Sabtu, 19 Januari 2013

Pesan Bahagia Pembawa 'Kepiluan'


Siang menjelang sore tadi mendapat satu pesan singkat dari sebuah nomor asing yang isinya:

Dia     : Hai Feb, apa kabar? Ini Siti (nama samaran, red). Gimana skripsinya udah sampai mana? Ada di rumah hari apa aja
(kalau udah nanya ada di rumah kapan aja berarti mau ngasihin sesuatu yang penting secara langsung.  Nah justru kalimat ketiga atau pertanyaan keduanya yang ukup menohok tentang skripsi.  Eh tapi dalam hal ini pertanyaan ini sebenernya cuma semacam penyedap yang dijawab atau tidak pun tak masalah)

Saya   : Alhamdulillah baik. Baru mulai bimbingan..hehe. Di rumahnya tergantung, bisa hari apa aja ada. Hehe..kenapa mau ngasih undangan ya?
(saya langsung tembak aja sih ke maksud nanya jadwal keeradaan saya di rumahnya, soalnya udah lama gak ada kontak dan tiba-tiba ngajak ketemu ya apalagi kalau bukan terkait kartu undangan—info terakhir ya doi memang berenana berkeluarga di tahun ini)

Dia     : Kok tau? Hehe..Iya nih insya Allah walimahan-nya nanti tanggal 2 Februari.
(tuh kan…exactly accurate! Udah ketebak sih maksud dari sms doi kesana..dan ya congratulation!)

Setelahnya masih berlanjut sms-an tentang jadwal janjian yang dipindah ke masjid dekat almamater kami dulu.  Masjid bersejatrah sih itu.  Tempat kami janjian kalau mau kemana-mana bareng.  Eh ada satu sms lagi deh yang cukup menarik setelahnya, yaitu tentang calonnya.  Mastiin aja dsih iya sama yang waktu itu atau…kan jodoh itu who-knows-yaa ;p.

Saya   : Wh..sama yang waktu itu kan?
Dia     : Iya, sama yang waktu itu.
(Syukurlah………………)
***
Saya dan teman saya ini dulunya karib semasa masih bersergam putih abu.  Kami sama-sama tergabung dalam satu organisasi di sana.  Bahkan sebenarnya kami  sudah bersama-sama sejak masih berseragam putih-biru, sekelas malah, tiga tahun pula.  Tapi, saat itu kami tidak begitu akrab walaupun dia adalah sohib saya shalat bareng semasa duduk di kelas satu (kan kelas satu sekolah siang jadi shalat dzuhur+ashar nya di sekolah). Nah, baru deh memasuki masa putih-abu, walaupun gak sekelas, kami justru malah jadi akrab.  Saya, dia, dan tiga teman lainnya pada akhirnya mampu bertahan di organisasi yang kami ikuti hingga akhir.  Awalnya sih bejibun, Cuma biasa seleksi alam terjadi pada teman-teman kami lainnya sehingga hanya menyisakan kami berlima perempuan dan seorang lelaki.  Meski begitu, namun toh hikmahnya kami jadi akrab satu sama lain. 

Selepas kelulusan, kami mengambil jalan masing-masing.  Empat orang dari kami, termasuk saya, melanjutkan studi ke perguruan tinggi.  Sementara seorang lainnya lebih memilih bekerja.  Namun, nasib saya ternyata tidak seberuntung ketiga kawan saya yang lain karena saya terpaksa menunda studi saya selama setahun setelah tidak lolos ke jurusan manapun saat mengikuti SPMB.  Ya, akhirnya saya terpaksa turun jabatan sebagai ‘junior’ nya karib-karib saya.  Walaupun tidak kuliah saya pun tidak bekerja, hanya mengambil bimbel dan meneruskan kursus bahasa.  

Di tahun kedua setelah kelulusan kami, teman saya yang bekerja itu ternyata mendahului kami untuk naik pangkat sebagai istri.  Ia dipersunting oleh seseorang yang saya sendiri kurang paham jelas pertalian awal keduanya (lewat mana atau siapa dipertemukannya karena ia agak pelit bercerita).  Jadi, kami (yang masih berstatus lajang) tinggal berempat.  Dan, tahun lalu (lupa tepatnya kapan) seorang lagi dari kami menyusul si teman yang bekerja tadi.  Tinggalah kami bertiga.  Sampai akhirnya…pesan singkat tadi jadi semacam sinyal kalau kini, saya dan seorang teman lainnya, akan resmi menjadi minoritas di antara kami berlima.  Ya, kami akan tinggal hanya berdua yang status nya masih sama-sama aja: lajang.

Dan itu sih sebenernya yang mengiringi kebahagiaan saya untuk sang teman yang mengirimi pesan singkat itu tadi.  Bukan suatau ketakutan ataupun sesuatu yang menakutkan memang.  Hanya saja ada semaam perasaan “Yah…ditinggalin lagi deh”.  Yakan namanya sudah berkeluarga mah sedikit banyak ada perbedaan.  Makanya, setelah beres berbalas pesan dengn sang teman yang calon manten, saya segera menghubungi satu-satunya teman saya yang sejauh ini masih akan setia menemani saya dalam keminoritasan kami.  Ya, begini sih jawabannya ketika saya meminta kepastian bahwa ia tdak akan tega membiarkan saya menjadi minoritas seorang diri:

Dia     : Tenang, iya ditemenin kok (sambil nunggu)
(Hyaaaa…yang dalam kurungnya itu loh mengisyaratkan bahwa saat ini mungkin tidak, tapi akan dalam waktu-yang saya-rasa-tidak-akan-terlalu-jauh)

Ya, bisa dikatakan mungkin ini sejenis kegalauan penulis yang ‘ditinggalkan’ satu demi satu oleh teman-teman karib penulis semasa berseragam putih abu.  Tentu ada semacam kesedihan karena bagaimanapun nantinya setelah resmi, intensitas pertemuan kami akan berkurang.  Ya sedih juga mendapati nasib bahwa jreng jreng saya alamat menjadi penutup perubahan status kami.  Kan, dulu, semasa masih pada hijau kami sempat beberapa kali membahas masalah siapa-ganti status-duluan.  Bercandaan sih, tapi di setiap resepsinya kami selalu berkelakar “hayo..siapa lagi habis ini?” “terus siapa lagi?” “Habis itu?”.  Bahkan pernah sekali waktu dengan konyolnya kita saling lempar-lemparan untuk jadi yang terakhir berganti status.  Nah, ketika teman ketiga sudah pasti pergantian statusnya, kami kan berlima, so kemungkinan untuk menjadi yang terakhir itu ya peluangnya 50/50.  Itu sih yang bikin “oh…no!” alesannya? Ya itu loh kadung sama-sama ogah jadi yang terakhir! Hehe.

Hemm..sebenernya saya sih sudah gak begitu peduli mau terakhir, mau sebelum terakhir, karena pada akhirnya kembali pada jodoh-siapa-yang-tahu.  Ya siapapun nanti mau saya dulu mau teman saya dulu yang jelas kami selalu saling mendo’akan yang terbaik tentunya bagi kami semua.  Semoga teman yang akan merubah status lajang dari mayoritas menjadi minoritas ini dilanarkan prosesi pernikahannya, dan setelahnya bisa menjadi keluarga sakinah dengan mawwadah warahmah.  Dan semoga kami berdua pun bisa segera menggenapi status mereka supaya tidak ada lagi minoritas di antara kami.  :)

Rabu, 16 Januari 2013

Gending Sriwija: Aksi Kolosal di Awal 2013


“tidak selamanya adat menjawab kebutuhan” Dapunta Hyang

“masalah perampok, masa ya harus dibereskan oleh angkatan perang?” Sri Ratu

Alkisah di suatu Kedatukaan di ranah Sumatera Selatan memimpin seorang Raja bernama Dapunta Hyang (Slamet Rahardjo) yang beristrikan Sri Ratu (Jajang C. Noer) dan memiliki dua orang putra bernama Awang Kencana dan Purnama Kelana.  Kepemimpinan Dapunta Hyang tengah diuji dengan merajalelanya praktek korupsi dan pejabat yang juga korup.  Belum lagi masalah pemberontakan dan perampokan oleh komplotan pimpinan Ki Goblek (Mathis Mutchus), semakin merunyamkan suasana di kedatukan Bukit Jurai.  

Dapunta Hyang yang sudah berusia lanjut hendak menyerahkan tahta kedatukan Bukit Jurai pada lanang-nya (anak lelaki-red).  Sesuai adat, sudah semestinya tampuk kerajaan jatuh ke tangan Awang Kencana (Agus Kuncoro) sebagai anak lelaki tertua.  Adapun Purnama Kelana (Syahrul Gunawan) sebagai anak kedua seara otomatis menadampingi Awang sebagai patih.  Sayangnya semua menjadi runyam tatkala sang ayah ragu untuk memberikan restu pada sang lanang tertua, ia justru lebih merestui lanang bungsunya sebagai calon pewaris tahta.  Hal yang tentu saja ditolak keras oleh Awang dan juga Sri Ratu. 

Sebagai seorang ayah ia sangat mengenal perangai kedua lanangnya yang sangat bertolak belakang.  Jika Awang Kencana lebih berjiwa pendekar, maka Purnama Kelana lebih berjiwa cendekiawan.  Saat Awang memilih mendalami ilmu bela diri, Purnama justru memilih menuntut ilmu bahkan hingga ke negeri Cina.  Di mata sang ayah, calon penerusnya mestilah dari kalangan cendekiawan, bukan pendekar yang cenderung lebih mengutamakan otot dibanding otak. 

Belum usai polemik mengenai restu sebagai raja, Dapunta Hyang tak lama kemudian justru ditemukan terbunuh.  Purnama menjadi tersangka utama setelah kalung pemberian Dawangi, sahabat sekaligus wnita yang mencintainya, miliknya ditemukan di dekat jenazah sang ayah.  Ia pun dijebloskan ke dalam penjara.   Namun berkat bantuan dari sahabatnya dari Cina dan tabib istana, ia pun akhirnya mampu melarikan diri.  Di tengah pelariannya, ia terkena busur panah pengawal yang membuntutinya atas perintah Awang yang menyadari konspirasi pelarian sang adik.  Beruntung, ia hanya terluka oleh busur panah dan diselamatkan oleh Malini (Julia Perez), yang ternyata putri Ki Goblek.  

Sementara itu, Sang Ratu mengambil alih kepemimpnan sementara Kedatukan Rawa Jurai hingga 100 hari ke depan.  Setelahnya, akhirnya Awang lah yang memimpin kerajaan sebagai satu-satunya lanang Dapunta Hyang yang masih hidup (Purnama dianggap sudah wafat-red).  Bahkan ia pun meminang Dawangi untuk menjadi permaisurinya.  Dalam kepemimpinannya ia mengedepankan kekuatan fisik dan mulai memasok senjata api dari Cina.  Ia mulai tertarik pada senjata api setelah senjata tersebut membutakan salah satu matanya.  Ya, dalam sebuah penyerangan oleh kelompok pimpinan ki Goblek, ia dilumpuhkan oleh sebuah tmbakan yang menembus salah satu matanya.  Sejak itu pulalah dendamnya pada gerombolan ki Goblek makin membara.

Ki Goblek sendiri masih akan meneruskan usaha-usahanya untuk menjatuhkan rezim kedatukan Bukit Jurai, yang penguasanya dianggap tidak beus mengurus rakyat, serakah. Makanya saat tahu bahwa orang yang ditolong putrinya adalah salah satu putra mahkota kerajaan, ia beserta komplotannya hendak menghakimi kalau saja Purnama tidak menjelaskan bahwa ia pun berada di pihak yang besebrangan dengan Awang, kakaknya.  Disana, ia yang tak diauhkan berkarib dengan Bian, adik Malini, yang diarahkan menjadi seorang terpelajar seperti dirinya.  Kecerdasannya dalam bersiasat pun akhirnya mulai diakomodir oleh kelompok ki Goblek.  Bahkan hubungannya dengan Malini pun makin hari makin mencair.  Sayang sebuah penghianatan menghancurkan segalanya …..

Siapakah sang pengkhianat yang sebenarnya? Apa mungkin Purnama Kelna terlibat di dalamnya?  Bagaimana nasib Kedatukan Raja Jurai di bawah kekuasaan Awang Kelana? Bagaimana pula nasib Sri Ratu, Dawangi, dan Malini?  Apa sebenarnya Gending Sriwijaya? Kalau penasaran silakan segera kunjungi bioskop terdekat kesayangan para pengunjung yang budiman.  Buruan lho, keburu turun layar!  Soalnya penulis pun kelewatan menyaksikan “Demi Ucok” padahal cuma baru berlayar seminggu doang di studio-studio di kota penulis ini *curcol*.




~~~
Well, nonton film ini sebenernya penasaran dengan pemilihan cast-nya terutama Julia Perez yang biasanya main di film yang you-know-how sama Sharul Gunawan yang bahkan ini kali pertama penulis liat aksinya di layar emas.  Kalau untuk Agus Kuncoro sendiri ya sudah tidak asing sih apalagi di film-film besutannya mas Hanung (ini pula yang bikin penasaran).  Tapi, kiprahnya sebagai pemeran utama seingat penulis sih baru di sini ya, kan doi lebih banyak main sebagai pemeran pendukung.  

Adapun cast lainnya macam Slamet Rahardjo, Jajang C. Noer, Early Ashi, Teuku Rifnu Wikana, Yatty Surachman, dll sih ya udah sering penulis nikmati juga ya di banyak film lokal yang penulis tonton dalam beberapa tahun ini.  Dan ya, penulis sih gak kecewa dengan penampilan para cast.  Jupe ya mau-mau nya tampil dekil dengan gigi roges plus dipukul tendang pula sama lawan mainnya.  Sahrul Gunawan...hem, bagian perut yang membesar ya dibiarkan begitu saja secara memang karakternya digambarkan sosok terpelajar, bukan pendekar.  Agus Kuncoro, berhasil bikin penulis keki sama karakter Awang yang dimainkannya.

Ada sejumlah pesan moral yang dimunculkan film ini sepenangkapan penulis yang penikmat (bukan pengamat ya) film ini.  Semuanya diejawantahkan melalui sejumlah konflik yang muncul di sepanjang film berdurasi dua jam lebih ini (tumben ya durasi film lokal panjang beud).  Mulai dari konflik internal keluarga mengenai kecemburuan kakak-beradik hingga maraknya praktek korupsi di kalangan pejabat pemerintahan Kedatukan Raja Jurai sebagai konflik terbesar.  Belum lagi konflik asmara yang melibatkan Awang-Dawangi-Purnama-Malini.  Ada lagi konflik tentang pengkhianatan dan kesetiaan.  Dan ya semuanya mendapat porsinya masing-masing dengan latar belakang yang sama-sama jelasnya (bagi penulis).   

Menariknya lagi melihat sejumlah pertentangan dari karakter tokoh-tokohnya.  Awang yang cenderung berjiwa pendekar, sementara Purnama lebih berjiwa cendekiawan.  Jika Dapunta lebih bersifat terbuka terhadap tradisi, sebaliknya Sri Ratu masih sangat memegang teguh tradisi.  Meski demikian Sri Ratu digambarkan sebagai seorang yang teguh dalam memegang prinsip.  Bagaimana ketika ia harus menjebloksan anaknya sendiri ke penjara, kekekeuhnya mendukung Awang sebagi anak tertua untuk mengisi posisi raja sesuai adat.  Namun, di sisi lain, ia pun orang pertama yang menentang rencana pemberantasan para perampok dengan melibatkan pasukan perang yang dianggapnya terlalu berlebihan.  Pun dengn tokoh-tokoh wanita lainnya yang digambarkan memiliki keteguhan hati macam Malini, Nyi Goblek, hingga Dawangi yang masih kukuh mempercayai bahwa Purnama tidak bersalah.  

Sejujurnya penulis ini bukan penggemar genre kolosal ataupun action, tapi sekalipun begitu toh penulis yang pecinta drama sejati ini bisa menikmati film ini.  Meski agak aneh, tapi kehadiran scene animasi-nya juga cukup mencuri perhatian (kebayang sih kalau adegan ngaben, membalsem dibuat real sesusah apa).  Sebenarnya ending-nya juga cukup ketebak, tapi ya proses menuju endingnya paling tidak gak sampe bikin penulis terkantuk-kantuk (kayak ada tuh film yang rillis 1-2 bulan ke belakang) walaupun durasinya terhitung panjang.  Duet Syahrul Gunawan-Jupe yang awalnya sempet penulis ragukan juga ternyata berhasil tampil dengan chemistry yang baik.  Kalaupun ada yang agak menganggu ya itu sih kostumnya Sri Ratu yang agak aneh aja ya di beberapa sceneOverall, ini adalah film pembuka yang menyenangkan dan sama sekali tidak mengecewakan bagi penulis. Bravo Mas Hanung dan tim! Jaya terus perfilman Indonesia. :)

Selasa, 08 Januari 2013

Hello 2013: To start with a bit sweet memory in the past



Love You Kamu ~ Blink
 
 Menyesal , Kesal
Gak Bilang , Sayang
CINTA , Kamu
Padahal aku suka

Sayang
Andai tak ragu ungkap
CINTA kamu
Padahal aku suka

Ingin kembali
Ingat kisah kita
Saling pandang
Tak mampu ungkap kata
Cuma hati yang bergetar
Antara kita berdua tak tahu
Kita saling suka

Love you kamu itu dulu
Love you kamu angin semu
Love you kamu masa lalu
Love you kamu tunggu dulu

Love you kamu cuma rindu
Love you kamu tak menentu
Love you kamu jadi sendu
Love you kamu dududu...

Love you kamu itu dulu
Love you kamu angin semu
Love you kamu masa lalu
Love you kamu dudududu...

dudududu...
Love you kamu dududu...

***
Itu lirik lagu milik Girl Band Blink sekaligus soundtrack season 2 sinetron yang mereka bintangi.  Pertama denger belum begitu ngeh ya sama lagu-nya, tapi setelah denger berulang kali (maklum penonton setia sinetnya hihi) baru mulai ngeh.  Apalagi pas udah ngeh sama lirik-nya, langsung deh jatuh hati.  Kenapa? Soalnya liriknya itu ‘gue banget’! Standar sih, tapi kalau itu kenyataannya gimana dong.  Bukan lagi dialami sekarang sih, tapi dulu, di masa muda (*laah).  Bukan untuk mengungkit masa lalu, sekedar mengenang momen lucu-lucuan saja.  So, yes, ini 2013, saatnya move on dari segala apa pun yang bisa menghambat langkah kita ke depan.  Tapi ya gak semua memori di masa lalu itu harus dilupakan toh, tanpa masa lalu tidak mungkin ada hari ini.  Kenang lah yang baik-baiknya, apalagi yang positif, mesti dijadikan motivasi.  Semoga setiap harinya kita bisa terus menjadi insan yang lebih dan lebih baik lagi. Aa,miin. :)

Senin, 10 Desember 2012

Ujian Style: Gerbang Menuju Lahirnya (Calon) Koruptor Besar di Masa Depan


Miris gak sih ketika hari ini (ya mungkin warisan turun temurun dari dulu juga) siswa-siswi kita udah gak bisa diem tuh kepalanya setiap menjalani apa yang dilabeli ujian.  Entah ujian harian yang paling tidak sebulan sekali ataupun ujian semseteran, tengah maupun akhir, yang Cuma 2x/6 bulan.  Kayaknya begitu didegungkan istilah tersebut otak mereka langsung terkoneksi dengan program “BAGAIMANA CARA SUPAYA WAJIB DAPET NILAI BAGUS” yang bersinergi dengan program “STRATEGI SEARCHING JAWABAN DI LUAR OTAK SENDIRI”.  Dan kedua program ini melahirkan satu style yang dinamai “UJIAN STYLE”.  Layaknya Gangnam styl-nya PSY ataupun shuffle dance-nya anak gaul barat sana yang tiba-tiba mengguncang dengan ciri khasnya, “Ujian Style” pun marak di waktu ujian.  Adapun ciri khasnya ialah gerakan kepala dan lirikan mata serta tubuh bagian atas, tidak seperti Gangnam atau Shufle yang cenderung mengaktifkan tubuh bagian bawah.  Dan, biasanya para penganut “Ujian Style” ini ialah mereka yang kadar PD-nya below poverty (gak edan gimana udah poverty, below pula).  Tapi percaya atau tidak, ya beginilah kondisi siswa-siswi negeri kita hari ini.  Lebih miris lagi ialah fakta bahwa kadar ketakutan dan malu mereka sudah banyak berkurang yang merupakan indikasi nyata degradasi moral yang terjadi pada generasi muda kita hari ini.  Mungkin aktivitas mencari jawaban diluar otak sendiri atau mencotek ini dianggap hal sederhana.  Tapi, disadari atau tidak hal sesederhana ini jika dicerna secara mendalam akibatnya tidaklah sesederhana prakteknya.   Praktek menyalin jawaban dari luar otak sendiri ini bila dipelihara bisa menjadi suatu kebiasaan yang mendarah daging.  Okelah kalau kadarnya tidak lebih dari mengambil jawaban orang atau dari sumber yang bukan milik sendiri.  Nah, apa gak jadi masalah besar kalau bukan hanya jawaban, melainkan hingga uang orang lain pun kita ambil begitu saja?  Berlebihan, mungkin bagi yang merasa, tapi itu satu fakta yang kemungkinan terjadinya besar.  Bisa dikatakan jika mencontek bisa dikatakan merupakan bentuk korupsi kecil-kecilan sejak dini.  Dan, bisa jadi para pencontek ini ke depannya bertransformasi jadi para koruptor yang licin nan licik.  Sepakat? Ya terserah kalau tidak percaya.  Tapi setidaknya kita sebagai bagian dari dunia pendidikan hari ini mesti berupaya bagaimana caranya paling tidak meminimalisir aksi tidak sportif tersebut.  tentu tidak mudah, butuh keteguhan dan ketegaran karena kita akan melawan arus.  Apalagi jika posisi kita masih dipandang sebelah mata dengan status kita yang belum menjadi unsur pendidik sungguhan, baru sebatas praktek.  Keberanian dan kepercayaan diri sangat diperlukan jika kita tak ingin diserang balik dengan telaknya oleh argument yang cerdas (namun tidak pada tempatnya) para siswa-siswi oknum koruptor dini tsb.  Ahh..bukan salah-salah mereka amat sebetulnya.  Sistem pendidikan kita yang masih berorientasi pada nilai dan kuantitas tanpa kesadaran mengirinya dengan penguatan dan pembenahan kualitas mendorong oknum-oknum koruptor cilik itu bermunculan.  Jika saja sedari awal pembelajaran diarahkan pada penguasaan materi, penguasaan skil, tentu bisa meminimalisir tindakan tidak terpuji ini.  Namun, ya, sekalipun sistemnya bermasalah jangan sampai kita yang ada dalam sistem tersebt ikut tergulung arus begitu saja tanpa ada pertahanan yang berarti.  Sekali lagi kita punya kesempatan untuk paling tidak meminimalisir praktek korupsi dini tersebut.  Yuk, kalian yang punya  kepedulian lebih dengan pendidikan di negeri ini, mari berantas praktek korupsi dini di kalangan siswa-siswi kita! Mari ciptaan lingkungan belajar yang kondusif: serius tapi menyenangkan, mari kedepankan kualitas  di atas kuantitas.  Salam pencerahan, salam positivism, dan salam anti KORUPSI! 

Kamis, 08 November 2012

Postingan Eksklusif (masih tanpa) JUDUL!


Ini ekslusif! Cuma kalian, para visitors atau readers yang beruntung yang bisa tahu rahasia paling rahasia dari penulis ini!  Cuma disini, edisi premiere ini, penulis bakal mengupas cowok-cowok kece yang suka bikin penulis terserang virus audio-visual! Ha! Penasaran? Okey, tanpa buang waktu, here they are…

ü  Mas DONNY ALAMSYAH
Sering BGT muncul di FTV jadi salah satu penyebab kenapa penulis jadi gampang terserang virus audio-visual.  Ah, meskipun sudah tidak single, abang yang satu ini masih kece aja.  Gak ngebosenin, ya sekalipun frekuensi kemunculannya di layar gelas lumayan sering dan kadang pasangannya kurang gimanaaaa…tapi ya tetep aja pesona mas satu ini udah ngalahin lawan mainnya, isi ceritanya, sampai judulnya—yang kadang sebenernya bikin gak selera nonton, kalau gak ada masnya sih—bagi penulis sih…so gak usah pada protes! ;p


ü  Aa REZA RAHARDIAN
Nah, sebenernya aa yang satu ini nih yang paling mending diantara yang lain, secara masih single, masih available! Haha. Okay, itu sih alasan sampingan.  Tapi gimana ya, aa satu ini juga selalu mencuri perhatian di tiap aksinya.  Walaupun penulis rada kurang suka sama beberapa FTV yang sempat dibintangi si aa, tapi hampir setiap penampilannya di film penulis suka!  Ya aa Reza ini Cuma sedikit kurang macho dari mas Donny, selebihnya, terutama aksinya di depan kamera sih so far selalu mebuat penulis attracted.


ü  Bang VINO G. BASTIAN
Nah, dulu sebelum berstatus suami orang, penulis tergolong sangat menunggu  setiap aksinya.  Sekarang, masih sih, cuma antusiasmenya yah berkurang beberapa persen aja sih.  Terus, belakangan hampir sama kayak aa Reza, abang ini kadang dari pengamatan penulis suka ambil bagian di FTV yang kalau penulis pribadi sih rada kurang berminat nonton (piis ya piis, sekali lagi ini preferensi pribadi penulis, it’s all about selera).  Kalau dari akting ya sama kayak dua pria sebelumnya, okey. 


***
Nah, persamaan ketiganya bagi penulis adalah rada susah mendapat pendamping layar kaca yang pas!  Sejauh pengamatan penulis, dari sejumlah lawan main yang disandingkan dengan mereka, hanya beberapa saja yang menurut selera penulis sebagai penonton serasi disandingkan sebagai pasangan di layar.  Entah ya kalau ditanya kenapa, yang jelas ya suka agak kurang nyaman aja litany.  Terutama aa Reza yang usianya paling muda.  Aa suka kebagian dipasangkan sama yang lebih tua, kebanyakan.  Senasib sama aktor-aktor angkatan Lee Seung Gi di Korea sana.  Dari hipotesa awal penulis sih kayaknya faktor utama ada di minimnya aktris satu angkatannya si aa.  Kalaupun ada ya mungkin kapasitas aktingnya masih di bawah aa jadi mereka yang bertanggung jawab dalam pemilihan cast enggan menyandingkannya.  Makanya, saking si aa sering BGT dipasangkan dengan yang lebih tua, penulis terbilang bahagia pas aa dipasangkan  sama Julie Estelle dan Acha Septriasa tahun ini.  Kemarin-kemarin aa sempet juga berpasangan dengan Laura Basuki dan Tika Putri, yang semuanya di bawah aa.  Tapi ya selebihnya terhitung senior dari segi usia buat aa.  Terakhir, film teranyarnya, Habibi-Ainun, si aa dipasangkan dengan BCL yang juga lebih senior usianya.  Masalah? Buat penulis sih iya, tapi kan ya dasar si aa mukanya dewasa jadi kalau yang gak tau ya bakal ngira aa seumuran kali sama mas Donny atau bang Vino, jadi pada akhirnya perbedaan usia antara aa dan lawan mainnya tidak begitu kentara.  Kalau mas Donny sama mas Vino  sih relative lebih gampang kketemu jodoh-di-layar-nya.  banyak sih aktris seangkatan dan seusia keduanya.  Ya, paling enggak pilihannya jadi relative lebih banyak.  Cuma, suka agak geli juga kalau keduanya, terutama mas Donny dengan kumis+jenggot nya dipasangkan dengan lawan main yang jauh lebih muda.  Hmmh..tapai yaudahlah ya, apalah daya kita yang cuma penikmat yang bahasa kapitalisnya konsumen, kan siapa mau sdipasangkan sama siapa, nasibnya (baca: cerita-nya) mau dibagiamanakan, kan urusan sang pemilik modal alias para produser yang diteruskan oleh departemen cast, dll. #ups

Dan, dari sekian aktris yang pernah disandingkan dengan mereka, ini nih yang jadi favorit penulis:
v  Mas Donny—(belum ada uy, eh tapi penulis suka loh pas ada satu judul FTV bareng Atiqah Hasiholan, disana jadi rekan kerja sesama guru kalau gak salah mereka)


v  Aa Reza—Acha Septriasa (semenjak Test Pack, fix ngefans sama pasangan ini)


v  Bang Vino—Aneke Jodi (suka pasangan ini sejak Arini dan beberapa FTV, klop aja
Bang Vino—Marsha Timothy (ya proporsional lah ini pasangan gak heran jadi beneran)


                                                              













*****

Nah, kalau yang ini dalam kategorisasi yang penulis bikin sendiri sebagai yang punya otoritas penuh sebagai yang punya postingan dan tuan rumah di laman ini, ya suka-suka selera penulis dong, betul?

ü  Mas RIO DEWANTO
Nyangka gak kalau  mas-nya seumuran aa Reza? Gak heran lah kalau enggak.  Yah, sejenis aa Reza, Cuma versi layar kaca.  Paling demen kalau ada FTV yang masangin si mas-nya sama mbak Prisia Nasution. 


ü  Aa DIMAS ANGGARA
Ahh..ini nih yang paling imut sesuai usianya yang juga paling muda.  Konon sempat menjalin  hubungan dengan lawan mainnya yang di mata banyak pihak dibilang serasi, Natasha Rizki, penulis sih lebih suka sama chemistry aa ini waktu sama mbak Kirana Larasati.  Sayangnya, mbak KL udah gak aktif lagi di dunia akting.  Eh, tapi di stripping terakhirnya sebelum ini penulis juga suka sama chemistry-nya bareng teh Bunga Zainal. 



ü  Bang Ramon Y. Tungka
Ini nih satu lagi yang FTV-nya rajin penulis tongkrongin.  Rambut gondrong+brewok+jins belel bolong-bolongnya paten BGT lah sama karakternya.  Nah, dari sekian lawanmainnya, penulis fix paling demen kalao si abang diduetin sama pasangan lamanya, mbak Joanna Alexandra.  Iya, dua-duanya sering dipasangkan dengan yang lain, tapi tetepa aja paling pas ya kalau pas mereka nerdua dipasangkan…bagi penulis (lagi-lagi). :D



*****

Hoaam..sekian rahasia paling rahasia yang saking ekslusifnya nampak tidak akan ada postingan serupa sampai dua-tiga kali dan seterusnya.  Cukup ini. Jadi ya beruntunglah kalian para readers dan visitors yang menyempatkan diri mengintip postingan ini.  Ini preferensi pribadi loh, mau sepakat ya mangga, berlaianan pendapat tak masalah, demokratis saja, yang penting tertib dan damai. #salamdamai, Selamat Menikmati! J