Rabu, 28 Juli 2010

Sinema 20 Wajah Indonesia: Akhsobiya

Setelah sempat absen selasa yang lalu karena bertepatan degan tanggal 20 yang mana merupakan slot untuk program musik spesial ulang tahun ke-20 SCTV: Harmony yang digawangi oleh Andi Rianto dan menampilkan sejumlah penyanyi senior maupun penyanyi muda potensial masa kini, dari penyanyi solo hingga vokalis band, pun dari berbagai jenis aliran music menjadi satu dalam Harmony. Selasa ini (27/07) program Sinema 20 Wajah Indonesia kembali hadir menyapa pemirsa setia S*TV melalui Akshobiya setelah menayangkan Horeluya yang berkisah tentang keluarga muda yang didera beragai cobaan mulai dari putri kecil semata wayangnya yang terkena penyakit kanker hingga dipecat dari pekerjaan yang membuat pasutri tersebut semakin dekat dengan Tuhannya. Sedikit menyesal karena saat tengah asyik menyaksikan episode tsb rasa kantuk mengalahkan kesadaran penulis sehingga ia tak mampu menulis synopsis keseluruhan, padahal dari beberapa komentar yang ia baca sinema tersebut egitu mengahrukan konon. kembali ke Akshobiya, episode ke-7 dari S20WI ini menceritakan tentang sebut saja Hasbi*lupaa* (Rizki Hanggono) seorang PNS kecil di sebuah dusun yang suatu malam di tengah dinasnya disusuli oleh istrinya yang sedang hamil tua (baca di kredit title: Permata Sari Harahap) demi sebuah arca kecil nan berharga yang ditemukan istrinya di halaman belakang rumah mereka. Pasca penemuan itu ia menjaga baik-baik arca yang dianggapnya sebagai salah satu aset bangsa yang paing berharga di masa yang akan datang ini hingga suatu waktu ia mendapat kabar bahwa seorang teman kuliahnya (Enditha) akan berkunjung untuk melakukkan penelitian sejarah di dusunnya. Selain itu diceritakan dua tokoh lainnya (Hendra Cipta dan sat lagi yang saia lupa nama tokoh berikut pemeran aslinya), yang di pertengahan menjelang ahir cerita dikisahkan bersama dengan tokoh yang diperankan Endhita bermaksud memiliki benda bernilai sejarah pun ekonomi tinggi itu demi kepentingan tertentu (di bagian ini kurang fokus enk coz sambil baca novel! hehe). Hasbi yang jujur dan penuh tanggung jawab tak gentar meski menadapatkan intervensi dari ketiga orang tersebut untuk menyerahkan arca tsb pada mereka. Bahkan ketika kemudian istri dan anak yang baru dilahirkannya pun disandera demi membuatnya menyerah dan memberitahukan dimana ia menyembunyikan benda itu, ia tetap bungkam seribu bahasa. Ia pun sudah tidak begitu mempedulikan tubuhnya yang sudah babak belur selama dalam penyekapan tiga orang tadi yang terus memaksanya buka mulut. Singkat cerita, berkat informasi dari seseorang yang juga sebelumnya telah “membebaskan” istrinya dari sanderaan (Hendra Cipta) ia pun mendapat pertolongan tepat di saat anaknya hendak dibunuh dihadapannya. Ia pun akhirnya bebas dan kembali berkumpul bersama anak dan istrinya. Tokoh yang diperankan Endhita sendiri tidak terlibat lagi dalam rencana jahat tsb pasca mendapat “ceramah” dari Hasbi, mantan rekan satu kampusnya. Sementara itu, kelanjutan nasib dari sang Arca “keramat” yang menjadi poros utama cerita tidak begitu dibahas di akhir cerita (tapi gak tau juga kalo saia nya yg gak ngeh gara-gara gak fokus!? heuheu). Secara keseluruhan, episode kali ini tidak begitu mengecewakan. Sebagai seorang penikmat S20WI yang awam akan dunia akting, penulis cukup menikmati duo Rizki Hanggono-Permata Sari Dewi. Episode yang akan datang akan menampilkan sinema berjudul “Ulos Simalakama” yang menampilkan Yama Carlos sebagai pemeran utam (Ya Rabb, semoga penulis tidak ketiduran, aamiin!). So, nantikan episode selasa depan yah.. :D

Selasa, 27 Juli 2010

No Tittle

The Right One, in the Right Time..! ^%^

Just (wanna) Writing This.. :)

Dear everyone who read this posting,
I wanna share you some things about me
Who I am actually?
I’m just an ordinary people,
Very-very ordinary,
Who really love something unusual
As long as it can be acceptable within our logic!
:D

Senin, 26 Juli 2010

Goresan Awal: Sepenggal Kisah yang Lalu

Sesi pertamaini akan diisi oleh pengalaman hari kemarin, dari beranjak dari tempat tidur hingga kembali ke tempat tidur!

Gema adzan subuh mengusik telinga ini, dan seperti hubungan listrik pararel mata ini pun ikut terbuka. Dengan sedikit linglung fikiran ini melayang seraya bertanya pada diri sendiri “loh, kenapa toh posisi tidur saia begini?!?” ketika menyadari bahwa posisi tubuh ini 180o dari arah tidur normal. Sejurus kemudian, otak ini kembali teringat sesuatu”ahh…Ind*****a* Id*l!” pekik otak ini, mata inipun segera memburu jam dinding yang terpajang rapi pada tempatnya dan berdetak 24 jam tiada henti. Jarumpanjang jam menunjuk ke angka 9; jarum pendeknya hampir mengarah ke angka 5, ya jam 4.45! “yahhhhh…ketinggalan lagi deh!” desah otak ini panjang. Untuk kesekian kalinya di minggu ini mata ini terpejam lebih awal dari yang direncanakan, sekalipun setengah gelas C**lin*) telah diseruput mulut ini di waktu-waktu tersebut . Tanpa berpikir panjang, segera kuangkat tubuh ini untuk kembali berbaring di posisi yang seharusnya seraya berkompromi dalam hati “hemm..masih jam 4.45, tar deh shalatnya jam 5, lumayan masih 15 menit lagi”.

Jam 5.05 barulah tubuh ini beringsut dengan enggannya darikasur nan empuk setelah sebelumnya mnghempaskan selimut nan hangat pelindung daiudara pagiyang begitu dinginnya. Begitu keluar kamar, kaki ini segera dilangkahkan menuju kamar mandi. Udara kamar mandi yang dingin tak kunjung membuat rasa kantuk berangsut hilang sampai muka ini dibilas dengan sedikit sabun setelah sebelumnya sikat gigi digosokkan pada gigi ini, seperti biasa. Sebelum meninggalkan kamar mandi, diri ini tak lupa menjalankan misi utama di kamar mandi: buang airkecil dan berwudlu. Setelah menunaikan ibadah shalat Subuh, diri ini sempat melakukan suau aktivitas hingga jam 6 pagi sebelum akhirnya pada jam 6.10 diri ini kembali memasuki kambar mandi, dan kali ini dengan ditemani selembar anduk, yah It’s bathing time! Sebenarnya udara yang dingin membuat diri ini malas untuk bersentuhan dengan air, namun sebuah kegiatan yang dijadwalkan dimulai jam 8 pagi memaksa diri ini untuk berkompromi dengan air, it’s ok lah.

Jam 7.10, baju yang hendak dilekatkan pada badan ini telah beres disetrika, saatnya berganti baju dan mengoleskan make up seperlunya pada wajah.

Jam 8.30, baju telah dikenakan, barang yang akan dibawa pun sudah dikemas, intinya sudah siap berangkat. Ibu yang sedari tadi berkutat di dapur memaksa tanganini enyupakan sepiring nasi goreng ke dalam mulut ini. Hemm..nasi goreng bikinan istrinya bapak ini selalu membuat mulut ketagihan bergoyang! lezaaaaat! ^^ Akhirnya setelah melahap hapir sepiring nasi goreng dan diiringi segelas teh manis, akhirnya diri ini pun berangkat dengan diantarkan oleh bapak menggunakan motornya yang senantiasa mengiringi kemana pun bapak menyetirnya.

Jam 8.20, sampailah diri ini ke lokasi kegiatan, di daerah Sukajadi. Disana, seorang gadis telah berdiri mematung: menunggu diri ini. Dia adalah rekan satu organisasi yang memang telah janjian bertemu sebelumnya. Sang rekan telah tiba sejak jam 8 sepertinya (so sorry ya kawan! :P). Tanpa membuang waktu kami pun bergegas menuju lantai paling atas gedung 3 lantai tersebut. Begitu tiba, kami langsung disambut oleh meja penerima tamu sekaligus tempat registrasi. Setelah menyerahkan berbagai persyaratan yang ditukar dengan beberapa fasilitas sperti notebook, ballpoint, dan pin, kami pun segera mengambil posisi duduk. Masih 30 menit menuju pembukaan, dan kamipun diperslakan untuk menyantap hidangan pembuka dalam sesi coffee break yang telah disediakan oleh panitia. Lumayan, sepotong brownies dan sebuah kue ape menjadi sajian pembuka yang cukup bagi perut ini yang telah diisi nasi goreng sebelumnya.

Sekitar jam 9, pembukaan pun dimulai. Dimulai oleh laporan Ketua Pelaksana dan diakhiri oleh Pembukaan acara secara resmi oleh PCM Sukajadi, yang berlangsung selama hampir 1 jam. Beres pembukaan, tanpa menunggu lama materi pertama pun disampaikan. Berhubung, pemateri yang dijadwalkan disampaikan pertama kali masih ada urusan lain sehingga belum tiba di lokasi, maka matei pertama pun diisi oleh Ketua Umum PCM Sukajadi mengenai “Writing Lecturer”. Satu jam berlalu, materi pertama pun berganti dengan materi ke-2, kali ini berjudul “Mengikat Makna, Menjemput Cinta” yang disampaikan oleh Ali Muakhir, seorang penulis yang punya spesialisasi pada cerita anak. Ia berbagi pengalamannya seputar dunia kepenulisan dan sempat melakukan sedikit simulasi yang intinya mengajak peserta untuk menyadari bahwa ide itu ada dimana-mana, tinggal bagaimana kita meraciknya ke dalam sebuah tulisan. Sesi ini sebagaimana sesi sebelumnya berlangsung selama kurang lebih satu jam, dan diakhiri dengan sesi tanya jawab. Sayang, pertnyaan yang hendak dismpaikan oleh mulut ini tak sempat terucap karena keterbatasan waktu mengingat adzan dzuhur sudah menyapa. Akhirnya resume dari sang moderator menutup sesi awal kegiatan tsb.

Sekitar jam 12, waktunya ISHOMA. Tapi, sepertinya lebih tepat disebut IMASHO karena begitu waktunya istirahat, para peserta memilih untuk menyantap makan siang terlebih dahulu sebelum menunaikan ibadah shalat Dzuhur, modusnya apalagi kalau bukan dalil orang lapar “mending makan inget shalat, daripada pas shalat inget makan!”, ya begitulah kalau prut sudah tidak bisa diajak kompromi apalagi ditambah dengan menu yang cukup menaikkan selea makan: sejenis h*ka-h*ka b**to, makanan khas jepang gitu deh. Berhubung makanan khas Jepang maka makannya pun dengan menggunakan sumpit, namun meski begitu panitia berbaik hati menyediakan sendok bagi mereka yang kesulitan ataupun merasa ribet menggunakan sumpit. Bahkan, tak sedikit bapak-bapak yag memilih makan menggunakan tangan daripada harus bergulat dengan sumpit yang mungkin mengurangi kenikmatan. Setelah beres makan, kami pun melaksanakan ibadah shalat dzuhur di mushala yang berlokasi di belakang gedung kegiatan tsb.

Sekitar jam 13, kembali di ruang kegiatan, menanti materi ketiga dengan judul “Menulis dan Aktivitas Dakwah”. Inilah materi yang seharusnya hadir di awal dengan pemateri dari PDM. Sebetulnya materi ini berlangsung tidaklebih dari satu jam sebagaimana 2 materi awal, namun suasana siang yang melenakan ditambah perut yang lumayan kenyak, dan didukung oleh pemnyampaian materi yang cenderung satu arah merangsang hadirnya rasa kantuk yang menyebabkan sesi ini terasa begituuu lamaa! Dan rasanya itu manusiawi *alibi! hehe*. Berakhirlah materi ketiga yang tanpa ada seorang pun mengajukan pertanyaan yang entah karena sudah mengerti, atau sama sekali tidak mengerti (yang ini bisa jadi juga karena faktor ketidakkosentrasian akibat kantuk).

Tidak lama kemudian, sekitar jam14, materi ke-4 pun menyambung. Kali ini Bang Aswi, salah seorang pendiri FLP Bandung, membawakan materi “Teknik Menulis Kreatif”. Di awal moderator mengenalkan pemateri, kami diminta menyiapkan alat tulis, dan otak ini pun langsung bergumam “waaah..akhirnya, praktek!”serayan diamini oleh hati ini. Namun, hampir setengah sesi berjalan, tanda-tanda praktek tak kunjung terlihat sampai di seperempat sesi terahir, barulah sang pemateri meminta kami menuliskan pengalaman kami hari itu dari mulai bangun tidur hingga saat itu dalam selembar kertas. “menceritakan pengalaman sendiri adalah hal yang paling gampang dituliskan” katanya. Dalam waktu 5 menit selesai tidak selesai kami harus berhenti, dan 3 orang di antara kami diminta membacakan hasil tulisan kami. Yang menarik adalah, hampir semua yang membacakan tulisannya seolah sepakat bahwa beberapa materi cenderung membosankan cara penyampaiannya dan bermuara pada rasa kantuk. Jadi tidak salah donk kalau diri ini mengatakan ngantuk itu manusiawi *kekeuh! heu*. Sedikit kecewa sih, pasalnya ekspektasi awal diri ini mengira sesi ini akan lebih banyak praktek menulisnya. Materi ke-4 pun kembali diakhiri tanpa satu pertanyaan pun.

Sekitar jam 15, waktunya ISHOMA berikut coffee break, sebagaimana ISHOMA yang berikutnya kali ini pun kembali susunannya santap snack dahulu baru kemudian shalat. Jam 16, kami pun menginjak kepada dua materi terahir: Jurnalisme dan Role Playing. Kami dibagi ke dalam 4 kelompok yang telah ditentukan sebelum IMASHO tadi, dan setelah mendapat penjelasan awal yang terlalu cepat seperti diakui oleh pematerinya sendiri, Kang Roni, kami pun diminta merencanakan membuat satu media jurnalistik entah itu berupa bulletin, majalah, atau pun online. Setelah merumuskan dan menyalinnya dalam selembar kertas pleno, masing-masing perwakilan kelompok pun mempresentasikan hasil diskusinya dan kemudian ditanggapi oleh kelompok lain. Sempat terjadi kerusuhan kecil saat sesi tanggapan berlangsung, yang cukup mewarnai kegiatan tsb. Sesi terahir pun segera ditutup dngan kesimpulan dari k’Roni selaku pemateri.

Sekitar jam 17.30, seluruh kegiatan pun telah selesai dilaksanakan dan sebelum upacara penutupan digelar terlebih dahulu dipilih ketua angkatan. Rekan satu organisasi diri ini yang saat itu menjadi perwakilan dari PD NA sekligus menjadi moderator dan MC akhirnya disepakati menjadi ketua angkatan dalam kegiatan tsb. Tibalah kami di penghujung kegiatan, sambutan dari PCM Sukajadi sekaligus menutup gelaran ini. Akan tetapi, sebelum bubar kami diminta berkumuluntukkeperluan foto bersama terlebih dahulu. Setelah itu kami pun bubar. Kegiatan Workshop ini sebenarnya sangat bermanfaat, sayang waktu yang terbatas membuatnya jadi hanya semaca ajang perkuliahan yang dipenuhi teori; sementara prakteknya sangat sedikit porsinya. Meski demikian, tak ada yang sia-sia, setidaknya diri ini sedikit banyak lebih termotivasi untuk terus menulis dan menulis, dan tak lupa juga meningkatkan frekuensi membaca sebagai sumber informasi utama untuk bahan tulisan diri ini. Selain itu, diri ini pun jadi mengetahui bagaimana langkah awal untuk menerbitkan sebuah media, entah itu Koran, majalah, bulletin, dll.

Waktu hampir menunjukkan jam 18 yang artinya adzan maghrib akan segera dikumandangkan maka diri ini beserta beberapa rekan lainnya pun memutuskan untuk melaksanakan shalat maghrib dahulu sebelum kembali ke rumah masing-masing. Bererapa belas menit kemudian kami pun beranjak meninggalkan gedung itu untuk kemudian menyebrangi jalan dan pulang. Diri ini pulang dengan ditemani oleh dua orang rekan satu daerah tempat tinggal. Dengan menempuh sekitar satu jam perjalanan dan dua kali nai angkot, kami pun tiba di negeri beling, Cicadas.

Sekitar jam 19.30, diri ini pun tiba di rumah. Sajian I*B menyambut saat diri ini masuk ke dalam rumah. Tanpa sempat berganti baju, diri ini hampir terlelap ketika waktu baru lewat beberapa menit saja dari jam 20. Namun, disela kesadarannya diri ini ingat elummenhabiskan beberpa suap nasi dan belum menunaikan shalat isya. Dengan cukup berat, tubh ini pun dipaksa untuk bangkit. Setelah menghabiskan nasi yang tinggal beberapa suap dalam tempo belasan menit dilanjutkan dengan menyeruput kopi seduh dingin yang sudah dibeli beberapa menit sebelumnya, rasa kantuk itu makin menjadi bukannya berkurang. Maka tubuh ini pun ingin rasanya dihempskan ke kasur nan empuk. Saat langkah kakiini dilangkahkan menuju kamar diri ini, betapa kagetnya diri ini ketikamenyaksikan tiga onggok tubuh manusia terbujur di kasur dengan posisi malang-melintang, “no space” piker otak ini. Dengan sedikit tenaga tersisa, tubuh ini pun digopoh menuju kamar tidur utama yang kosong melompong karena penghuninya adalah tiga onggok manusia tadi yang hijarah ke kamar diri ini. Tanpa berpikir panjang, segera tubuh ini dihempaskan ke atas kasur yang sebenarnya dipenuhi oleh baju-baju dan beberapa dokumen milik penghuni kamar itu.

Dua potong pakaian ganti masih dalam genggaman ketika mata ini hampir terpejam. Di ujung kesadaran, tangan ini sekuat tenaga mendorong lagging untuk diganti oleh training. dengan sedikit susah payah akhirnya berhasil! belum sempat kaos yang masih ditangan dikenakan, mata ini sudah tak mampu di ajak berkompromi, dan fikiran ini pun suah berada entah dimana menghilang dari alam sadar, terlelap dalam balutan kemeja dan tanpa sempat untuk bangkit barang sejenak guna menunaikan shalat isya. Selamat malam dunia...

***

epilog

Jiwa ini kembali ke alam sadar berjam-jam kemudian. Dan ketika mata ini terbuka jam di handphone menunjukkan jam 2.10. Dengan sedikit diperas,otak ini mencoba mengingat saat-satat menjelang terlelap, seraya hati bertanya-tanya “haduhh..udah shalat elum yah? shlat, belum? shalat, belum?”, dan setelah beberapa saat berpikir cukup keras ingatlah otak ini bahwa diri ini belum menunaikan salah satu kewajiban yang juga kebutuhannya: shalat isya. Maka, setelah mengumpulkan tenaga sejenak dan dilengkapi dengan rasa kebelet yang sudah di ujung tanduk, bergegslah kaki ini dilangkahkan menuju kamar mandi. Kelegaan pun menyapa pasca melngeluarkan beban cairan yang sudah penuh sedari tadi, pun kesegaran yang mampu mengusir kantuk ini setelah air wudlu membasuhi bagian-bagian tubuh yang memang semestinya dialiri air tersebut. “Ahh..segarnya!” pekikku dalam hati. Tak lamakemudian segeralah mukena membaluti tubuh ini, menghangatkan tubuh yang kedinginan oleh percikan air dan udara malam yang menusuk. Takbiratul ikram pun dikumandangkan…

Minggu, 25 Juli 2010

The Beginning

Well, after I’ve attended “creative writing workshop”, I learnt some important points toward writing and also a little of journalism. One of them is keep writing: just writing first, and thinking about it in the next step. Besides, we had to be consistent and total. And, we were also introduced with the basic thing that we had to do when we are going to produce a media of journalism, whether it was bulletin, magazine, or online. Over all, this workshop is quite interesting even though in some sessions I found it quite boring, and the material given was not really covered what should a writing workshop given since the time allocated was limited. And, after participated in that event, I owed to my own self to do writing everyday, anything! So, check it out here everybody..

Kamis, 22 Juli 2010

Niatmu; Niatku

Ku tak pernah berniat menyakiti orang lain

Meski mereka menyakitiku

Ku tak pernah bermaksud tuk menyinggung orang lain

Meski mereka menyinggungku

Ku tak pernah berhasrat mencaci orang lain

Meski mereka mencaciku

Ku tak pernah ingin melukai perasaan orang lain

Meski mereka melukaiku

Ku tak sanggup mengacukhkan orang lain

Meski mereka mengacuhkanku

Ku tak berhak memandang rendah orang lain

Meski mereka memandang rendahku

Ku tak bisa mencurangi orang lain

Meski mereka mencurangiku

Ku tak tega mengasari orang lain

Meski mereka mengasariku

Ku tak sanggup mebohongi orang lain

Meski mereka membohongiku

Ku tak berniat menghianati orang lain

Meski mereka mengkhianatiku

Tapi aku

Berusaha untuk selalu jujur pada orang lain

Meski mereka berlaku curang

Berjuang untuk menjadi adil pada orang lain

Meski mereka senantiasa berpihak

Mampu memaafkan orang lain

Meski mereka sulit memaafkanku

Bisa mengasihani orang lain

Meski mereka tak mau mengasihaniku

Tergerak membantu orang lain

Meski mereka tak pernah menolongku

Kosisten akan ucapanku pada orang lain

Meski mereka pandai bersilat lidah

Setia akan janjiku pada orang lain

Meski mereka sering kali ingkar

Berusaha untuk tulus berteman dengan orang lain

Meski mereka mempunyai maksud tertentu

Berusaha untuk senantiasa menghargai orang lain

Meski mereka tak bisa menghargaiku

Ingin memahagiakan orang lain

Meski mereka tak peduli dengan kebahagiaanku


Bintang#12, July 22th, 2010

By Ku yang Memang Begitulah Aku..


[Bukan] Syair Pujangga

Tak bisa ku merangkai kata

Yang indah bak seorang pujangga

Ku hanyalah seorang insan

Yang berusaha tuk senantiasa jujur

Dalam setiap coretan kata

Yang kutuliskan di atas catatanku


Tak mampu ku menggubah syair

Yang elok bak penyair

Ku hanyalah seorang hamba

Yang berusaha tuk senantiasa ikhlas

Kala melantunkan setiap huruf

Yang termaktub dalam wahyu-Mu


Tak sanggup ku menjadi sempurna

Yang terma’sum dari dosa bak para nabi dan rasul-Mu

Ku hanyalah seorang umat

Yang berusaha tuk senantiasa

Menjauhi larangan-Mu,

Dan menjalankan perintah-Mu,

Bukan tuk menjadi sempurna,

Hanya demi menjadi makhluk-Mu yang bertaqwa

Ketaqwaan yang (semoga) bisa membawaku

Bertemu dengan Muhammad, rasul-Mu

Dalam surga-Mu..


NegeriBeling, 220710

By an ordinary people...