Minggu, 25 September 2011

YONEX JAPAN OPEN SUPER SERIES

Pekan ini turnamen Super Series memasuki seri ke-8 yang digelar di Tokyo Metropolitan Gymansium, Tokyo, Jepang. Turnamen ini diikuti oleh banyak pemain ternama dari seluruh dunia termasuk Indonesia. Malaysia yang absen dalam beberapa penyelenggaraan Super Series dan beberapa turnamen lainnya pun kembali ambil bagian.

Lee Chong Wei kembali unjuk gigi setelah absen beberapa pekan untuk mengamankan posisinya di peringkat satu dunia. Ia, tentu saja tidak sendiri, Taufik Hidayat, Lin Dan, Peter Gade, serta beberapa pemain muda China dan jangan lupa tunggal tuan rumah seperti Shoji Sato dan Kenichi Tago siap bertarung bersama-sama demi meraih gelar juara.

Di ganda, semua pemain peringkat atas dunia ambil bagian, mulai dari pemain peribgkat satu dunia, Cai Yun/Fu Haifeng asal China; ganda nomor satu Malaysia, Koo Kien Kiet/Tan Boon Heong; ganda teratas Eropa, Mogensen/Carsten; serta tak ketingalan pasangan-pasangan kebanggaan tanah air, Bona Septano/M. Ahsan, Markis Kido/Hendra Setiawan, serta Alvent Yulianto/Hendra Aprida Gunawan. Sayangnya salah satu ganda dunia lain asal Korea sekaligus juara China Master pekan sebelumnya bermain dengan pasangan yang berbeda (bertukar pasangan—rotasi), yang sayangnya masih belum bisa menembus kekompakkan para pemain ganda yang telah ajeg dengan pasangannya masing-masing dalam kurun waktu yang cukup lama itu.

Dari sektor putri, di tunggal, para pemain China seperti biasa masih dan selalu mendominasi. China menyertakan semua pemain terbaiknya di sektor ini seperti Wang Yihan dan Wang Shixian yang menduduki unggulan satu dan dua di ajang ini. Namun, mereka patut waspada pada ancamman yang ditebar pemain-pemain non China yang sering kali merepotkan para putri China ini seperti Tine Baun, yang mesti sudah tidak muda namun permainannya masih bisa mengimbangi para pemain muda; Juliiane Schenk, pemain Jerman yang juga sudah tak muda lagi, namun acap kali merepotkan pemain muda; juga tak ketinggalan saina Nehwal, pebulutangkis andalan India yang beberapa kali berhasil mempecundangi para pemain China. Di luar itu, belum ada pemain yang terlihat menonjol lagi termasuk pemain Indonesia seperti Ardianti Firdasari, Maria Febe, dan Aprilia yang masih belum mampu mengimbangi para tunggal putri teratas dunia tersebut.

Sama halnya seperti di tunggal, pemain China pun masih mendominasi di sektor ini. Namun demikian China tidak menurunkan ganda terbaiknya yang masih dilanda cedera sejak final China Master lalu. Ancaman serius datang dari ganda tuan rumah. Ya, Jepang memang dikenal cukup kuat di sektor putrinya, terbukti dua pasanganny tercatat sebagai unggulan keempat dan keenam di turnamen ini. Ganda Denmark, Christina Pedersen/Kamilla Ryther Juhl, pun menjadi ancaman tersendiri, pasalnya mereka sama-sama bermain baik di ganda campuran (keduanya merupakan pemain ganda campuran). Indonesia sendiri diwakili oleh Greysia Polii/Meiliana Jauhari yang diunggulkan di peringkat 8 serta Lindaweni/, non unggulan, juga Vita Marissa/Nadya Melati pasangan senior-junior yang sempat tampil di final Indonesia Open Super Series. Persaingan di sektor ini memang patut diakui tidak seketat di sektor lainnya.

Sementara di sektor ganda campuran, Zhang Nan/Zhao Yunlei pasangan kekasih sekaligus ganda teratas dunia asal China berhasrat memperpanjang rekor kemenangan pasaca meraih gelar juara di China Master pekan sebelumnya. Ancaman bagi pasangan ini akan datang dari beberapa pasangan seperti Cristina Pedersen pemain asal Denmark yang jika permaianannya sedang stabil menjadi sangat kuat; Lee Yong Da/Ha Jung Eun, pasangan reuni yang sempat berpisah saat LYD dipasangkan dengan Lee Hyo Jung sebelum gantung raket; beberapa pasangan China lainnya seperti Xu Chen/Ma Jin, Hong Wei/Pan Pan; juga tak lupa pasangan Indonesia Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Indonesia sendiri mengirim beberapa wakil lainnya seperti Fran Kurniawan/Pia Zebadiah, Muhammad Rijal/Debby Sutanto, serta pasangan lawas yang sempat berjaya di awal 2000’n-Nova Widianto/Vita Marissa. Pasangan lain yang juga berpotensi mengancam ialah ganda India yang pekan lalu membuat kejutan dengan menembus final China Master juga pasangan China Taipei yang kerap menyulitkan ganda-ganda lainnya.

China secara keluruhan masih mendominasi peringkat teratas di hampir semua nomor, dan hampir semuanya ikut ambil bagian dalam turnamen ini. Kecuali di ganda putri, China tampil dengan kekuatan penuh. Pun Denmark, Malaysia, dan Indonesia serta Negara-negara lainnya yang banyak menurunkan pemain terbaiknya. Kecuali Korea yang memilih merotasi sang juara China Master Lee Yong Dae/Jung Jae Sung yang justru dipasangkan dengan pemain muda.

FINAL YJOSS

Sekarang (ahad) ini turnamen berhadiah total USD 200.000 ini sudah memasuki babak finalnya. Tidak ada kejutan yang berarti kecuali lolosnya ganda putri China non-unggulan ke final menghadapi ganda China Taipe. Final YJOSS ini merupakan salah satu final paling ideal, artinya final tidak hanya didominasi oleh satu dua Negara saja, tetapi ada sekitar enam Negara yang berlaga untuk memperebutkan lima gelar dari lima nomor.

Dari sepuluh pemain yang berlaga di final ini, empat diantaranya ialah pemain China yaitu: Wang Yihan (WS—1), Chen Long (WS—3), Bao Yixin/Zhong Qianxin (WD), serta Cai Yun/Fu Haifeng (MD—1). Semntara enam pemain lainnya sebagai berikut: Denmark 2 Cristina Pedersen (XD—4); Indonesia 1 Bona Septano/M. Ahsan (MD—4); Taipe 1 Chen/Cheng (XD—3); Jerman 1 Julianne Schenk (WS—8); serta Malaysia 1 Lee Chong Wei (MS—1).

Hasil ini menjadi kejutan tersendiri mengingat biasanya China mendominasi denga lebih dari lima wakil di final, yang artinya tak jarang menciptakan all-CHINA-final. Maka, kali ini, jangankan menyapu bersih gelar, bahkan di Ganda Campuran, China tanpa perwakilan di final! Meski demikian, toh China tetaplah China yang walau berapapun jumllah wakilnya di final selalu bisa meraih hasi maksimal. Artinya, peluang China untuk membawa pulang empat gelar dari empat partai yang mereka wakili masih sangat amat mungkin terjadi (China gitu loh *wiwwwww*).

Sayangnya prestasi luar biasa China ini sering kali diikuti oleh kontroversi yang juga tak kalah biasa. Bayangkan hampir di setiap turnamen nya bila ada partai yang mempertemukan sesame pemain China tak jarang salah seorang dari mereka mengundurkan diri atau bahkan WO dari pertandingan. Artinya, lawan sekaligus compatriot mereka diberi kemenangan mudah dan Cuma-Cuma. Banyak spekulasi berkembang bahwa hal tersebut dilakukan China sebagai suatu strategi guna memuluskan langkah para pemainnya di ajang tertentu. Umumnya kasus WO ataupun retired dilakukan oleh para senior ketika mesti menghadapi junior mereka supaya mereka meraih gelar dan mendapat poin yang nantinya di penghujung tahun akan diakumulasi sebagai acuan untuk berlaga di ajang super series final.

Alasan pengunduran dirinya beragam mulai dari sakit perut, demam, hingga cedera. Jika memang itu hanya alasan, sungguhlah tidak sportif strategi yang dirancang oleh kubu negeri tirai bamboo ini. Sah-sah saja berstrategi, namun dalam dunia olah raga kan dikenal adanya sportivitas yang semstinya senantiasa dijunjung oleh para atlet. Jika begitu caranya, dimana letak sportivitasnya? Ketika yang lain berjuang hingga tiga set menuju final, eeh mereka mah melenggang tanpa meneteskan keringan sebutir pun yang notabene akan membuat fisik mereka lebih fit. Adilkah? Merasa nyamankah mereka sebagai seorang atlet yang memenangi satu pertandingan tanpa keringat? Jawabannya ada pada diri mereka sendiri.

Terlepas dari kontrooversi tersebut, patut diakui China memang masih sangat mendominasi terutamadi putri. Tetapi, sayangnya dominasi China di turnamen ini sedikit berkurang seperti yang telah disinggung di atas. Bisa dikatakan raihan prestasi China di YJOSS ini tidak semulus di turnamen-turnamen sebelumnya, terbukti dengan banyaknya pemain China yang berguguran di babak-babak sebelumnya. Turnamen ini bisa dibilang kurang bersahabat dengan China. Selain dengan China, turnamen ini pun bahkan tidak bersahabat dengan Korea. Wakil terakhir Korea di ajang ini yakni pasangan baru LYD/Ko Sung Hyun mesti kandas di perempat final dari pasangan Indonesia Markis Kido/Hendra Setiawan.

Well, berikut daftar pemain yang berlaga di final Well, berikut daftar pemain yang berlaga di final YJOSS:

Men Single: Lee Chong Wei (Malaysia, 1st Seed) vs Chen Long (China, 3rd Seed)

Women Single: Wang Yihan (China, 1st seed) vs Juliane Schenk (Germany, 8th Seed)

Men’s Double: Cai Yun/Fu Haifeng (China, 1st Seed) vs Bona Septano/M.Ahsan (Indonesia, 4th Seed)

Women’s Double: Chen Wen Hsing/Chien Yu Chin (Taipe, 5th Seed) vs Bao Yixin/Zhong Qianxin (China)

Mixed Double: Chen Hung Ling/Chen Wen Hsing (Taipe, 5th Seed) vs Joachim Fiesher/Christina Pedersen (Denmark, 4th Seed)

Tidak ada komentar: