Minggu, 10 Oktober 2010

Sinema 20 Wajah Indonesia: Ulos Simalakama

#trailler#



Tayang : Sabtu, 08 Juli 2010
Pemain : Yama Carlos, Ghea d’Syawal, Renita Sukardi, Asrul Dahlan, dll
Sutradara : Eduart Pesta Sirait
Sinopsis :
Ulos Simalakama berkisah tentang Togar (Yama Carlos), seorang mahasiswa tingkat akhir yang sedang menyusun skripsi tentang kehidupan PSK. Sebagai bahan riset, ia pun memutuskan untuk terjun langsung ke dunia mereka. Akhirnya suatu keadaan mempertemukannya dengan Sumi (Renita Sukardi), wanita Jawa yang terpaksa melacur di Sumatera Utara, yang notabene jauh dari tanah kelahirannya. Ia menolong Sumi yang sedang dalam kesulitan serta menghadiahinya Ulos pemberian Inangnya (baca: ibu). Kebaikan hatinya membuat Sumi jatuh hati padanya hingga akhirnya terjadilah perbuatan yang diluar kendali mereka.

Beberapa waktu kemudian, Togar yang telah mengajar sebagai guru di sebuah SMA pun dipanggil pulang karena inangnya sakit. Sebelum ajalnya menjemput, sang inang memintanya untuk menikahi Saidah (Ghea d’Syawal), tetangganya, dan menikahlah mereka. Tak lama setelah menikah, Saidah mengandung, namun sayang anak mereka meninggal sebelum sempat dilahirkan. Tetapi kesedihan mereka terobati dengan hadirnya tiga putri di tengah-tengah keluarga mereka.

Sementara itu, perbuatan terlarang Sumi-Togar rupanya telah membuahkan seorang putra yang diberi nama Chandra. Sejak mengandung, ia pun memutuskan untuk tidak melacur lagi sampai-sampai diusir dari kamr tinggalnya. Togar, yang bermaksud mengambil kembali ulos pemberiannya pada Sumi yang ternyata diperuntukkan untuk anak pertamanya itu, akhirnya mengetahui jika Sumi telah melahirkan serang putra. Dan, betapa kagetnya ia saat Sumi mengatakan bahwa Chandra ialah anaknya, ia menuding sebagai seorang PSK, tentu banyak yang telah melakukan hal serupa dengannya. Namun, Sumi meyakinkan bahwa sanya seorang ibu takkan pernah ragu siapa bapak dari anaknya sekalipun ia tidur dengan banyak pria. Togar tak bisa mengelak, tetapi ia pun enggan mengakui anak itu, katanya benih yang ditanam di ladang orang biarlah jadi milik si pemilik lading. Maka, sejak saat itu putuslah hubungan antar Togar, Sumi, dan anak lelakinya itu.

Belasan tahun kemudian, Togar diangkat menjadi kepala sekolah di sebuah SMA. Tak dinyana, di skolah itu pula Chandra, anak Togar dan Sumi, bersekolah. Sumi yang mulanya hadir di acara penyambutan kepala sekolah baru seketika memilih pulang menghindar tatkala menyadari bahwa yang disambut ternyata Togar. Togar sendiri pun yang kemudian menyadari kehadiran Chandra menjadi berang, terlebih setelah mengetahui keakraban Chandra dengan Tiara, anak pertamanya dengan Saidah, yang ternyata teman sekelas. Ia akhirnya menemui Sumi, dan sepakatlah mereka memindahkan Chandra meskipun sangat tanggung bagi ia yang duduk di bangku kelas tiga. Sebenarnya, Chandra dan Tiara sama-sama menyadari ada yang tak beres, tapi toh mereka hanya bisa merabatanpa tahu fakta yang sebenarnya.

Kepindahan Chandra bukannya membuat suasana membaik, justru malah membuat semuanya semakin runyam. Salah seorang teman sekelas di sekolah barunya ternyata mengetahui masa lalu Sumi yang seorang pelacur. Hancurlah hati Chandra ketika kemudian ia dikatai sebagai anak pelacur. Dengan perasaan sedih bercampur marah ia pulang ke rumah dan menumpahkan semuanya di hadapan sang ibu. Sumi yang diungkit masa lalunya menjadi begitu sedih sampai akhirnya terungkaplah sebuah pengakuan dari mulutnya tentang siapa ayah Chandra yang sebenarnya. Chandra kaget, namun juga sedih ketika ibunya menegaskan bahwa Togar, ayahnya, tak mau menerimanya sebagi anak.

Ia pun mengngkapkan semua rahasia ini pada Tiara. Tiara yang sejak dari awal bersimpati pada Chandra, bukannya marah atau membenci Togar, justru turut mencari solusi. Bahkan ia membantu agar Togar mau mengakui Chandra, sahabat sekaligus kakak tirinya. Berkat campur tangan Tiara lah akhirnya ibunya mengetahui rahasia besar ini. Dan, seperti juga Tiara, ibunya pun menerima semua ini sebagai takdir. Saidah malah meminta Togar untuk menyematkan ulos pemberian inangnya itu pada Chandra, dan akhirnya meski sulit Togar pun mengakui bahwa Chandra adalah anaknya. Saidah dan ketiga anaknya yang lain pun menerima fakta itu. Dan kisah ini pun ditutup dengan adegan Saidah “menggendong” Chandra.

#My Own Review#
Secara ide cerita dan pemain, sinema kali ini tidak menganggu penulis. Maksudnya keduanya okok aja bagi penulis, yah kecuali beberapa logat batak yang dirasa kurang terdengar dari beberapa pemain. Tapi, yang mengganggu penulis adaah sequence atau urutan ceritanya. Entahlah penulis heran apa yang salah dengan penempatan urutan adegan, atau memang begitu!?! Jadi begini loh urutan adegannya dari pertama penulis menyaksikan (sayang penulis kehilangan beberapa scene awal, tapi penulis yakin gak banyak koq):
  1. Togar bertemu Sumi, berinteraksi, sampai terjadi hal itu.
  2. Togar diminta pulang, menikah, Saida hamil, melhirkan tetapi anaknya meninggal.
  3. Saat Saidah hamil besar, Sumi diceritakan baru memeriksakan kehamilannya ke dokter sambil meminta surat keterangan mengidap sipilis agar tidak bisa melyani tamu lagi.
  4. Saida dan TOgar sedng menunggu kelahiran anak kedua.
  5. Perut Sumi mulai kelihatan mebesar, sampai kemudin melahirkan, dan Togar menukar ulos yang awal dengan ulos baru.

Dari sana adeganberjalan normal, tanpa suatu keganjilan berart. Cuma yah itu lima urutan adegan di atas yang bikin penulis puter otak, gimana mungkin Sumi baru hamil setelah Saidah hamil yang kedua, dan sempat melahirkan meski kemudian bayinya meninal. Artinya ada jarak sekitar 8-9 bulan, belum termasuk tenggang waktu dari menikah dan hamil bisa mencapai 10-12 bulan. Masa iyah Sumi baru hamil hmpir satu tahun setelah melakukannya dengan Togar. Kan, Chandra pun diceritakan sebagai teman sekelas Tiara, yang berarti seumuran. Gak jadi masalah kalau Togar bertemu Sumi setelah menikah, tapi kan mereka ternyata bertemu ketika Togar masih jadi mahasiswa, sebelum menikah dengan Sumi. Aatau bisa jadi meang begitu adegannya, dan mereka meski bertemu sebelum pernikahan Togar dengan Saidah, namun baru melakukannya setelah pernikahan itu. Tapi, kalau begitu kenapa adegan flash back nya idak dijelaskan atau dirunutkan dengan baik yah, biar penonton sperti penulis ini pun tidak kebingungan. Jujur meski secara keseluruhan tak ada masalah, namun alur yang bagi penulis gak runut di tengah itu cukup amat sangat mengganggu. Kurang tahu juga yah kalau ternyata hanya penulis yang menyadari dan mempermasalahkan halite, bisa jadi memang penulis kurang mampu menangkap alur maju-mundurnya yang disajikan di kisah ini, mohon maaf jika memang demikian. Tapi yang pasti bagi penulis pribadi, agak cukup sulit memahami alur kisah Ulos Simalakama ini.

Yang menarik bagi penulis, justru tokoh Chandra dewasa yang bagi penulis berperan dengan cukup baik. Sementara Tiara justru malah lebih luwes ketika suatu kali mengucapkan dialog berlogat sunda “jangan atuh akang!”. Kalau pemain yang lain seperti Yama Carlos, Renita Sukandi, Ghea, Asrul Dahlan, dan pemain senior lainnya sih yah gak mesti diobrolin lagi lah bagi penulis mah. Sementara yang agak menganggu selain alur tadi, penulis juga kurang suka kualitas gambarnya euy! Gak tau deh, kan selama ini setahu penulis kualitas S20WI ini hampir sama dengan Film bioskop, pun kualitas gambarnya. Namun, di Ulos ini penulis seperti melihat FTV biasa. Sorry .

Terlepas dari berbagai kekurangan dan kelebihan dari segi teknis itu, sinema ini tetap mempunyai suatu misi tersendiri, yakni memperkenalkan adat Batak. Kan seperti tujuan utama program S20WI ini dibuat, yang kan ditonjolkan adalah cerita dengan latar belakang adat istiadat yang ada di Indonesia ini. Sejauh ini, S20WI telah mengangkat kisah-kisah dari Batak, Bugis, Sunda, dan Jawa. Kita nantikan saja S20WI selanjutnya yang mungkin akan berkisah tentang budaya Bali, Papua, dan daerah lain yang belum terangkat. Semoga, semoga. 

Tidak ada komentar: