Sabtu, 14 Januari 2012

Kisah Puisi Misterius


Well, hai visitor, udah lama juga yaa penulis gak mem-posting sesuatu, padahal penulis masih ada satu resensi film INDONESIA sana Sinema Wajah Indonesia yang masih dalam bentuk draft dan masih (selalu) belum sempat terselesaikan akibat selain faktor kesibukan *ceileeeh* juga faktor mood yang sedang tidak bersahabat. 

Naah dalam potingan kali ini, memanfaatkan momen Saturday night penulis mau sedikit berbagi kisah yang kalau penulis inget-inget itu suka bikin mesem-mesem sendiri lah saking entah ya apa ini suatu kepolosan apa suatu kecuekan.  Yang jelas sih, kisah ini berhubungan deh sama malam ahad versi orang-orang, catch it? Yaa, kalau film genrenya romantic comedy kali ya..heu penasaran? Chek this out!
***
Kisah ini berlangsung sekitar lima hingga enam tahun lalu, emm..pokoknya tahun 2006 pertengahan.  Tentang sepasang anak manusia, lelaki dan perempuan.  Perempuannya siapa? Yap penulis, lelakinya? Teman sekaligus rekan lelaki penulis.  Teman dan rekan, lebih tepatnya rekan seorganisasi.  Bukan, sama sekali bukan rekan hati meskipun ada hubungannya.

Ya, jadi yah konon sang lelaki yang usianya hanya terpaut tujuh bulan (lebih muda) saja (yang sebenernya teteup aja ya masalah buat penulis mah—don’t ask why, I think it’s too personal ya, human right) memiliki satu ketertarikan khusus sama penulis yang biasa disebut oleh orang-orang sebagai perasaan suka.  Indikatornya? Banyak juga sih ya dari mulai kalau ngobrol nyerempet-nyerempet (you know lah visitor), suka nelfon-nelfon ke rumah (OMEGOD, jadi nyesel penulis malah masuki nomor rumah di satu formulir, tapi tarif HP juga kan tahun 2006 belum  se-serba murah meriah sekarang, heu) dengan topik yang kadang-kadaang terlalu dicari-cari, sampai yang agak unik ya yang bakal jadi inti cerita ini.

Jadi ya, suatu hari, sepulang rapat, si doi yang notabene secara hirarki oraganisasi berada di atas penulis tiba-tiba aja menyodorkan satu disket (tahun 2006 ya ketika yang namanya FD belum se-booming 1-2 tahun kemudian, saat disket meski sudah tidak lagi menjadi primadona, tetep masih dipake). “tolong dicekin dong,” katanya kurang lebih saat itu.  Tanpa panjang lebar meski kecurigaan sedikitnya ada ya penulis ambil saja “kan gak rugi juga ya  liatin doank mah,” batin penulis saat itu.  Dengan tanpa ada firasat apa penulis buka aja ya tuh disket.  Ada beberapa file yang penulis lupa ya pastinya berapa dan apa saja, tapi kemudian ada satu file berbentuk PPT kalau tidak salah yang agak-agak mncuri perhatian sekaligus mencurigakan.

Dan, saat penulis buka, jeng jeng jeng, puisi!  “Puisi?” sejuta keheranan menyergap otak penulis.  Well, baca penulis memutuskan untuk membacanya ya, gimana, penasaran juga.  Ketika beres, pelbagai pertanyaan lain menyusul pertanyaan awal penulis.  Isi pastinya penulis lupa, namun yang jelas isinya kurang lebih menunjukkan semacam ungkapan perasaan.  Perasaan apa? Entahlah, yang jelas bahasanya sih menyiratkan kekaguman, rasa tertarik, yah kind a romantic poem with romantic lyrics.  Sejuta perasaan berkecamuk ya di dada dan otak penulis, bodor, lucu, aneh, curiga, hingga takut dan risih!

Bodor dan lucu karena ya penulis fikir kan apa-apaan nih, kirain bakal puisi apa gitu yaa..eehh ujung-ujungnya puisi romantic-pop begitoh.  Aneh, ya iyalah, apa coba maksudnya masukin puisi itu di disket itu, jadi itukah inti dari oisi disket itu yang doi maksud?  Curiganya, itu tadi, apa dan kenapa bisa ada puisi itu di disket itu? Kalau maksudnya emang mau menunjukkan puisi itu, jadi? Nah, ini dia yang bikin takut. Ya, kebayang atuh kalau maksud doi emang mau nunjukkin puisi itu kan horor juga bagi penulis secara udah sangat menganggap teman, dan akhirnya kalau emang itu maksudnya kan malah jadi risih ujungnya (ya soalnya perasaan penulisnya sangat-sangat biasa aja sama doi jadi gimana donk, bukannya seneng deh aslinya, risih).  

Tapi, poin yang bikin menariknya adalah sebenernya penulis awalnya gak begitu ngeh loh dengan maksud implicitnya si doi.  Berhubung memang ada data lain yang emang lebih masuk akal untuk dilihat dan dicek, jadi yaa saat itu penulis anggap itu mah arsip pribadinya doi yang (tidak) sengaja tersimpan di disket yang emang baru memori kosongnya masih banyak itu.  Dan, udah deh, penulis liat ya udah beberapa hari berselang pas bertemu kembali sama sang empunya disket, penulis kembalikan tanpa ada satu firasat lain-lain apa pun alias tiis tiis wae, hahaha! 

“Gimana?” komentarnya kalau tidak salah saat penulis mengembalikan disket-nya? Apanya yang gimana kan ya fikir penulis.  Dan nampaknya ya yang gimana itu sebenernya puisinya.  Nah, berhubung penulis ceritanya gak ngerti dan cenderung pura-pura bahkan tidak mau mengerti ya  ditanngapi snetral mungkin sekalipun doi-nya udah serempet-serempet, as usual.  Dari sana udah deh casa close.

Cuma yaa, penulisnya baru ngeh gitu kalau itu puisi emang kayaknya sengaja ya ditulis dan dimasukkan ke disket itu dan kemudian disertakan file lain seolah emang iya ada sesuatu yang mesti dicek disana ataupun sebaliknya ya memanfaatkan dokumen yang hendak diperlihatkan pada penulis ya sekalian saja dimasukin deh tuh puisi.  Yang pasti itu sebenernya kind of a sweet thing yaa, tapi ahh jadi gararetek aja gitu penulis mah.  Apalagi ya kemarin-kemarin sempet ketemu dan sedikit berbincang lagi sama doi setelah hampir tiga tahunan gak ketemu dan satu tahunan paling Cuma saling bales senyum pas ketemu, kalau inget momen itu sungguh bukan Cuma senyum-senyu tapi malah mau ngakak!  Bodor abis lah kisah puisi itu! Heuu Sekarang ini kita lumayan sering ketemu ya soalnya kita kan masih berada di bawah naungan satu organisasi yang sama hanya dari segi komunikasi sudah sama  sekali tidak seintens dulu, doi pun sudah beralih ke lain hati sejak lama (alhamdulillah yak an artinya penulis tidak menzalimi anak orang lain..heu), adapun kisah puisi itu ya biarkanlah menjadi bagian dari kisah di masa beger penulis. :D

Tidak ada komentar: