Minggu, 18 September 2011

ARSENAL oohh ARSENE WENGER

Sedih, marah, kecewa. Itulah yang dirasakan penulis sebagai seorang GOONERS menyaksikan fakta bahwa THE GUNNERS (kembali) menelan KEKALAHAN untuk kesekian kalinya di EPL. Bayangkan, dari lima laga yang telah dipertandingkan (3 diantaranya away), GUNNERS telah menelan 3 kali kekalahan, satu kali imbang, dan hanya (baru) sekali saja memenangi pertandingkan. Bahkan dari lima pertandingan ini, gawang Schezny telah kemasukan 15 gol, sementara gol yang disarangkan RVP dkk belum lebih dari 6. Bayangkan di pecan ketiga ini, dengan hasil seperti itu, tim asuhan Arsene Wenger ini terlempar ke posisi 17 dengan 4 poin saja dan defisit 9 gol! Memang ke depan masih banyak partai yang akan dimainkan, mengingat kompetisi pun baru dimulai. Namun, tiga kekalahan di awal musim tentu menjadi awal yang mebuat skuad yang bermarkas di Emirates stadium ini frustasi.

Citra mereka sebagai langganan “the Big Four” lah yang menjadikan situasi yang semestinya biasa ini menjadi tidak biasa. Sebagai tim langganan empat besar, kemerosotan prestasi tim asal London Utara ini tentu menjadi sorotan utama. Terlebih saat ini ada beberapa tim yang mengancam posisi the Big Four, yang siap merebut posisi itu dari siapa saja yang tidak siap, terutama Manchester City yang performanya makin impresif di musim ini. Makin menjadi masalah ketika ternyata salah satu factor kemajuan tim sekota MU tersebut justru pasca kedatangan Samir Nasri yang dibeli dari ARSENAL! Sejak debutnya dengan tim MachesterBiru itu ia telah menyumbangkan beberapa gol serta menyumbangkan berbagai kemenangan bagi timnya. Bayangkan saja hingga pertandingan keempatnya di EPL, tidak satu partai pun yang tidak menghasilkan 3 poin, hasil sempurna selalu ditorehkan oleh tim asuhan Roberto Mancini itu.

Banyak pihak yang kemudian mengaitkan seruntutan kekalahan yang dialami Theo Walcott dkk itu akibat ‘kecerobohan’ mereka melepas para pemain kuncinya terutama Samir Nasri dan Cesc Fabregas. Sama seperti Nasri, di tim barunya, Fabregas (kalau Fabregas mudik ya secara dulunya dia disana sebenernya) pun langsung menciptakan beberapa gol dan mnyumbangkan sekian kemenangan. Bahkan tidak tanggung-tanggung satu gelar juara telah dipersembahkannya bagi timnya, SESUATU yang telah bertahun-tahun tidak pernah lagi dirasakan bersama tim terdahulunya, Arsenal: GELAR JUARA! Memang suatu perjudian besar bagi Wenger untuk menjual pemain kuncinya, namun apa mau dikata jika memang pemainnya sendiri yang kekeuh ingin pergi ia pun mungkin mau bagaimana lagi, daripada permainannya setengah hati tapi gajinya tetep bahkan naik kan kayak buang-buang duit percuma aja ya (secra opah ini adalah ahli ekonomi yaa..heu).

Kekalahan Arsenal atas Blackburn, yang sebelumnya ada di posisi juru kunci semalam, tentu menjadi pukulan telak bagi Wenger. Terlihat dari muka frustanyasinya. Laga yang sebenarnya diawali cukup baik dengan gol Gervinho di menit ke-10 disusul Artheta di menit ke-30’n ini awalnya memunculkan secercah senyuman optimisme di wajah sang prof. Namun sayangnya memasuki akhir babak pertama dan terutama sepanjang babak kedua hingga laga usai ketegangan kembali menyelimuti pelatih yang telah merapat ke London Utara sejak 1996 ini. Bahkan ketika peluit tanda pertandingan usai ditiupkan pun ia segera masuk menuju kamar ganti sesaat setelah bersalaman dengan pelatih Blackburn tanpa menunggu para pemainnya kembali ke bench. Tersirat sekali rasa kekecewaan dalam roman wajah sepuhnya.

Sungguh kasian opah Wenger ini. Padahal pasca kekalahan 8-2 dari MU, ia beruapaya memperbaiki performa tim asuhannya dengan membeli sejumlah pemain di detik-detik terakhir transfer window. Tak tanggung-tanggung, ia yang selama ini dikenal ‘hemat’ dalam berbelanja pemain serta hobi membeli pemain muda untuk kemudian dipolesnya, secara mengejutkan (gak juga sih ya secara mendesak dan emang butuh) membeli lima pemain sekaligus, dan menariknya usia para pemain tersebut sudah tidak lagi muda untuk ukuran atlet (di atas 25 th, jauhlah dari selera aslinya opah). Ialah yang lantas dituduh sebagi biang dibalik kekalahan tim asuhannya. Tindakannya menjual dua pemain kuncinya tersebut yang memicu kritikan untukknya.Bahkan ada isu yang menyebutkan bahwa posisinya sebagai pelatih GUNNERS terancam akkibat hasil buruk yang ditorehkan oleh tim asuhannya di musim ini (aduh..tidaaak! plis ya jangan kayak bosnya itu tuh tim biru yang bermarkas di Stamford Bridge yang kagak sabaran, yang segampang ia merekrut satu pelatih segampang itu pula ia ‘menendang’ pelatih-pelatih tersebut).

Di pertandingan semalam sebagaimana banyak disebutkan oleh banyak pihak yang menonton pertandinggan Blackburn vs Arsenal semalam sebenarnya justru Arsenal mencetak 5 gol! Sayangnya dua diantaranya dimasukkan ke gawang sendiri! Alhasil koleksi dua gol yang dilesakkan pemain Blackburn sebelumnya mendapat bonus dua gol hadiah deh sehingga mereka justru bias unggul 4-3 dari GUNNERS. Bonus golnya diberikan secara cuma-Cuma oleh Alex Song dan Koscielny. Entahlah, selain gemar “menggelitik” wasit untuk merogoh kartu merah dari sakunya, akhir-akhir in iArshavin dkk ini senang sekali mengahdiahi lawannya gol (maksud hatinya baik kali yaa mau amal, tap icaranya gak gitu!*huhu).

Penulis sendiri kali ini tidak ingin memungkiri lagi bahwa sekarang penulis KECEWA, MARAH, dan SEDIH BERAAAAAAAT atas kekalahan (yang lagi-lagi dan kesekian kalinya) yang dialami tim kesayangan penulisini. Kalau sebelumnya penulis masih senantiasa berusaha untuk sebisa mungkin tetap optimis, kini asa itu perlahan telah mulai terkikis oleh pesimisme akan nasib tim ini kedepannya. Terutama sih, yang paling bikin penulis khawatir, nasibnya opah Wenger.Bukan tidak mungkin ya posisinya lama-lama akan dikudeta jika tim ini tidak ada perubahan hingga akhir atau malah pertengahan musim ini. Terlepas dari lamanya sang prof, begitu julukannya, menangani tim ini dan berapa gelar juara yang telah dipersembahkannya (sebelum masa puasa gelar dimulai sejak 2004), dalam dunia sepak bola modern yang amat berkaitan dengan bisnis dimana orientasinya ialah keuntungan yang sebanyak-banyaknya, maka posisinya masih belum aman. Logikanya kalau performa tim menurun akan berdampak pada ketertarikan penggemar (terutama penggemar selewat aja) untuk menyaksikan timnya secara langsung di lapangan menjadi berkurang yang akan berdampak pada merosotnya angka penjualan tiket yang akan menghambat pemasukan tim dan berimbas pada keuangan tim secara keseluruhan yang berpotensi menggangu stabilitas tim, keuangan tim yang tidak stabil akan berdampak pada pembayaran pemain, ofisial, dll, pemain yang telat dibayar atau tidak dikabulkan permintaan penaikan gajinya akan mulai merasa enggan bermain dan ingin hengkang, hengkangnya para pemain tersebut semakin membuat kondisi tim carut marut, danbegitulah seterusnya kira-kira siklus timbal balik prestasi dan keuangan tim.

Tentu sebagai seorang yang berlatar belakang ekonomi ia paham bahwa di era sepak bola modern saat ini stabilitas keuangan klub menjadi penting, dan untuk menunjangnya dibutuhkan prestasi yang konsisten. Dan ia pun sebenarnya sudah berusaha melakukan yang semaksimal yang ia bias. Menjual Fabregas dan Nasri tentu saja kalau ia bias memilih dan memiliki otoritas penuh (terutama dari segi keuangan ya, kan awal kepindahan Nasri menurut info yang penulis baca dan dengan dari beberapa sumber—berita bola stat tv—itu dari penolakan kenaikan gaji biar sama atau mendekati Fabregas—yang pindahnya emang dasar udah kangen sama kampong halamannya aja kalau kata penulis mah) tentu ia tak akan menjual dua pemain utamanya itu karena terbukrti kualitas meraka memang mumpuni. Tapi toh jika kondisi keuangan klub memang sedang kritis ya demi menadatangkan modal segar menjual dua pemain itu merupakan alternative terbaik. Secara keduanya berkualitas ya jadi harganya pun pasti lebih dari cukup untuk menutupi laba (apalagi ya kalo dibandingin harga pas beli dua pemain itu, ya secara dari yang ga-tau-sapa jadi skillful gitu pasti harganya melonjak tinggiàthe best thing of opah! J ). Tapi, yang mau penulis tekankan sekali lagi ialah kalaupun harus dicarai dimana masalahnya GUNNERS ini yang pasti bukan di opah WENGER! Stop to ask him to quit from this team!

Apart from that yaa, back to my own feeling, to be honest as I already stated before, for now on I REALLY REALLY REALLY FEEL SAD and DISSAPOINTED! How do you feel when you’re team is in the crisis? And what you can do? Nothing, I can do nothing except always pray for the best of them. The best here means at least they save their big four position in the end of the season. Hopefully they are going to back on their track soon. The end of the season might be still long, but we have to be realistic that in that condition when we lost three of five match that we have played, it’s will be so hard to still exist in the winning path. May be, this year is not their season as well. So, just hope the best for you guys. Whatever happened to you, GOONERS, will always stand by your side, including me. :))

Tidak ada komentar: