Sabtu, 09 Oktober 2010

Reality Show Indonesia: Nyata seNyata-nyatanya SETTINGAN!


Readers, taukah kalian bahwa beberapa tahun belakangan ini penulis demen BGT ngikutin Reality Show di salah satu TV swasta yang suka nayangin siaran Live Liga sepak bola lokal. Dua-tiga (gak yakin, pokoknya sekitar segitu) musim awal sih masih bisa dijamnin lah kerealannya, tapiiiii memasuki musim baru tahun ini jreng jreng jreng awalnya sih gak begitu kentara kecuali beberapa konsestan dengan karakter yang terlalu menonjol dan konflik yang terlalu over (baca: lebay). Okeylah, yang namanya konflik emang susaah BGT buat dihindarin apalagi buat 18 orang yang tidak saling kenal sebelumnya dan sekonyong-konyong mesti berbagi atap. Terlalu banyak perbedaan, kepentingan, dan minimnya waktu beradaptasi satu sama lain membuat konflik semakin mudah terbangun. Ditambah lagi ada seorang konsisten berkarakter nyeeneh yang demeeeeeen BGT mercikin api-api konflik! Yah jadi sampai sana penulis masih menganggap wajar lah, apalagi ada kompor bledug gituh, meskipun sebenarnya penulis juga sudah mulai mencium ketidakrealan tayangan berlabel reality ini!

Minggu demi minggu pun berlalu, dan keganjilan itu semakin nyata! Mulai dari konflik yang selaluuuu aja ada tiap harinya (tiap hari loh, bukan tiap minggu!), dan konfliknya itu pasti memekakan telinga dan bikin mata sipit-sipit (full of teriakan dan ganas!). Gak tanggung-tanggung konfliknya hampir melibatkan semua peserta gak peduli kaum adam atau hawa sekalipun. Tetapi satu hal yang pasti: hampir semua konflik itu pasti melibatkan seorang kontestan yang dikenal sebagai provokator, Erik asal Yogakarta. Setiap episodenya pastii aja dihiasi oleh konflik yang bisa tiba-tiba menyeruak dan tiba-tiba pula mereda. Entahlah penulis makin lama jadi merasa seperti menonton sinetron ketimban reality show! Penonton seakan diajak menebak siapakah sebenarnya tokoh utama dibalik “sinetron” stripping itu, dan siapakah yang nantinya menjadi the one who got the 1 million home?

Karena sejauh ini penonton disuguhi jalan cerita yang cukup berkelok. Dimulai dengan hubungan yang netal, lalu terjalin persahabatan, merenggang, baikan lagi, bersitegang, bermusuhan, sampai kisah asmara. Dan yang paling mengentarakan yah itu tarik ulur hubungan antar kontestan, apalagi kisah asmaranya (iwaaaw!!)! Taukah kalian wahai readers, masa iyah satu orang kontestan cewek terlibat affair sama empat kontestan cowok hanya dalam kurun dua bulanan. Belum lagi ada kontestan cowok yang punya kasus serupa dengan si kontestan cewek, bahkan jumah “lawan main”nya pun sama: 4 orang! Sekadar kebetulankah wahai readers? I guess not, not at all!

Iya masa iyah, dalamdua bulan bisa gonta-ganti pasangan sampe empat kali sekaligus coba?? Serumah pula! Coba adakah logika yang bisa menjelaskan semuanya? Satu-satunya penjelasan logis yah kemungkinan besar dua-duanya itu sama-sama bosenan a.k.a Playboy and Playgirl! Gini loh, di awal lita hanya disuguho dua kisah asmara yang masih bisa diterima nalar. Tapi, semakin kesini, keadaan tuh seolah bisa berbalik sampai 180 derajat hanya dalam tempo beberapa minggu bahkan hari. Gimana yang asalnya saling benci jadi tiba-tiba pacaran, yang tadinya adem ayem jadi berantem mulu, yang gak ada pun sampai maksa diada-adain coba! Jelas-jelas di salah satu episode seorang kontestan pernah memperkenalkan kekasihnya, namun minggu ini ia dikabarkan punya suatu hubungan yang lebih dari sekadar teman sama si Don Juan di rumah karantina itu. Masuk akal gak sih???? Belum lagi ada satu cowok suka samadua cewek sekaligu, ceweknya juga seneng lagi dua-duanya! Sungguh aneh tapi nyata readers! Selain itu yah yang makin bikin penulis geli adalah sudah beberapa minggu ini tiap episode puncak (baca: waktu ekstradisi), selalu tidak LIVE! heloo what kinds of reality which is not live??

Padahal yah, dimusim-musim sebelumnya penulis gak nemuin tuuh hal-hal kayak gitu. Emang sih konflik itu ada, persaingan pasti terjadi, kisah asmara pun cukup mewarnai tetek bengek kehidupan para penghuni di rumah karantina itu. Tapi, yah itu tadi, semuanya berjalan selayaknya yang biasa terjadi di kehidupan sehari-hari: WAJAR. Tidak ada over eksploitasi satu karakter, konflik tak berujung dan terus-menerus, dan kisah asmara yang silih berganti begitu cepatnya. Memang ada dan selalu ada kontestan, konflik, serta kisah asmara yang menonjol, tapi semua masih dalam batasan nalar. Kalaupun memang telah sejak saat itu ada penyettingan, tidak banyak, berlebihan, dan hanya untuk melengkapi forat acara bukan menjadi menu utama. Hubungan antar penghuni pun meski tak melulu baik, tapi tak juga harus berkonflik setiap saat. Kisah asmara pun muncul dngan porsi yang wajar mengingat kebersamaan yang terjalin selama berminggu-minggu. Intinya, yang lalu-lalu, much more REAL than today!

Miris juga sih mengingat pengonsep sekaligus produser acara itu adalah seorang yang professional di bidangnya (kuis dan Reality Show). Sayang aja, padahal di penyelenggaran-penyelenggaraan sebelumnya gak sampai seover ini. Sebenarnya penulis pun selalu bertanya-tanya: kenapa sih reality show yang cukup terjamin kerealannya ini sampai harus terjebak ke dalam tayangan bersetting dengan kedok reaity show? Apakah permintaan stasiun TV? Lantas apa sebenarnya tujuan dihadirkannya reality show ini jika hasilnya (baca:pemenang) pun bahkan mungkin telah ditentukan?? Apa hanya ingin mengeruk untung dari smsfiktif yang masuk?? Jujur penulis cukup kecewa dan jadi gak mood buat ngikutin program ini sampai akhir, asli deh! Yah, emang sih apa yang penulis tumpahin disini belum tentu bener juga toh ini sih cuma sekelumit pengamatan penulis terhadap salah satu program kesayangan penulis (karena sayang jadi ingin meluruskan kiranya jika memang ada yang tidak lurus..heu). Semoga semuanya akan kembali ke jalannya, Reality means everything is real, tanpa settingan at all, semoga. Semoga. :))

Tidak ada komentar: