Rabu, 03 November 2010

Kisah Pengalaman Konyol

Dear all..

nih sedikit cerita tentang pengalaman penulis hari ini:

penulis ceritanya mengajukan surat permohonan dana untuk memenuhi kebutuhan konsumsi saat pelaksanaan kegiatan. Dana yang dibutuhkan sebanyak 170 ribu rupiah, jumlah yang tidak banyak sebenarnya untuk ukuran organisasi dimana penulid bernaung. Entah sebuah keberuntungan ataupun ketidakberuntungan ketika penulis ditakdirkan bertemu langsung dengan sang bendahara Umum yang punya kuasa langsung terhadap keluar-masuknya dana di induk organisasi tsb. Padahal biasanya penulis ataupun rekan-rekan yang lain hanya bisa menemui pemegang kas, yang meskipun memegang dana, namun tidak punya kuasa terhadap aliran dananya. Dan beginilah hasil percakapannya:
P'Bendum: Aya naon neng?
Me: ini pak jum'at sekarang mau ada kunjungan dari PW (level pimpinan yang lebih tinggi-red), nah ini surat pemberitahuannya untuk PDM.
P'Pendum: yah sok aja, udah atuh silakan tinggal pilih mau pake ruang yang mana. Udah kan? (sambil senyam senyum penuh intrik)
Me: eehh..iyah pak itu mah memang hanya sekedar pemberitahuna, tapi masih ada pak, ini yang lebih penting, masalah dana untuk konsumsinya pak. (menyerahkan surat lainnya sembari senyum2 penuh harapan-->ngarep.com)
P'Bendum: ooh..atuh konsumsi mah gampang lah, ada itu2 wae mah (sambil nunjuk2 ke arah yang penulis pun kebingungan apa tang ditunjuk apalagi dimaksud sama si bapak)
Me: iya pak tapi kan tetep kedah ngangge acis pak..hehe
*dibacalah surat itu baik2 oleh pak bendum, terutama bagian lampiran yang merinci jumlah biaya yang dibutukna*
P'Bendum: saratus cekap? (masig dengan senyumnya itu loh! heu)
Me: emmhh..(mikir menemukan kata2 yg tepat) yah cekap lah pak teu nanaon! (gleeeek! masih dengan mikir dan sadar gak sadar!)
*rona muka orang2 yang ada di ruangan itu termasuk sang Bendum kecuali penulis langsung merengut diliputi keheranan*
P'Bendum: leres cekap saratus? (masih dengan semyumnta berikut kesan serius-loe?)
Me: iy...yaaa...lebih seueur langkung sae pak.. (mylai terbata menyadari ada something wrong)
P'Bendum: leres nya saratus cekap, cekap kan? (masih berusaha memastikan penulis bener2 bilang kata 'cekap')
Me: ehhh.... (speechless, semakin sadar dengan blunder yg dibuat)
P'Bendum: leres nya cekap, yeuh diseratkeun tah! (sambil menuliskan semacam memo di lampiran surat tadi)
P'bendum: cekap nya leres saratus tah! (masih 'takjub' dengan ke-nrimo-an penulis sepertinya)
*penulis melongo seraya menyesali ke-nrimo-an penulis, tapi terus melanjutkan pembicaraam*
Me: kinten2 iraha tiasa cairna?
p'Bendum: tah di p'Jaja nya, ka p'Jaja we.
Me: iraha pak kinten2? (nanya ke p'Jaja maksudnya)
P'Bendum: hoyongna iraha kitu?
Me: yaah..lebih cepat lebih baik pak..hehe
*tanpa banyak mikir serta merta beliau menyodorkan sebuah amplop*
P'Bendum: yeuh atuh yeuh ai hoyong ayeuna mah, tah saratus rebu nya. Cekap kan tadi saurna. (masih membawa2 si cekap..aarrghh!).
*penulis ambilah amplop itu, bhakan sempat ngintipin! heu*
Me: Hatur nuhun pak.. (dengan senyum penuh kebangaan)


ssstt..bersambung dulu yaahh..nanti disambung lagi, okokok??? see U :))

Tidak ada komentar: