Kamis, 08 Maret 2012

Sang Komentator


“kalau saya penasaran sama si anu, coba deh dia yang biasanya banyak ngomong itu suruh mimpin, pengen liat aja, penasaran bakal kayak gimana kepemimpinannya….”

Suka gak sih nemuin orang yang kerjaannya proteeesssss mulu.  Sok merasa benar, sok merasa paling tau, sok merasa paling berhak.  Kayaknya di mata jenis orang kayak gitu apa-apa selaluuuuuuuuuu ga ada yang bener, selaluuuuuuuuuuuu ada aja cacatnya tanpa berusaha mengangkat sedikiiiiiiiiiiiiiiiit saja sisi unggulnya.  Entahlah, seakan kesempurnaan itu hanya miliknya dan seharusnya tentu saja sang Maha Pencipta.  Nah, masalahnya orang-orang model begini kebanyakan *catet kebanyakan buka semua*  susunan organnya kemungkinan besar kebalik: punya dua mulut dan satu telinga! Kenapa? Abis kebanyakan senenggggggggggg banget ngomong atau istilah rada gayanya berwacana dengan kemauan mendengarkan yang tidak sebanyak omongannya.  Dan, orang kayak gitu pun umunya termasuk tipe manusia penggombal.  Tau kan definisi gombal? Itu loh orang yang omong besar nan manis yang sayangnya semua kebesaran dan kemanisan itu gak lebi dari sekedar kata-kata.  Gak lebih loh, gak lebih.  Istilahnya talk more do less.  Biasanya orang kayak gini kebanyakan datang dari pihak oposisi kalau dari segi pemerintahan.  Yang jelas jarang diantara orang model begini yang mengemban jabatan tertinggi.  Iya sih mereka punya jabatan yang meski tidak setinggi itu tapi tetap penting.  Wawasan dan keahlian (terutama sebagai komentator) dan pengalaman pun jangan diragukan.  Tapi, rata-rata enggan jika dibebani jabatan tertinggi meskipun tidak sedikit yang sebenanrnya mau tapi sok sok merendah untuk meninggi lagi kemudian.    Ini nih yang gawat, efek kalo orang macem gini ternyata musti ‘kalah’ bersaing sama orang yang kemaren sore dalam pandangannya wah bakal jadi komentator sejati deh, DIJAMIN!   Makanya, SEPAKATTTTTTTTTTTTTTTTT banget lah kata-kata salah seorang petinggi di suatu instansi yang penulis kutip di awal tadi bahwa suka penasaran bagaimana kalo para komentator itu dapet kesempatan buat memimpin.  Ya, biar mereka setidaknya merasakan berada di posisi orang yang selama ini mereka dengan gencar dan ganansnya komentari.  Ada dua alasan sebenarnya  kenapa orang-orang macem begini suka jarang yang akhirnya jadi pucuk pimpinan: kalo bukan karena kurang dipercaya sama yang calon dipimpinnya ya kemunginan besar kedua karena ia gak sampai hati mengehantikan hobi berkomentarnya dan belum siap mental untuk dikomentari seperti halnya saat ia mengomentari orang lain dengan bebas dan tanpa bebannya.  Ayo dong wahai kalian yang merasa paling hebat, paling bisa, paling mampu, dan paling tahu, maju ke depan dong buat mimpin mereka yang menurut kalian tidak lebih apa pun kecuali beruntung (bisa berada di atas mereka secara hirarki jabatan)!  Talk less do more, please…….

Tidak ada komentar: