Senin, 05 Desember 2011

The End of SEA GAMES 2011

Duhh…ini postingan sebenerya basi banget yaa, tapi sayang juga uy kalo ga ke-post secara bikinnya udah meres terutama waktu..hehe, jadi walaupun basi nikmatin aja yaa wahai visitor yang sengaja tidak sengaja mengunjungi laman penulis ini..enjoy! J
***

SEA Games telah ditutup secara resmi pada selasa (22/11) lalu, dan Indonesia akhirnya sukses menjadi JUARA UMUM, setelah terakhir kali mengenymnya di SEA GAMES Jakarta empat belas tahun lalu.  Titel juara umum ini sendiri meski tidak terlalu aneh jika menilik posisi Indonesia sebagai tuan rumah, namun bisa dibilang cukup mengejutkan juga.  Kenapa? Pasalnya meski diuntungkan dengan posisi tuan rumah, tidak sedikit yang menganggap bahwa target juaran umum yang diemban KONI kurang realistis.  Hal ini mengacu pada prestasi Indonesia di beberapa penyelenggaraan SEA GAMES sebelumnya, terutama SG Laos tahun 2009 lalu, dimana Indonesia berada di posisi ketiga dibawah Thailand da bahkan  Vietnam.  Maka, tidak begitu aneh jika pada SG XXVI ini, juara bertahan Thailand tetap dimasukan dalam bursa juara umum, disusul Indonesia sebagai tuan rumah serta Vietnam sebagai tim kambing hitam.  Apalagi pemberitaan mengenai persiapan atlet pra SG sangatlah minim, dan justru malah tertutupi oleh kasus korupsi wisma atletnya.

Namun, semua keraguan semakin hari semakin berganti dengan keyakinan bahwa Indonesia Bisa, sesuai jargon SG kali ini.  21 emas di hari pertama penyelenggaraan SG membuat Indonesia kokoh memimpin sendirian di depan, disusul belasan hingga  dua puluhan emas lain di hari-hari berikutnya.   Selama dua belas hari penyelenggaraannya, posisi Indonesia di puncak klasmen tidak pernah teralip oleh negara manapun, termasuk pesaing terdekat Thailand, dengan selisih minimal 20-an medali.  Berbeda dengan posisi kedua dan ketiga yang sempat saling menyusul dan bergantian antara Thailand dan Vietnam.  Meski dalam klasmen akhir Thailand tetap berada di posisi kedua, namun di hari-hari terakhir penyelenggaraan SG posisinya sempat beberapa kali terselip oleh Vietnam yang merupakan tim underdog.  Total perolehan medali semua kontingen ialah sebagai berikut:


NO
COUNTRY
Description: gold
Description: silver
Description: bronze
SUM
1
182
151
145
478
2
109
100
119
328
3
96
92
99
287
4
59
50
81
190
5
42
45
73
160
6
36
56
77
169
7
16
27
39
82
8
9
12
36
57
9
4
11
24
39
10
1
1
6
8
11
0
4
7
11
TOTAL
554
549
706
1809
Sekitar 180-an medali emas itu diraih dari berbagai cabor baik yang merupakan cabor unggulan ataupun cabor non-unggulan.  Banyak cabor yang melebihi target seperti karate dan sepatu roda, akan tetapi tidak sedikit  yang gagal memenuhi target.  Karate yang di awal hanya ditargetkan meraih lima emas, di luar dugaan justru mendulang dua kali lipatny dengan sepuluh emas.  Pun dengan sepatu roda yang baru dimainkan di SG ini di luar dugaan Indonesia mampu menyapu bersih kedua belas emas yang disediakan untuk cabor ini.  Sebaliknya, tim Perahu Naga yang sempat Berjaya di ajang Asian Games tahun lalu secara mengejutkan disalip Myanmar yang akhirnya keluar sebagi juara umum di cabor ini.  Dan tentu saja yang sangat menyakitkan sekaligus memorial di benak seluruh rakyat Indonesia yakni kekalahan menyesakkan TIMNAS U-23 di final cabang Sepak Bola di tangan “musuh” bebuyutan, Malaysia melalui adu pinalti.  Adapun cabor lain yang menyumbang medali emas secara signifikan dan meraih juara umum diantaranya Atletik, Pencak Silat, Badminton, Balap Sepeda, dan lain-lain. 

Hasil ini memenuhi target juara umum yang dicanangkan oleh KONI Pusat sebagaimana yang diungkapkan oleh Rita Subowo, ketua umum KONI Pusat, beberapa saat sebelum pelaksaanaan SG ini dimulai.  Prestasi ini pun mengulang kesuksesan yang terakhir kali dienyam pasukan merah putih tahun 1997 lalu, juga saat terakhir kalinya Indonesia menjadi tuan rumah.  Fakta ini mebuat anggapan bahwa faktor tuan rumah sangat berpengaruh terhadap gelar juara umum menjadi tidak berlebihan meskipun tidak lantas menjadi tolok ukur utama.  Kondisi olah raga nasional yang dinilai belum stabil serta kisruh di banyak kepengurusannya menjadikan posisi Indonesia di persimpangan sebetulnya.   Namun, tadi sepertinya semangat sebagai tuan rumah dengan dukungan yang mebuncah dari penduduk Indonesia di seluruh pelosok nusantara memicu semangat dan daya juang para atlet untuk mempersembahkan yang terbaik bagi negeri ini. 

Hasil ini, jangan lantas mebuat kita bangga atau lebih jauh tinggi hati.  Sebaliknya, prestasi ini semestinya memicu para atlet untuk semakin meningkatkan prestasinya agar mampu membawa nama Indonesia di level yang lebih tinggi seperti Asian Games dan Olimpiade.  Setidaknya, prestasi ini mampu dipertahankan di SG Myanmar tahun depan.  Ingat, mempertahankan jauh lebih sulit daripada merebut.  Di SG Myanmar mendatang merupakan ajang pembuktian bagi kontingen Indonesia bahwa Indonesia memang layak menyandang juara umum dan masih menjadi yang terdepan di dunia olah raga ASEAN dengan mempertahankan gelar di SG Myanmar 2013. 

Ajang Sea Games ini tidak sedikit melahirkan atlet-atlet muda potensial yang jika dibina dengan baik akan sangat mungkin untuk memberikan yang terbaik bagi Indonesia di ajang yang lebih tinggi.  Ada I Gde, perenang muda yang masih berusia 17 tahun, peraih empat emas cabang Renang.  Juga pasangan muda Anekke F Agustine/Nitya Khrisninda di ganda putri badminton.  Selain itu pastinya para punggawa TIMNAS U-23 yang telah menunjukkan performa yang menjanjikan.   Jika mereka dipoles dan dibina dengan baik, bukan tidak mungkin sejumlah prestasi internasional akan dipersembahkan bagi negeri ini.  Selain pembinaan yang berkala dan berkesinambungan, perhatian lebih layak diberikan pada para atlet yang telah memberikan prestasi bagi negeri ini.  Sebagai langkah awal pemerintah memberikan bonus pada setiap peraih medali mulai dari 500 juta sampai puluhan juta.

Bonus Sekian Triliun!
Keputusan pemerintah melalui MENPORA untuk menghadiahi uang bonus bagi para peraih emas di satu sisi memang layak dan adil bagi para atlet, tetapi di sisi lain mengundang kontroversi bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.  Pasalnya, bonus yang diberikan jumlahnya tidak sedikit jika diakumulasikan.  Bayakngkan ada sekitar hampir empat ratusan medali yang dikalikan minimal puluhan juta.  Okelah jika levelnya Olimpiade atau ASIAN GAMES yang meski bonusnya bisa mencpai angka 1 M, namun peraih medali bisa dihitung jari.  Sedangkan di ajang SG ini, angka 200 juta mesti dikalikan 180, belum lagi dua ratusan medali lain dikali nominal puluhan juta, mari berhitung berapakan uang yang harus digelontorkan pemerintah?  Triliunan pastinya.  Naah, pertanyaan selanjutnya, darimanakah jumlah uang yang sebegitu banyaknya itu?  Biarlah itu menjadi rahasia pemerintah, yang jelas semoga bonus ini tidak akan menciderai nilai idealism seorang atlet juga tidak dikeruk dari uang rakyat…akhir kata JAYALAH TERUS MERAH PUTIH, AYO INDONESIA (PASTI SELALU) BISA! J

Tidak ada komentar: