Sabtu, 14 April 2012

HI5TERIA


Peringatan: REVIEW ini mengandung SPOILER, jadi yang masih  pengen menyimpan rasa penasarannya disarankan untuk tidak membaca postingan ini. :D


Rabu kemarin penulis baru saja menyaksikan film Indonesia terbaru berjudul “HI5TERIA”.  Film horor minus adegan dan tampilan esek-esek berikut tanpa kemunculan mbak kunti, mas pocong, dkk.   Baca beberapa reviews, hasilnya banyak yang manyambut positif.  Meskipun digarap oleh lima sutradara muda, namun ada nama Upi Avianto di kursi produser sekaligus mentor kelimanya.  Hasilnya?  Begini nih kurang lebih “HI5TERIA” yang terbagi dalam lima segmen cerita ini berkisah….

1 # Pasar Setan
Director         : Andrianto Dewo
Cast               : Tara Basro, Dion Wiyoko,
Mengisahkan tentang Sari yang tersesat di hutan saat tengah dalam pendakian bersama sang kekasih, Jaka.  Sari akhirnya suatu hari bertemu dengan Zul yang terpisah dari dua teman pendakinya yang lain.  zul yang iba pada Sari akhirnya bersedia membantu Sari  mencari Jaka.  Di tengah pencarian, sampailah mereka ke hutan terlarang yang bisa membawa kita masuk ke dimenasi waktu yang lain.  Sari yang sempat memasukinya udah memperingati Zul untuk segera meninggalkan tempay itu, namun Zul yang penasaran malah terus menerobos masuk.  Akhirnya kejadian yang dialami Sari pun terjadi pada Zul.  Ia tersedot dalam dimensi waktu yang berbeda, bahkan dengan Sari.  Dia akhir kisah, di papan penumuman orang hilang di pos pendakian Gunung Dieng dipasang foto Zul yang diinfokan hilang sejak 2011 tepat di bawah foto lusuh Sari yang tertulis hilang sejak 1990.  Ada apakah sebenarnya di hutan terlarang tersebut?

2 # Wayang Kulit
Director         : Chairunnisa
Cast               : Maya Ontos, Sigi Wimala
Synopsis        :
Wayang kulit masih mengmbil daerah Jawa sebagai latar belakang.  Adalah Nicole, seorang turis yang tertarik meliput kisah wayang kulit yang semuanya diperankan perempuan secara tidak sengaja menemukan konde milik Sigi, salah seorang sinden yang selalu memegangi pipinya.  semenjak itu, ia mulai dihantui sejumlah teror dari suara-suara misterius juga bayangan dari wayang dengan kuku tajam yang seolah hendak menerkamnya.  Ditambah lagi, ia sempat tertusuk oleh konde tersebut.  Hingga satu hari di tengah pertunjukan wayang lainnya, ia yang dilanda kecemasan akhirnya memberanikan diri mendekati sisi ‘panggung’ yang diambt tatapan marah sang dalang.  Rupanya tusuk konde itu benar-benar membawa masalah, ketika ia mengejar Sigi yang berlari ke hutan, didapatinya bekas luka menganga di pipi kiri sang sinden.  Belum usai kekagetannya, sebuah pukulan dari belakang menghilangkan kesadarannya.  Ketika  sadar ia sudah terjebak di rumah si dalang yang memburunya.  Sekuat tenaga ia berusaha berontak dan keluar dari rumah yang gelap dan bau amis itu, namun sia-sia  bahkan ketika sudah keluar pun ia tetap harus berhadapan dengan orang yang selama ini ia percayai.  Selamatkan ia?

3 # Kotak Musik
Director         : Billy ChristianNicholas Yudi
Cast               : Luna Maya, Kris Hatta
Synopsis        :
Suatu malam, Farah dan koleganya Rio sedang menjalankan misi berburu hantu di sebuah bangunan tua.   Di tengah-tengah misinya, Farah mendapati seorang nenek gendut yang berjalan ke arah mereka dan masuk ke satu ruangan yang menyisakan boneka dan kotak musik yang menarik perhatian Farah.  Rupanya apa yang dilihat Farah itu tidak dilihat oleh Rio, pun tidak nampak di layar.  Namun, Farah yang seorang dosen lulusan terbaik dari salah satu universitas ternama di luar negeri, menganggap bahwa  itu tidak lebih dari halusinasi yang mempengaruhi pikiran seseorang.  Maklum saja, ia merupaka seorang yang tidak percaya dengan keberadaan hantu.  Hal ini terbukti dari tulisan best seller nya dengan judul “There Is No Ghost”.  Padahal ini sangat kontras dengan kenyataan bahwa ia sesungguhnya memiliki kemampuan melihat mereka yang berada di alam lain.  Namun,  ego intelektualitas dan logikanya lahh yang membuatnya mennafikan kekuatannya itu.  Perlahan namun pasti Farah pun tak mampu mengelak lagi dengan “kemampuan istimewa”-nya semenjak ia membawa pulang Kotak Musik dan Boneka lusuh tempo hari.  Akankah Farah “menyerah” untuk (akhirnya) menerima kemampuannya?

4 # Palasik
Director         : Nicholas Yudifar
Cast               : Imelda Therine, Poppy Sovia
Synopsis        :
Alkisah suatu waktu di masa lampau, hidup seorang wanita muda yang tengah hamil besar mendengarkan musik dengan syhadu di suatu senja yang tenang.  Tiba-tiba ia yang seorang diri terganggu dengan kelebatan-kelebatan aneh.  Ia pun bergegas menutup pintu.  Namun, saat pintu hampir saja tertutup sang wanita menjerit sejadi-jadinya, dan adegan pun beralih ke masa sekarang.  Vina yang tengah hamil besar diajak sang suami yang duda satu anak berlibur ke villa milik rekan kerjanya bersama-sama sang anak tiri.  Villa tua yang terletak di tengah-tengah hutan ini nampak asri dan tenang sehingga sangat cocok dijadikan tempat melarikan diri sejenak dari hiruk pikuk Jakarta.  Villa yang dijaga seorang bisu tersebut semakin lama semakin menimbulkan banyak keanehan bagi Vina.  Terlebih setelah ia secara sengaja tidak sengaja masuk ke satu kamar yang sedari awal telah diperingatkan terlarang dimasuki.  Di ruangan yang gelap gulita tersebut, ia dalam remang-remang cahaya korek api menemukan satu buku usang yang ternyata berisi tentang satu ilmu kanuragan yang disebut Palasik (asal Padang).  Selain itu tergantung pula  satu lukisan pengantin dalam busana adat Padang dengan muka sang istri tersamarkan.  Semakin keanehan menjadi, semakin penasaran ia sampai akhirnya satu fakta tak terduga menyesakannya.  Rupanya keanehan dan berbagai ancaman itu justru datang dari orang terdekatnya yang ia sadari setelah untuk kesekian kali masuk ke ruangan terlarang itu.  ia pun sadar bahwa di villa itu ia sesungguhnya sedang bertaruh nyawa.  Siapakah sebenarnya yang menginar nyawa Vina?  Dan untuk apa?

5 # Loket
Director         : Harvan Agustriansyah
Cast               : Ichi Nuraini, Bella Esperance
Synopsis        :
Seorang gadis muda penjaga loket mendapat tugas jaga shift malam di suatu parkiran gedung yang sangat sepi dan kelam.  Setelah berjibaku membenarkan lampu yang nyala-mati, ia pun mesti kembali berjibaku mengurusi palang yang tiba-tiba macet.  Di tengah usahanya, ia merasakan sejumlah hal yang menaikkan bulu kuduknya.  Keheningan dan dinginnya malam makin meniutkan nyalinya, apalgi usahanya membetulkan palang pun masih belum berhasil.  Putus asa, ia pun kkembali masuk ke dalam loket.  Ditemani satu computer  usang yang sudah mulai sering eror, tiba-tiba ia merasa ada yang melempari kaca loket dengan kerikil.  Sekali, dua kali, hingga setelah sekian kali ia pun penasaran dan bergegas keluar loket menari sumber lemparan.  Ternyata di luar ia malah menangkap sesosok bayangan wanita yang seperti tengah bermain petak umpet bersamanya.  Mendapati banyangan tersebut hilang dengan segera, ia pun kembali ke loket.  Lampu tiba-tiba mati, sebuah mobil yang dikendarai perempuan yang dilihatnya mmelaju ke arahnya, palang masih belum mau terbuka.  Ia yang ketakutan berusaha meminta pertolongan melalui hand phone dan walky talky, sayang semuanya sia-sia.  Si perempuan yang ternyata telah berumur tersebut sudah tidak ada di mobil, dan dimulailah mimpi buruk si gadis.  Dalam satu titik ketika ia kehilangan kesadarannya, tiba-tiba ia terbangun dan mendapati sosoknya yang tengah bertransaksi dengan satpam setempat.  ia pun mengikuti sosok tersebut hingga mendapati sosoknya tengah terlibat sesuatu dengan wanita yang menerornya tadi?  Apa yang sebenarnya terjadi?
***
Terhitung sejak Rumah Dara, penulis yang sebenarnya anti film horor atau thriller dan sejenisnya mulai memberanikan diri untuk menyaksikan genre tersebut dengan satu syarat yang mutlak mesti terpenuhi: TIDAK SEORANG DIRI.  Ya, kalau untuk genre film lain penulis bisa saja memaksakan nonton seorang diri, akalu untuk tipe ini: AMPUUUUN!

Anyway, ini film oke  BGT lah efek horornya, kalau pinjem kata-ka temen sih gini “tuh kan horor Indonesia itu mistis BGT, mending horor Barat deh”.  Penulis aja ya nulis ini sambil nginget lagi adegan filmnya, dan hii…masih kerasa lah efek horornya! Buat yang ngaku pecinta horor buruan gih ke bioskop terdekat sebelum terlambat!  However, ini film Indonesia loh, yang masa tayangnya…um….gak akan lebih dari satu minggu aja kalau filmnya gak laku.  Gak laku disini in term of quantity ya not quality!

O,ya, seperti biasa ada sejumlah unique things dari film ini yang kali ini bakal penulis jadiin penutup resensi yang gak kelar-kelar sejak minggu lalu ini…heu
  • ·        Di “Wayang Kulit”, pas adegan tangan Nicole ketusuk itu darahnya entah efek kamera apa gimana jadi lebih nampak oranye dibanding merah selayaknya darah.  Jadi kayak tinta magentanya itu loh printer infus…. Heu
  • ·   Setting villa di “Palasik” reminds me of setting “Rumah Dara”.  Entah kenapa berasa yakin kalau itu emang rumah yang sama kayak rumahnya bu Dara.  Meskipun di “Palasik” sudut pengambilan gambar rumahnya diambil dari sisi depan juga (yang jadi malah mirip rumah “The Perfect House” kalau tampak depan), tapi tetep penulis yakin itu rumah yang sama sama tempat pencacagan tamunya Ibu Dara itu.  Nah, apalagi salah satu cast-nya Imelda Therin, si anak bungsunya bu Dara yang suka mancing para ‘mangsa’ itu loh, makin berasa nostalgia “Rumah Dara”!  Bedanya sekarang, doi yang dulu pemangsa, kini jadi yang dimangsa!

  • ·       Among five, the most impressive one for me is the first “Pasar Setan”.  Gak ada penampakan aneh, gak ada ceceran darah, gak ada suara misteius, tapi terjebak di satu waktu dan tempat yang sama sendirian seterusnya bener-bener waw.
  • ·    The unique thing is that those five stories are directed by five young and talented directors.  The fact that only one among five directors who is the girl, and she direct a women-movie “Wayang Kulit”.  Women-movie because almost all of the main cast are women except one.

Tidak ada komentar: