Jumat, 27 Agustus 2010

Badminton World Championship (BWC) 2010

Selama seminggu ini atau tepatnya dari tanggal 23-29 Agustus sedang berlangsung salah satu kejuaraan badminton paling bergengsi Badminton World Championship 2010 di Paris, Perancis. Kejuaraan yang diselenggarakan tipa tahun ini diikuti oleh banyak pemain kelas dunia dari berbagai negara. Bahkan China yang ckup sering absen pada beberapa kejuaraan sebelumnyadi tahun 2010 ini kembali memainkan para pemin terbaiknya seperti Lin Dan, Chai Yun/Fu Haifeng, Wang Yihan, Zheng Bo/Jin Ma, dll. China, meski kerap kali absen tak lantas menurun kekuatannya. Bersama Indonesia, Korea Selatan, Malaysia serta Denmark, China masih mendominasi badminton dunia. Meskipun kelima negra tersebut masih mendominasi, kewaspadaan patut senantiasa ditanamkan mengingat saat ini kekuatan badminton di dunia semakin merata. Terbukti dengan kemunculan para underdog di tengah dominasi pemain lima negara tadi sperti Saina Nehwal dari India, Bonsaak Ponsana dari Thaiand, juga Donna Kellog/Anthony Clark dari Inggris. Faktor Pembinaan amat menentukan keberhasilan regenerasi di berbagai negara, dan China tercatat sebagai tim dengan regenerasi paling massif dan sukses. Namun demikian keempat negara lainnya pun masih bisa bersaing dengan China.

Kekuatan kelima negara di atas bisa dikatakan cukup merata terutama di sektor ganda putra. ChaiYun/Fu Haifeng yang sudah terhitung senior di timnas China masih tetap menjadi amunisi utama, sementara di Indonesia ada peraih emas Olimpiade Beijing Markis Kido/Hendra Setiawan, Malaysia memiliki Koo Kian Kiet/Tan Bon Heong yang saat ini memenpati ranking pertama versi Badminton World Federation (BWF), Korea meski belum pernah meraih gelar di ajang sekelas Olimpiade diakiliolh duo senior-junior tangguh lJung Jae Sung/Lee Yong Dae, dan Denmark memiliki pasangan peraih gelar juara All England . Kesemuanya mempunyai skill yang merata satu sama lain dan sudah pernah saling berhadapan.

Di sektor lainnya yang cukp merata adalah di Ganda Campuran. Kecuali Malaysia, keempat negara lainnya masih cukup seimbang. Indonesia memiliki dua kali juara dunia Nova Widianto/Lilyana Natsir. Korea mempunyai Lee Yong Dae/Lee Hyo Jung yang merupakan peraih emas Olimpiade Beijing. Zeng Bo/Ma Jin yang cukup sering menjuarai gelaran Super Series mewakili China. Serta Thmas/Kamila Rhyter Juhl yang merupakan jawara All England dari Denmark. Keempat pasangan ini masih cukup mendominasi badminton dunia hingga saat ini meski tak jarang disalip oleh pasngan underdog dari Inggris, Taiwan, ataupun Thailand. Sementara Malaysia hingga saat ini belum mempunyai pasangan ganda campuran yang cukup berprestasi.

Untuk sektor putra, Korea sedikit dibawah pemain keempat negara lainnya. Park Sung Hwan masih satu level di bawah Lee Chong Wei (MAS) sebagai pemuncakranking WBF, Lin Dan (CHN) sang jawara Olimpiade Beijing, Peter Gade (DEN) yang meski telah memasuki kepala tiga masih tetap masuk unggulan, dan Taufik Hidayat pemegang gelar jawara Indonesia Open tujuh kali. Meski demikian, Korea yang dikenal ulet tidak jarang menyulitkan pemain-pemain unggulan di atas. Bukan hanya Korea, Jepang, Thailand, Taiwan, bahkan Vietnam pun cukup sering membuat mereka kerepotan dengan perlawanan ketat dan pantang menyerahnya.

Sementara di sektor putri, Indonesia cukup tertinggal beberapa langkah dibandingkan empat negara lainnya. China masih sangat mendominasi baik di sektor tunggal maupun Ganda, terbuti dengan koleksi piala Ubernya. Korea membuntuti prestasi China, bahkan pada perhelatan Piala Uber terahir di Malaysia Mei lalu, Korea berhasil meruntuhkan dominasi China dengan memenangi pertarungan saudara satu ras tersebut. Malaysia masih menempatkan pemiannya dalam jajaran unggulan, bahkan ganda senior Wong Pei Ty/Chi En Hui sempat menduduki peringkat pertama BWF. Denmark masih bisa bertumpu pada Tine Rasmussen yang masih bisa menunjukkan peforma terbaiknya di usia yang idak muda lagi. Sedangkan Indonesia, selepas era Susi Susanti, sektor putri masih terus mandeg. Prestasi terbaik yang berhasil ditorehkan para pebulu tangkis putri tanah air ialah saat berhasil menembus final Uber Cup di Jakarta dua tahun yang lalu, pun medali perunggu Olimpiade Beijing yang secara heroik dipersembahkan oleh Maria Kristin. Sejak saat itu, harapan yang seakan tumbuh harus kembali tenggelam seiring dengan kembali madegnya prestasi atlit putri kita. Pemain Jepang dan India sering kali menjadi batu sandungan bagi para pemain China dan Korea di berbagi kejuaraan.

Banyaknya pebulutangkis papan atas yang ambil bagian dalam kejuaraan tersebut menambah gengsi kejuaraan berbintang lima tersebut. Gengsi antar negara pun seolah dipertaruhkan. Para pemain dunia yang meski sering tak ikut ambil bagian dalam ajang Super Series seperti Chinapun tak melewatkan kejuaraan ini. Sedikit catatan bahwa rangking pemain tidak 100% merepresentasikan kualitas skill mereka. Sebut saja Lin Dan, pemain hebat ini ‘hanya’ menempati ranking ke-6/7 hanya karena ia jarang mengikuti kejuaraan sehingga tidak menadapat tambahan poin (ranking pemain dilihat dari total poin yang didapat setiap mengikuti sebuah kejuaraan). Jadi jangan heran, meskipun secara peringkat seorang pemain lebih bawah tapi skillnya jauh lebih matang. Hampir semua pemain papan atas dunia mengikuti kejuaraan ini kecuali mereka yang meang sedang dihantui cedera seperti yang dialami oleh Sony Dwi Kuncoro, jadi dijamin setiap babak akan berlangsung ketat dan menarik. Tak jarang banyakpemain non unggulan berhasil menyudahi perjuangan para pemain unggulan. Hingga babak Perdelapan Final kemarin kejutan baru terjadi di sektor putri dengan tumbangya Wang Yihan (CHN) sang unggulan pertama dari Eriko Hirose (JPN). Jangan Lewatkan yaa..^^

Tidak ada komentar: