Kamis, 16 September 2010

Darah Garuda - Merah Putih II

Sutradara: Connor Allyn, Yadi Sugandi
Penulis: Connor Allyn, Rob Allyn
Produser: Hashim Djojohadikusumo
Produksi: Media Desa Indonesia, Margate House
Rilis: 8 September 2010
Pemain: Lukman Sardi, Donny Alamsyah, Teuku Rifnu Wikana, Darius Sinathrya, Rahayu Saraswati, Asri Nurdin, Rudy Wowor, Atiqah Hasiholan, Aldy Zulfikar, Ario Bayu, Alex Komang.

Sinopsis:

Darah Garuda adalah sekuel dari film Merah Putih yang menghiasi layar emas setahun yang lalu. Kisahnya masih berkutat di perjuangan sekelmpok Tentara Rakyat yang masih tersisa pasca serangan tentara Belanda: Amir (Lukman Sardi), Thomas (Donny Alamsyah), Marius (Darius Sinathriya), dan Dayan (Teuku Rifnu Wikana).

Sebagai sekuel, cerita Darah Garuda melanjutkan perlawanan para TR yang belum usai terhadap Belanda. Cerita diawali pasca penyerangan empat sekawan tadi terhadap konvoi bahan bakar pasukan Belanda yang mengegerkan. Mereka menyita senjata dan bahan bakar yang tersisa serta sebuah mobil yang dikendarai Marius. Mereka tengah dalam perjalanan menuju pasukan Jendral Sudirman serta menyelamatkan Melati (Astri Nurdin) dan Senja (Rahayu Saraswati) yang di tempat lain dipekerjakan sebagai buruh di perkebunan teh bersama Lastri (Atiqah Hasiholan), seorang wanita "tangguh" namun penuh dendam pada Belanda.

Setelah berhasil menyelamatkan ketiganya, mereka bergegas menuju pasukan Jendral Sudirman. Malangnya, bahan bakar kendaraan yang mereka tumpangi habi sehingga terpaksa perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki. saat bermalam di tengah hutan, Lastri memilih jalannya sendiri dan pergi meningalkan rombongan Thomas dkk. Keesokan harinya, perjalanan pun silanjutkan kembali. Di tengah jalan mereka berpapasan dengan sejumlah pasukan khusus dibawah komando Sersan Yanto (Ario Bayu), yang ternyata salah seorang anak buah Jendral Sudirman. Bersama Yanto, akhirnya Amir dkk., sampai pula di
base camp padukan Jendral Sudirman yang sedang dalam keadaan sakit paru-paru. Karena kesuksesan meluluhlantakan konvoi bahan bakar pasukan Belanda, akhirnya Amir diangkat menjadi Kapten, sementara yang lain setingkat Letnan, dan mereka diberi misi khusus sebagai mata-mata untuk menghancurkan pangkalan udara Belanda yang hampir jadi di daerah Jawa Barat.

Tanpa berseragam (mengenakan pakaian rakyat) serta dengan ditemani pasukan khusus lainnya yang dipimpin sersan Yanto, mereka memulai misi mereka. Tanpa sepengetahuan siapa pun diam-siam Senja yang ingin membalaskan kematian adiknya, Soerono, ikut ke dalam rombingan pasukan khusus tersebut setelah menyamar sebagai lelaki, sementara Melati tetepa berada di camp sambil kebingungan mencari Senja yang tiba-tiba menghilang. Di tengah perjalanan, pasukan khusus ini berpapasan dengan pasukan Belanda hingga terjadilah baku tembak. Pasukan dibawah komando Mayor Van Gartneer (Rudi Wowor), yang berhasil melarikan diri dari Amir skk ini membuniuh hampir semua pasuka khusus kecuali Amir dkk., Senja, Sersan Yanto serta Budi (Aditya), anak emas Yanto, anggota pasukan khusus yang paling muda namun juga palig berbakat. Dalam serangan ini, Dayan yang terluka akhirnya ditinggalkan oleh Amir dkk., yang berada dalam kondisi terdesak.

setelah berada di tempat aman, mereka mkembali mengatur strategi. Yanto yang bisa mengendarai mobil menawarkan duru menjadi umpan. Suara tembakan menandai Yanto tidak bisa menyelamatkan diri dari pasukan Belanda. Mereka pun akhirnya melanjutkan misi dengan kembali berjalan kaki. Di tengah jalan, mereka kembali berpapasan dengan pribumi yang kemudian bersama sanggotanya menyeretnya menemui the Kiayi (Alex Komang), seorang pemimpin pasukan pemberontakan muslim radikal terhadap Belanda yang kurang mempercayai tentara Indonesia. Setelah sempat ditahan selama beberapa jam, akhirnya mereka pun dilepaskan dan bahkan dibekali sejumlah rangkaian bom untuk menghancurkan pasukan Belanda.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, sampailah mereka di tempat persinggahan: sebuah rumah yang lokasinya tak begitu berjauhan dengan gedung pusat pertahanan Belanda serta pangkalan udara yang hendak dihancukan tersebut. Sementara di tempat lain, Dayan yang ternyata masih hidup disekap oleh Van Gartneer untuk dipaksa memeberikan informasi tentang pergerakan pasukan tentara Indonesia. Ia yang tak bergeming dengan pendiriannya akhirnya harus menadapat siksaan bertubi yang dikahiri dengan pemotongan lidahnya agar tak mampu buka suara lagi untuk selama-lamanya. Disana pula lah diketahui bahwa Yanto telah berkhianat sehingga Belanda mengetahui misi pasukan Indonesia tsb. Pasca dipotong lidahnya, Dayan pun dibuang di suatu tempat di tengah gelap gulitanya malam. Lastri yang berada tak jauh dari situ akhirnya menolongnya.

Amir, Thomas, Marius, Senja dan Budi mulai melancarkan misinya. Thomas dan Budi mendapat tugas mengebom kamtor pusat Belanda, sementara yang lian bergerak menuju pangkalan udara. Misi mereka hampir-hampir menemui ujungnya ketika salah seorang sanak buah The Kiayi hendak menjual informasi pada Van Gartneer, beruntung rencana tersebut terendus oleh anak buah the Kiayi lainnya yang akhirnya membunuh penghianat tsb. Misi mengebom gedung pusta pertahanan Belanda tidak berjalan semulus yang diharapkan. Penyusupan mereka terendus oleh entara Belanda hingga terjadi baku tembak. Mereka menggeledah ruangan satu persatu setelah sebelumnya meletakan bom yang siap meledak di salah satu ruangan, sampai akhirnya mereka menemukan Yanto yang pura-pura disekap di sebuha ruangan. berempat dengan anak buah the Kiayi mereka melalkukan perlawanan dan melarikan diri. saat itulah Yanto menembak sang anak buah the Kiayi hingga tewas serta melempar potongan lidah Dayan pada Thomas seraya mengungkapkan jati dirnya yang sebenarnya: PENGKHIANAT! Sayang niatnya untuk mengeuk keuntungan dari aksi pengkhianatannya berakhir tragis: tubuhnya luluh lantak bersamaan dengan ledakan bom di gedung pusat pertahanan Belanda tersebut. Thomas dan Budi yang telah berhasil meloloskan diri beberapa saat sebelum bom meledak bergegas menyusul Amir, Marius, dan Senja ke pangkalan udara.

Ledakan di kantor pusat menbuat segalanya menjadi kacau, konsentrasi tentara Belanda menjadi tertuju pada ledakan di kantor pusat. Sementara Amir dkk semakin bergerak maju mendekati pangkalan udara. Setibanya di lokasi tujuan mereka segera melancarkan aksinya. Sejumlah bom siap meledak mereka simpan di beberapa titik karena tujuan mereka satu: menghancurkan pangkalan udara tsb agar pergerakan pasukan Belanda terhambat bahkan terhenti. Namun, usaha mereka terendus juga oleh Belanda sehingga terjadilah aksi saling tembak hingga Amir dkk terdesak. Bahkan, Thomas yang sempat dua kali terlempar oleh ledakan bom mengalami lika yang cukup parah. Beruntung di saat-saat genting munculah Dayan menyelamatkan mereka. Mereka pun akhirnya berhasil menjauh dari pangkalan udara dengan pesawat yang dikendalikan oleh Marius. Bom pun meledak, dan credit title pun muncul di layar bioskop. That's the end of this movie.

trailler Darah Garuda


My Own Review:
Dibanding sama prekuelnya, dalam film ini lebih banyak aksi peperangannya. Yah dari keseluruhan scene, hampir 80% nya diisi oleh perang. Bahkan, kepulan asap juga cukup mendominasi film ini. Kalau di Merah Putih, fokus cerita masih pada pengenalan karakter utama yang berasal dari 5 daerah dan latar belakang yang berbeda satu sama lain, dalam Darah Garuda sudah mulai fokus pada upaya mereka berjuang melawan tentara Belanda. Tokoh-tokoh pendukung seperti Melati dan Senja, yang merupakan istri Amir serta kakak Surono yang juga kekasih Thomas masih dihadirkan. Bahkan Senja yang awalnya membenci peperangan yang telah membunuh kedua orang tuanya serta adik tercintanya Soerono kemudian memberanikan diri terjun langsung dengan menyamar sebagai pria. Di film kedua ini, kisah antara Senja dan Thomas semakin dieksplor meski tidak begitu besar porsinya, namun cukup mewarnai alur cerita. Sementara di tengah kelamnya peperangan, kita masih bisa tertawa renyah melihat aksi Marius yang cenderung konyol. Sementara kisah suami istri Amir-Melati, masih begitu-begitu saja, datar (entah memang sengaja digambarkan begitu, entah memang kurang tereksplor). Yang cukup menarik perhatian dimasukannya beberapa tokoh baru, diantarnya Lastri, Sersan Yanto, dan Budi. Lastri, yang tidak dibahas asal-usulnya tiba-tiba hadir di tengah pasukan Amir dkk., kemudian memilih pergi tetapi kembali berjumpa dan bahkan merawat Dayan, kemudian digambarkan sebagai sosok yang tidak memiliki rasa takut. Sersan Yanto yang nampak meyakinkn namun ternyata hanya seorang pecundang. Serta Budi, seorang anak yang kehilangan orang tuanya sebelum kemudian menjadi anak emas Sersan Yanto. Overall, cukup okelah, meskipun yah berhubung ini kisah trilogi otomatis akhir cerita yang sedemikian rupa itu belum bisa dikatan happy ending ataupun sad ending. Kita masih harus menunggu film ketiganya keluar jika ingin mngetahui akhir ceritanya. Yang pasti film ini masih amat layak ditonton. Sementara jilid ketiganya amat layak ditunggu. Ketika penulis memonton film ini gedung bioskop dipenuhi dengan sorak sorai penonton dalam adegan-adegan tertentu, terutama ketika adegan peperangan, saling tembak, serta pengeboman. paling heboh waktu scene-scene akhir pas Dayan hampir ketinggalan (lagi) pesawat yang dikemudikan Marius. Hal ini tidak terlepas dari efek visual fim yang membuat penonton seakan menyaksikan ledakan-ledakan bom ala Hollywood hasil racikan ahli-ahli visual efek profesional bertaraf internasional. Gak heran budget yang dikeluarkan mencapai sekitar 60 miliar untuk trilogi!

Darius kocak abis deh bawaain tokoh Marius yang penakut lagi konyol. Donny Alamsyah juga tetep cool dengan logat Menadonya. Lukman Sardi masih dengan wibawanya sebagai pemimpin. Teuku Rifnu, masih kalem dengan kesetiaannya sampai-sampai mesti merelakkan lidahnya dimutilasi (ngilu SGT adegan satu ini). Rahayu Saraswati masih seksi tuh suaranya (berat-berat gimanaaa gituh! hehe). Asri Nurdin yah masih selayaknya Melati, perempuan Jawa yang lemah lembut lagi manut sama suami (gak begitu sering muncul juga). Atiqah Hasiholan masih seksi tuuh mau pas masih compang camping kek apalagi udah dandan! Aldy Zulfikar, pendatang baru pemeran Budi juga cukup okelah mainnya. Ario Bayu juga cukup oke jadi penghianat. Rudy Wowor masih dengan logat Belandanya yang lekoh. Anyway, tonton deh nih movie, gakan nyesel kok, selain ceritanya yang yah okelah, pemaennya juga pada sedap dipandang meski dalam kondisi teu pararuguh (da kalau dasarnya udah ganteng mah, mau penuh luka, kotor, dsb juga teteip weh ganteng! haha). So, Let's watch this movie..soon! :))

Tidak ada komentar: