Rabu, 23 Januari 2013

Sang Pialang: Mahalnya Kepercayaan Orang Terdekat



Awal pekan lalu, penulis dibuat kaget dengan tweet-nya bang Vino GB tentang rilis film terbarunya yang ternyata dibintangi juga oleh Velove Vexia.  Padahal penulis tahunya film teranyar bang Vino yang bakal rilis itu ya ‘Madre’ yang entah kapan tanggal rilis pastinya.  Penasaran, akhirnya penulis pun mencari sinopsis dan melihat trailer-nya.  Aneh! Rasa penasaran yang menggebu malah jadi kelelep sampe palung terdalam *lebay*.  Tapi iya, begitu baca sinopsisnya penulis jadi teringat sama film-film sejenis Bila, SKUT, dan film-film lain yang bercerita tentang pesakitan, (inginnya) menguras air mata, dan pastinya berujung kematian salah satu tokohnya.  Jenis drama yang entah kenapa kurang menarik perhatian penulis.  Padahal secara poster—disamping faktor bang Vino-nya—film ini cukup menarik perhatian penulis lho dibanding satu film lain yang dijadwalkan rilis di tanggal yang sama, Sang  Pialang.  Secara poster, film besutan Asad sebenarnya kurang menarik bagi penulis, tapi pas liat yang mejeng di posternya tidak ada alasan untuk tidak menjadwalkan menonton film ini.  Dan, akhirnya tanpa ragu di premiere kedua film tersebut, akhirnya penulis dengan seorang teman akhirnya memilih menonton film pertamanya mas Abimana di tahun 2013 ini. 
***
 
"main saha itu rumusnya cuma dua: insting dan timing"
                                               "sebenernya SUJU itu wajib militer gak sih?"

Mahesa (Abimana) adalah seorang broker di Barata Sekuritas, perusahaan pimpinan Rendra (Pierre Gruno) yang sekaligus ayah dari rekan sekaligus sahabatnya, Kevin (Christian Sugiono).  Meski bersahabat karakter mereka cenderung bertolak belakang: Mahesa yang lurus nan konservatif; Kevin ambisius di tengah kemodernannya.  Tiga orang alinnya menggenapi lingkaran persahabatan mereka: (Mario Irwinsyah), (Alblen), dan satu-satunya perempuan Analea (Kamidia Radisti).  Kelimanya bergerak di bidang yang serupa tapi tak sama (yang jelas gaji yang mereka dapet per bulannya nampak bejibun ya dari gambaran ngelunch di restoran-nongkrong di cafe mulu-rutin clubbing-belanja merk).  Bahkan Analea terlibat cinta segitiga dengan Mahesa dan Kevin.

Prestasi Mahesa yang menuai pujian dari bosnya yang tak lain ayah Kevin, menanamkan rasa iri pada diri sahabatnya itu.  Belum lagi perihal Analea yang sering kali begitu jelas memberikan kode pada Mahesa yang malah terlalu naif untuk menyadarinya.  Makanya Kevin sampai rela menghalalkan segala cara untuk mengangkat posisinya di mata rekan-koleganya, dan terutama sang ayah.  Bahkan Analea yang sudah lelah meksimal dengan ketidakpekaan seorang Mahesa rela diresmikan sebagai sepasang kekasih dengan Kevin.  Dan, ya, dalam tempo sebentar saja ia sudah bisa membeli jam tangan baru, menghadiahi tas ternama untuk Analea, hingga promosi jabatan, yang sayangnya diraih dengan cara yang kurang bersih tadi.

Sementara itu, posisi Mahesa yang sedang agak menurun menyebabkannya kehilangan seorang bawahan yang beralih ke kevin.  Belum lagi sang ayah masuk rumah sakit setelah mendengar kalau nilai saham yang dibelinya anjlok terus menerus.  Maklum saja, butuh waktu lama bagi Mahesa untuk meyakinkan sang ayah agar mau menginvestasikan uangnya di bursa saham, ketimbang di bisnis jual-beli tanah sebagaimana kebiasaanya.  Keluarga Mahesa, terutama ayahnya, yang digambarkan sebagai muslim taat memang meragukan kehalalan bisnis saham yang dianggapnya menyerupai judi.  Dan dalam hal ini Mahesa yang di kantor merupakan seorang broker ulung pun sering kali tak bisa berkutik.

Ternyata api akan selalu menimbulkan asap, itulah yang terjadi pada Kevin.  Ia kelabakan saat salah seorang nasabahnya ingin menarik seluruh uang yang memang merupakan hakknya.  Ia berada di masa kritis.  Apalagi hubungannya dengan Mahesa tengah bermasalah sejak ayah sahabatnya tersebut masuk rumah sakit.  Pun dengan Analea yang kecewa berat setelah mendapati Kevin mencuri data milik perusahaanya. Melapor apalagi mengadu pada ayahnya pun hanya akan merusak kepercayaan yang sudah diidam-idamkannya sejak lama itu.  Sementara itu, Pak (Ferry Salim) terus mendesak supaya uangnya segera dicairkan... Apakah Kevin mampu mengatasi masalah ini sendirian?  Apakah Mahesa, Analea, dan dua sahabatnya yang lain akan membantunya? Bagaimana reaksi ayah Kevin? Saksikan akhir kisah empat sekawan ini hanya di bioskop terdekat kesayangan Anda. Yuk nonton sana yang penasaran. ;D


***
Filmnya asik sih, seger gitu liat tampilan fresh nan trendy para tokohnya sebagai para eksekuti muda yang bergelimang gaji pula.  Asik pula liat tempat kongkownya macam restoran dan kafe yang cozy nan ekslusif.  Pusing juga dijejali kerlap kerlip lampu diskotik di beberapa scene. Tapi disegerin lagi matanya oleh tongkrongan para tokoh yang so pasti berjenis mewah.  Rumah Kevin, apartemennya...semua bikin mata ngiler!  Iya bikin ngiler, iya bikn, ngiri, tapi juga bikin mikir: buset dah ini gajinya sebulan pada berapa ya.  Menggiurkan! 

Film Sang Pialang ini sesuai judulnya mau mengangkat tema tentang bisnis saham yang menggiurkan di satu sisi, tapi penuh resiko di sisi lain. Penulis sebagai penonton awam seenggaknya jadi tahu oh gitu toh yang namanya bursa saham.  Cuma kalau ditanya ngerti enggak? Jawabannya absolutely enggak.  Penulis cuma tahu (bukan ngerti) kalau main saham itu rumusnya Cuma dua: insting sama timing.  Beli saham perusahaan yang serba positif review-nya, kalau harga lagi terjun jangan panik, sabar, tahan dulu aja sahamnya, tunggu sampai naik lagi baru dijual.  Dan satu lagi: jangan main-main dengan dana nasabah kalau gak mau senasib sama Kevin! Hii.  That’s all, no more.

Di luar persahaman yang penulis dapet dari film ini adalah tentang mahalnya kepercayaan dari orang terdekat.  Sebagaimana menimpa tokoh Mahesa dan kevin.  Jika Mahesa digambarkan susah minta ampun meyakinkan ayahnya tentang prospek pekerjaan di dunia saham dan sejumlah keuntungan bersaham ria, maka Kevin kesulitan mendapat kepercayaan sebagai broker unggulan dari ayahnya.  Disamping itu tokoh Mahesa hadir sebagai sosok wise yang berusaha mengedepankan kejujuran di tegah arus pekerjaan yang tidak menentu. Kevin sendiri bukan murni antagonis, hanya caranya merebut simpati sang ayah yang membuat ia menghalalkan segala cara.  Memnag di situlah dilemanya, pendekatan pada keluarga yang notabene lingkungan terdekat kita, justru pada prakteknya menjadi bagian tersulit. Sepakat. 

Konflik asmara antara Kevin-Analea-Mahesa mampu  memberi warna tersendiri beserta tingkah memancing tawa dari dua sahabat mereka yang lain.  Bertebarannya #kode dari Analea untuk Mahesa di sepanjang film salah satu yang bikin penulis mesem-mesem sendiri.  Ada ya sosk setiis Mahesa.  Ketidakpekaan maksimal.  Tapi ya di sisi lain mungkin memang Mahesa diciptakan sebagai tipe lelaki yang tidak suka mengumbarkan keromantisannya.  Untung, satu adegan di penghunjung film bisa jadi penebus semua ketidakpekaan Mahesa di sepanjang durasi sebelumnya. 

Jujur aja pas nonton film ini, konsentrasi penulis sedang tidak penuh.  Ada lah sesuatu hal yang menganggu keasyikan menonton penulis.  Tapi tenang saja, itu semua bukan berasal dari dalam film ini, tapi faktor eksternal kok.  Chemistry kedua tokoh utamanya, plus satu tokoh pemanis, dan dua tokoh pelengkap bagi penulis terbangun manis.  Dan kalau ditanya tokoh favorit dan scene favorit iyu pokonya yang meilbatkan dua sejoli sahabat Mahesa lainnya.  Kehadiran tokoh lain sebagai penopang cerita juga menurut penulis pada porsinya kecuali kemunculan beberapa tokoh cameo yang sambil lalu saja.   

Secara keseluruhan, yap, film ini sangat bisa dinikmati.  Hey, ini Indonesia bung.  Mau tema apapun, tetep unsur dramanya nomor satu.   Tapi paling gak ini bukan drama pengumbar air mata.  Yang ada malah mata kita dimanjain sama yang bling bling.  Selamat menikmati film-nya. :D


Tidak ada komentar: