang bonus bagi para peraih emas di satu sisi memang
layak dan adil bagi para atlet, tetapi di sisi lain mengundang kontroversi bagi
sebagian besar masyarakat Indonesia.
Pasalnya, bonus yang diberikan jumlahnya tidak sedikit jika
diakumulasikan. Bayakngkan ada sekitar
hampir empat ratusan medali yang dikalikan minimal puluhan juta. Okelah jika levelnya Olimpiade atau ASIAN
GAMES yang meski bonusnya bisa mencpai angka 1 M, namun peraih medali bisa
dihitung jari. Sedangkan di ajang SG
ini, angka 200 juta mesti dikalikan 180, belum lagi dua ratusan medali lain
dikali nominal puluhan juta, mari berhitung berapakan uang yang harus
digelontorkan pemerintah? Triliunan
pastinya. Naah, pertanyaan selanjutnya,
darimanakah jumlah uang yang sebegitu banyaknya itu? Biarlah itu menjadi rahasia pemerintah, yang
jelas semoga bonus ini tidak akan menciderai nilai idealism seorang atlet juga
tidak dikeruk dari uang rakyat…akhir kata JAYALAH TERUS MERAH PUTIH, AYO
INDONESIA (PASTI SELALU) BISA! J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar