Rabu, 11 Agustus 2010

About Novel (that) I Read

Sebenernya tulisan ini udah berumur sekitar1-2 minggu, tapi gara-gara terpotong dan penulis pun agak-agak sibuk duaminggu kemaren, ahirnya terlantar deh n baru bisa diedit+diposting today! Tapi, semoga temanya global kok jadi gak akan basi! hehe.. enjoy the posting! J

hemm..niat nih jadi produktif! hehe (sebenernya I just gotta keep my promise to keep writing! J)

Malem ini finally I finished it: reading a novel that I bought from my little sister’s friend. Sebenernya bukan karena niat-niat BGT pengen baca tapi lebih ke faktor penasaran aja gituh secara my little sister cekikikan aja as long as she read that novel! Selain itu doi juga kayak yang very very impressed BGT tuh sampe ngtweet yang intinya ya itu kesan doi yang sebegituu mendalam (lebay mode on!), bahkan yah doi juga samp berencana mau beli ajah tuh novel yang notabene udah doi baca (gak penting BGT gitu lho..! hoho). And after finally I finished it, I found it’s not so interesting that made me impressed of it. Tapi gimanapun I realized kalo selera orang tuuh yah emang beda-beda, gak bisa lah karena menurut kita cerita novel anu rame maka mutlaklah tuh cerita rame buat semua orang, IMPOSSIBLE! (kalaupun ada kemungkinannya tuh yah 0,0001 % yang pokoknya gak nyampe 1% acan deh! heu).

Adapun garis besar novel yang baru aja beres dibaca yaitu tentang cewek di pertengahan 20’n yang cantik lah, supel lah, gaul lah, hard working lah, modern lah, laris manis lah, pinter lah, lengkap dengan tiga orang sahabat nan setia, kerjaan yang asik, ortu yang suportif n tajir, n selalu gak ketinggalan beberpa cowok yang dari sekedar mampir nyampe yang bener-bener singgah di hatinya. Pokoknya, selayaknya novel remaja-dewasa awal kebanyakan yang kebanyakan gak jauh-jauh dari tema C.I.N.T.A pasti menampilkan tokoh utama yang seems too perfect deh kayak yang tadi itu: cantik lah, pinter lah, segaa rupa yang bagus-bagus deh (srik aja yah!). Tapi di novel ntu sang penulis masih menunjukan sisi manusiawinya: manusia gak sempurna, sperfect-perfectnya pasti ada kekurangannya yang dalam cerita itu berupa pola dan gaya hidup si tokoh utama tadi yang penuh kepulan asap rokok n alcohol plus dugem, dsb. Intinya sih doi tuh cewek yang gak mau ribet dan penuh ide gila yang salah satunya macain orang dengan huruf awal berbeda-beda memenuhi susunan alphabet! And she got success of her planning of 25 words even X and Q even though she had problem in finding her last word ‘L’ for completed her list! Intinya sih finally doi nemu, dua orang sekaligus malah! Tapi ahirnya gak jadi ma dua-duanya coz yang satu mati gara-gara penyakit sedangkan another ‘L’ yang bahkan dah hampir nikah ma doi keGAP lagi cheating on her.

So, mati, gak jadi sama siapa-siapa adalah perpaduan ending yang sorry to say…not my favorite one. Gak tau deh, I don’t like that kind of ending coz kayaknya tuh apa yah gak bersahabat BGT deh sama pembaca. Besides, this kind of story yang tokoh utamanya perfect BGT lah, awalnya gak percaya sama yang namanya cinta tapi ujungnya “memuja” cinta lah pokoknya mah yang semodel begitu deh. Gak ngerti juga deh kenapa tuh my sister really impressed ma tuh novel. Well, kembali lagi bahwa selera orang emang beda jadi sebenernya doi mau suka kek, enggak kek yah sah-sah aja, iya toh? hehe.

Ending emang sering kali jadi bagian yang paling apa yah bingug, pokoknya gak jarang cerita yang udah terjalin manis ditutup dengan ending yang kejam atau cerita yang dah mengalir asik kehilangan gereget di ahir cerita. Tapi, diantara semua ending paling enggak suka sama cerita yang endingnya gantung a.k.a maen tebak-tebakan gitu ma pembaca wuihhh suka berasa nyesel aja gituh dah ngabisin waktu buat baca novel setebel ratusan halaman yang berakhir dengan sebuah teka-teki! Walaupun, gak jarang yang ternyata enjoy dengan ending yang seperti itu. Biar pembaca menyimpulkan masing-msing kan mereka punya interpretasi tersendiri, kilah sang pembuat ending gantung. Iya kalo yang baca punya imaginasi segitunya, buat mereka yang daya imajinasinya standar mah yah bingung juga deh ujung-ujungnya. yah, meskipun kembali lagi itu mah hak prerogative penulis sebagai yang empunya cerita.

Dan you know what cerita satu cewek yang diantara dua cowok beda kepribadian yang ahirnya salah satu dari mereka kudu pergi dari kehidupan si cewek gara2 penyakitan sampai menemui ajalnya udah gak begitu asing juga. Dengan kata lain, cerita-ceritanya itu tipikal teenlit BGT deh, jarang ada yang tokoh utamanya cowok trus dierebutin 2 cewek deh coz penulisnya juga emang rata-rata cewek jga sih. Beda sama novel islami yang rata-rata ditulis sama kaum Adam, disana mah giliran kaum mereka yang jadi pujaan banyak hawa. Yah, gimana enggak, udah soleh, tampan, pinter, meskipun kalau dari segi perekonomian mah tergolong standar tapi dengan sosoknya yang tadi itu udah lebih dari cukup deh buat jadi calon menantu ideal. Penokohan juga jadi hal yang gak kalah penting. Rata-rata tokoh utama dalam sebuha cerita terusus novel itu selalu menokohkan pemeran utamanya sebagai sosok yang sempurna meski dalam kehidupan nyata jarang lah kita bakal nemuin tokoh yang sesempurna itu. Tapi, kembali sebagai cerita fiksi yang gak nyata alias hanya rekayasa yang mana suka-suka-penulis mau tokohnya kayakgimana, ceritanya kayak gimana, nama tokohya siapa, jadi yah bebas-bebas aja tuuh selama masih dalam koridor fiksi.

Sekarang ini penulis lagi baca novel 5 menara, belum beres sih tapi so far lumayan menarik. Cerita novel yang terinspirasi kisah nyata di masa lalu yang bisa menginspirasi banyak orang gitu tuh yang penulis suka. Tetralogi Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata yang menjadi pioneer novel-novel dengan kisah serupa (based on experience) seperti halnya 5 menara dan beberapa lainnya, menjadi beberapa buku favorit penulis. Dalam novel-novel itu persahabatan dan pendidikan menjadi dua tema sentral. dan penulis sih lebih cenderung seneng sam novel-novel yang menginspirasi gitu daripada novel pure roman yang mengharu biru dengan kisah cintanya, atau teenlit-teenlit yang gak bakalan jauh dai seputaran cinta. Bukannya penulis gak seneng sama kisah cinta atau novelbertema romantic, tapi penulis cenderung lebih seneng kalo kisah cinta atau romantisme dijadiin bumbu dalamsebuah cerita bukan menjadi sajian utama. Tapi yah sekali lagi penulis tegaskan bahwa selera orang itu yah beda-beda jadi silakan menikmati jenis cerita yang anda sukai J.

Selain kisah pengalaman inpiratif, penulis juga lagi suka sama novel-novel lama karya Marga T. Meskipun inti ceritanya gak jauh-jauh dari kisah asmara tapi dari beberapa novelnya yang udah pernah penulis baca ceritanya gak berkesan cengeng. Latar belakang tokohnya yang hampir 90% dokter menjadi daya tarik tersendiri disamping kekompleksan tokoh-tokoh yang dirancangnya. Sebenarnya dalam penokohan, ia cenderung merancang tokoh utama yang almost even perfecto: tampang menarik, otak encer, postur ideal, ekonomi mapan (secara latar belakangnya dokter). Tapi yang cukup menarik adalah watak tokohnya yang cukup variatif juga plotnya yang cukup menarik dan berliku. O,y, satu hal lagi yang bikin penulis seneng sama novel-novelnya Marga T yaitu penulis bisa sedikit banyak kenal istilah kedokteran! Dan, sedokter-dokternya yang bertugas memberikan pelayanan yang terbaik paa masyarakat, meeka juga teteup mnanusia dengan segala perangai dan keterbatasannya.

Penulis juga lagi kesemsem sama Tetralogi Buru-nya Pramoedya Ananta Toer. Awalnya gak ngeh siapa Pak Pram, tapi lewat sebuah pemberitaan di Koran akhirnya penulis tau kalau pak Pram itu sastrawan yang dah nulis berbagai karya sastra dari mulai yang bentuknya novel, catatan sejarah, sampe memoar. Dari sekian banyak bukunya, penulis baru berkesempatan baca dua karyanya: Jalan Raya Pos, Jalan Deandles yang lebih berupa catatan sejarah, dan Bumi Manusia, novel pertama dari Tetralogi Buru. Awalnya sempet males secara bukunya itu loh..tebel! Belum lagi kisahnya yang nyeritain Minke, anak pribui yang berkesempatan mendapat pendidikan yang layak sehingga tumbuh menjadi anak muda yang cerdas dan fasih berbahasa Belanda. Yah setting ceritanya akhir abad 19 menuju abad ke 20, kental dengan unsur politik dn tatanan sosial di era penjajahan itu. Tapi yah setela memaksakan diri untuk meneruskan baca novel itu eehh..seru juga loh sodara-sodara sampe ketagihan (pengen nerusin ke buku-buku selanjutnya maksudnya! hehe). Maka, beberapa waktu yang lalu penulis mampir deh ke toko buku buat beli buku kedunya: Anak Semua Bangsa! Belum dibaca sih coz msih punya “tunggakan” baca, yah 5 menara itu di antaranya, heuheu. Mudah-mudahan niat hati penulis buat melengkapi 3 bku lainnya bisa terpenuhi bagaimapun caranya (maksudnya yah beli sendiri atau sipa tau ada yang berbaik hati pasca baca postingan ini tergerak untuk meringankan beban penulis dengan menghadiahi buku itu—bukunya pasti bakal dijaga sebaik mungkin deh, dijamin!— *ngarep* hoho).

Selain novel-novel di atas penulis juga lumayan suka sama novel islami semodel AAC, KCB, dll. Tapi yah gak semuanya, salah satu yang penulis suka itu Nafsul Mutmainah. Kisahnya tentang pertautan dua hati dua orang aktivis secara tidak sengaja dan tanpa disadari. Yah intinya, perasaan bisa tumbuh jika melulu ada kontak sekalipun tidak melakukan kontak secara langsung (yang seneng komunikasi via sms ato telp secara intens sama lawan jenisnya, ati-ati loh, perasaan itu mengintai meski tanpa tatap muka), kira-kira begitulah inti pesan tuh novel (kalo salah maaf yah, penulis kan Cuma pembaca yang mencoba menginterretasikan apa yang ia baca, bukan penulis yang tau bener seluk beluk dan arah ceritanya). Kalau juul-judul yang lainnya, yah so-so lah. O,y, penulis juga seneng sama novel Cinta yang Terlambat dan The Kite Runner, dua novel terjemahan karya penulis Pakistan dan Afghanistan yang juga masih bertema islami. Nah kisah cinta yang kayak di Cinta yang Terlambat itu yang penulis suka Aariz yang tampan tapi dingin didampingi Zest yang lembut nan penyayang. Meskipun Zest sering kali berurai air mata, tapi gak berkesan cengeng kalo menurut pandangan pribadi penulis mah. Kalau kisahnya The Kite Runner bahkan sampe bikin air mata penlis bercucuran, tapi sayangnya pasca mencapai klimaks apa yah disebutnya tempo sama tone (maaf yah kalo salah) ceritanya menurun euy kata penulis mah. Dan sayangnya kimaks cerita dir terlalu dini entah cerita pasca klimaks dibikin terlalu panjang.

Unuk jenis novel yang lain, penulis cukup suka novel petualangan dan komedi. Penulis sempet baca meski gak tamat kambing Jantan sama Ayat Amat Cinta. Untuk yang petualangannya penulis pernah baca Sherlock Holmes-nya adek, sama Negara Kelima kalau yang Indonesia-nya. Sebenernya Negara Kelima lebih cenderung ke novel sejarah yang dibalut dengan bumbu thiller soalnya fokus cerita ntuh novel ada dipencaian benda bernilai sejarah tinggi yang henda disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab, cerita diperumit dengan intrik di dalam tubuh polri yang notabene adalah symbol penegak hukum di negeri ini. Es Ito sebagai penulis juga membahas mengenai hubungan Alexander the Great dan Pulau Atantis yang terkenal itudengan bangsa ini dari sudut pandang sejarah masa lalu. Tidak ketinggalan tokohtokoh sjarah masa lalu semacam Socrates, Ptolomeus, Salomon, dll pun sedikit dikupas. Yah karena dasarnya penulis memang suka sama Sejarah juga mungkin ya makanya penulis bisa anteng ajah baca nih buku. Dan, satu lagi yang bikin penulis suka sama nih buku: endingnya! Sebenernya bukan yang pertama juga ending kayak gituh, tapi emang ngena dan pas aja sih kalo buat penulis.

Itulah kriteria dan jenis novel yang penulis suka. Dari segi cerita, penulis seneng yang pokoknya logis, ngalir, dan memberkan kejutan-kejutan. Dari segi penokohan, penulis gak begitu suka sama tokoh utma yang begitu perfecto. Dari segi alur, penulis lumayan seneng sama yang ake alur maju-mundur. Dari segi latar belakang, gak begitu jadi soal, tapi kalo buat cerita roman penulis lebih seneng kalau tokoh utamanya udah terikat secara sah (baca: nikah) dengan atau tanpa paksaan. Dan ini yang paling penting dari segi ending, penulis paling seneng sama khir kisah yang manis dan paling gak suka sama kisah yang akhirnya dibiarkan menggantung! Buat penulis mending mati sekalian, pisah sekalian, atau ending paling tragis sekalipun masih lebih menghargai pembaca (maksudnya tidak membiarkan pembaca dilanda kebingungan setelah menamatkan berates-ratus halaman demi sebuah tanda tanya besar di akhir cerita! L).. Tapi pada intinya asal resensinya bisa mengusik hati dan pikian penulis aja, penulis sih selama tuh buku bisa dibaca yah dibaca aja dulu, selanjutnya? nanti bagaimana saja J.

Nb: mohon maaf jika saat membaca postingan ini Anda merasa kebingungan, kesalahan ada pada tangan dan keyboard PC penulis.. J

Tidak ada komentar: