“Reject doping; Respect your Proponents;
Remember that you are the role model for next generation”
Tidak terasa, beberapa jam yang lalu pembukaan
Olimpiade London baru saja berlangsung, jum’at malam waktu setempat dan sabtu
dini hari waktu Indonesia. Berlangsung
di Olympic Stadium, Olympic Park (kawasan Stamford), upacara pembukaan
berlangsung meriah. Sekitar 12.000 atlet dari 144 negara ambil bagian untuk
memperebutkan medali dari 29 cabang olah raga (cabor) di 29 nomor. Negara-negara langganan juara seperti Cina
dan AS kemungkinan besar masih akan merajai Olimpiade ini. Keduanya masih akan bersaing ketat di papan
atas dalam perolehan medali. Korea Selatan,
Jepang dan Rusia membuntuti agak di belakang.
Ya, di luar dua negara pertama tadi, kalaupun menduduki posisi lima
teratas selisih medali emasnya akan cukup jauh dengan dua posisi teratas. Bahkan kurang dari sepuluh medali pun
biasanya bisa masuk ke belasan atau bahkan sepuluh besar. Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya negara yang
ambil bagian membuat negara yang belum semapan negara penghuni papan atas harus
rela berbagi dengan negara-negara lainnya.
Kalau Cina bisa merajai di hampir seluruh cabor, negara lain sih biasanya
hanya merajai di beberapa atau bahkan satu cabor saja. Tapi, namanya Olimpiade, satu emas saja sudah
berarti daripada tidak sama sekali. Bagaimana
dengan peluang Indonesia sendiri?
Seperti yang sudah-sudah, Indonesia turut
berpartisipasi dengan mengirimkan 22 atlet
dari 8 cabang olah raga (cabor). Tidak ada target muluk yang dicanangkan
KONI-KOI mengingat persaingan yang sangat ketat dengaa ratusan negara
lainnya. Namun, target minimal menyamai prestasi Olimpiade sebelumnya tentu
ada. Di Olimpiade Beijing lalu,
Indonesia mendulang satu emas dari cabor bulu tangkis melalui pasangan Markis
Kido/Hendra Setiawan di nomor Ganda Putra.
Prestasi tersebut mengulang sukses emas Olimpiade Athena, 4 tahun
sebelumnya, dimana Taufik Hidayat di nomor Tunggal Putra juga berhasil
menyumbang satu emas. Prestasi terus
berulang dan sudah menjadi tradisi sejak Olimpide Barcelona tahun 1992
silam. Kala itu, bulu tangkis untuk
pertama kalinya dipertandingkan di ajang Olimpiade. Dan, pasangan suami istri Susi Susanti dan
Alan Budi Kusuma sama-sama berhasil mendulang emas. Tidak heran kalau kemudian pasangan ini
dijuluki pasangan olimpiade.
Nah, kini target satu emas sudah barang
tentu menjadi target paling realistis yang dicanangkan di Olimpiade tahun
ini. Kalau gagal, ya otomatis terjadi
penurunan prestasi di kontingen Indonesia.
Bulu tangkis pun kemabli menjadi cabor andalan untuk mendulang
emas. Dan, peluang terbesar ada di
pasangan Ganda Campuran, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Akan tetapi bisa dipastikan bahwa jalan
pasangan juara All England 2012 ini untuk mencapai partai puncak tidak akan
mudah. Ada pasangan Korea, jerman, dan
Denmark yang harus mereka hadapi di babak penyisihan. Belum lagi jika lolos, besar kemungkinan
berhadapan langsung dengan unggulan pertama Zhang Nan/Zhao Yunlei. Kesiapan mental, stamina, dan konsistensi
akan menjaid kunci utama. Apalagi,
mereka pun sempat menyerah dari pasangan Thailand di final DIOPSS Juni
lalu. Persaingan yang ketat dan hasil
pertandingan terakhir mereka memang sedikit menggoyahkan keyakinan beberapa
pihak, termasuk penulis. Namun, semoga dengan
dukungan penuh bangsa ini, emas bisa dipertahankan dari cabor ini, dan bahkan
bertambah.
Oleh karena itu Melihat jumlah pesaing
yang lebih dari sekedar banyak dan minimnya jumlah atlet yang lolos ke
Olimpiade, membuat pengurus KONI dan KOI tidak heran bila sebagaimana
disinggung di atas bahwa tidak memasang target muluk, bahkan malah cenderung
pragmatis. Berapa pun dan medali apa pun
yang diraih Indonesia, minimal dari klasmen perolehan medali akhir nantinya
bisa berada di atas negara ASEAN lainnya macam Thailand, Malaysia, dan Vietnam
yang seringkali bersaing ketat di level SEA GAMES. Ya, apa pun ahsilnya nanti yang jelas semoga
para pahlawan bangsa ini bisa berjuang mengerahkan segenap kemampuan dan
semangatnya untuk memepersembahak yang terbaik bagi bangsa ini. Semoga kumandang ‘Indonesia Raya’ dan kibaran
sang saka Merah Putih bisa terdengar dan terkihat di Olympic Stadium
Arena. Ayo, INDONESIA BISA! J
What a Spectacular Opening Show of London
Olympic!
Dari sekian suguhan yang terpapar di
layar (ya nasib masih Cuma bisa liat lewat layar kaca doang), sebenarnya yang
dinanti-nanti dari opening pesta olah raga sejenis itu kalau bagi penulis ada
dua: pawai negara peserta dan penyulutan obor.
Untuk yang pertama, penulis sangat suka
memperhatikan gaya para atlet yang seolah berjalan di karpet merah-nya
olimpiade. Biasa berkaos dan
berkeringat, nah di ajang opening ini biasanya kalau tidak berjas (lengkap
dengan kemeja atau dress), ada beberapa negara yang gemar memamerkan kostum
tradisionalnya. Apalagi kadang si atlet
ada yang melenggok bak model, lurus-lurus aja, atau malah jadi ajang
gila-gilaan. Selain itu kita juga bisa
mendeteksi beberapa negara yang selama ini terasa asing di telinga, macam
negara-negara kecil di pasifik sana, plus dengan bendera-bernderanya. Sangat membantu untuk pelajaran Geografi deh.
Nah, yang penulis respek dari kebanyakan
negara yang berlaga di karpet merah-nya Olimpiade ini adalah bahwa mereka bisa
berdandan dengan rapi dan berterima. Ada
banyak negara yang biasa lekat dengan image seksi bagi para perempuannya justru
rata-rata kalaupun mengenakan rok, dirancang selutut. Jadi serasa bersahaja. Sayang, masih ada saja beberapa negara yang
seolah sayang tidak mengumbar bagian paha, termasuk yang mengejutkan negara
tetangga serumpun kita, Kamboja. Tapi
syukurlah tidak seekstrim Panama yang sudah merah, ehh…belahan dadanya dibiarkan
menjadi tontonan, gimana tidak menggoda mata (asal jangan samapi menggoda iman
aja ya..hehe).
Lalu, ada pula beberapa negara yang masih
berseragam formal tapi lebih santai, seperti Serbia. Dipimpin Novak Djokovic sebagai pembawa bendera,
rombongan negara pecahan Yugoslavia ini mengenakan sweater sebagai atasan. Kesan muda dan segar jadi terpancar (apalagi
dari seorang Djokovic…heu). Tapi, the
best costume buat penulis goes to Poland!
It’s so subjective from woman’s view ya, dress atlet perempuannya yang
memadukan warna putih merah dengan aksen bunga di bagian bawah dibalut kemeja
itu so sweet and elegant IMO. Bagaimana dengan
kostum Indonesia?
Indonesia, hemm…karena hanya disorot
sekilas, ya gak begitu jelas sih ya terutama yang putri. kalau yang putra, setelan jas blazer merah
biasa dipadu celana…hitam apa putih ya? Kilat
banget sih tadi. Untuk putrinya sekilas
tadi keliatan kayak pake long dress gitu nuansa meh Cuma motifnya kurang jelas,
kemungkinan batik sih. Ya, kalau diamati
dan dibandingkan hampir mirip sama kostum Malaysia, bedanya mereka seperti
biasa kuning bermotif loreng-nya harimau.
Ngomong-ngomong soal Indonesia tadi pas disorot itu bener-bener sekilas
asli tok sekilas. Cuma I Gede Sudartawa sebagai
pembawa bendera aja yang disosorot jelas.
Kontingen Indonesia yang berlaga di karpet merah secara keseluruhan juga
tidak sempat terekam kamera. Kan sepertinya
ada diskriminasi porsi nih sama negara-negara lain yang sekalipun jumlah
kontingennya lebih sedikit, durasi penyorotannya sedikit lebih lama. Entahlan, entah ini hanya perasaan subjektif
dari penulis yang warga negaranya.
Beralih ke yang kedua, penyulutan
obor. Ini nih yang paling
ditunggu-tunggu penulis sebenarnya. Selalu
ada kejutan di tiap perhelatannya. Ada yang
terbang, ada yang pake panah, nah sekarang pake apa ya? Setelah dibawa menyusuri Sungat Tames dengan
boat yang dikendarai David Beckham, akhrinya si obor diserahkan pada Sir Steve
Redgrave, peraih lima medali emas dari cabang dayung yang membawanya menyusuri
Olympic Stadium. Sesampainya disana, si
obor diserahkan pada lima apa enam orang ‘pasukan’ yang masing-masing memegang
obor untuk menyulutkannya pada cauldron, yang tadi dibawa sama anak-anak yang
mengiringi masing-masing kontingen (berarti ada 114 harusnya). Dari enam cauldron, lalu menyebar ke seluruh
cauldron hingga tersulut apai semua. Sudah
usaikah? Belum! Ini puncaknya, pas
tiba-tiba si cauldron-cauldron itu naik, bangkit, dan akhirnya berdiri dan
bersatu membentuk kuncup bunga. Sebuah cauldron
raksasa pun tercipta. Dan resmilah
pembukaan Olimpiade London 2012 ini. Cuma
satu kata setelahnya: SPECTACULAR! Cuma dan
harus bilang WOW!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar