Diawali
dengan penayangan Red Carpet yang dipandu dua co-host Indra Bekti dan Ivan
Gunawan, IMA 2012 kemudian menayangkan VT yang dibintangi oleh Verald Humanggo
yang lalu menyambung aksinya di panggung IMA dengan iringan musik dari Koil
Band. Kemudian atraksi baju lampu oleh
dua “raksasa” mengiringi penampilan Bondan & Fade 2 Black “Tak Terkalahkan”
yang juga dilengkapi dengan baju
berlampu. Penampilan marathon dari para
pengisi acara berhasil membakar panggung IMA
2012 *berasa kan gini kompetisinya,
dibandingin sama yang di tipi tetangganya 2 minggu ke belakang,
upps*. Setelahnya Wingky Wiryawan dan
Prisia Nasution sebagai main host-nya pun akhirnya muncul menyapa hadirin dan
pemirsa di atas panggung.
Sebagaimana
dijelaskan para host, IMA menggunakan dua format, yakni terbaik yang merupakan
pilihan juri, dan favorit yang dipilih oleh pemirsa melalui (apalagi kalau
bukan) sms. Turut hadir pula jajaran
dewan juri yang terdiri dari Didi Petet (Actor, Acting Coach), Laila S. Chudori,
Salman Aristo (Script Writer), Alex Komang (Actor), dan Aditya Gumay (Director,
Script Writer).
Poppy
Sovia dan Tora Sudiro berkesempatan membacakan nominasi pertama malam itu. keduanya membacakan nominasi Pendatang Baru Pria Terfavorit dengan
nominasi Axel Andaviar (Masih Bukan Cinta
Biasa), Baim Wong (Dilema), Marcel Domits (Batas), Qausat Hata Y. (Mengejar Angin), Yosie Kristanto (Tendangan Dari Langit).
Restu
Sinaga dan Adinia Wirasti sudah menunggu di sudut panggung lain untuk
membacakan nominasi Pendatang Baru
Wanita Terfavorit yang menominasikan Astrid Tiar (Badai di Ujung Negeri), Dinda
Hauw (Surat Kecil Untuk Tuhan),
Prisia Nasution (Sang Penari), Siti
Helda Meilita (Mengejar Angin), Tara
Basro (Catatan Harian Si Boy).
Berhubung ini nominasi favorit
yang notabene dipilih pemirsa, ya no comment aja ya selera masyarakat berarti
ya para pemenang itu. kalau diliat
latar belakangnya mungkin (ini mungkin
ya) salah satu indikatornya adalah seberapa familiar para nomine. Dan kalau iya gak heran juga ya secara
pemenang kategori pendatang pria terfavorit kan jauh lebih dulu ngeksis di
layar kaca, sementara film yang dibintangi pendatang wanita favorit kan udah
beberapa kali diputer di beberapa stasiun TV nasional.
Wingky
dan Pia kemudian memanggil Cut Mini dan Yama Carlos yang berduet membacakan
nominasi Pemeran Utama Pria Terfavorit dengan nominasi Deddy Mizwar (Kentut), Donny Damara (Lovely Man), Oka Antara (Sang Penari), Tio Pakusadewo (Dilema),
Tora Sudiro (Arisan 2).
Ada
Akbar yang (maksudnya) menghibur hadirin dengan teori soal tiga jenis penonton
dan perbedaan penonton pria dan wanita. Ia
menghantarkan keluarga Irawan (Dewi, Ria, dan Ade) membacakan nominasi Pemeran
Utama Wanita terfavorit Adinia Wirasti (Jakarta
Maghrib), Cut Mini (Arisan 2),
Nani Wijaya (Ummi Aminah), Raihanuun (Lovely
Man), Wulan Guritno (Dilema).
Wow..Dilema mendominasi raihan
Pemeran Utama terfavorit. Well,
persaingan ketat seperti halnya di kategori Pendatang Baru menurut penulis
pribadi lebih cenderung terjadi di kategori wanita. Penulis padahal ngejagoin Raihanuun dan malah
kurang suka sama perannya dan cara mbak Wulan bawain peran itu di Dilema itu.
Sejumlah
cuplikan film ditampilkan sebelum Coboy Junior menghibur hadirin dengan tembang
“Elang” yang berlatar belakang film “Lima Elang” yang bertemakan Pramuka dan
perkemahan. Dwiki Darmawan seorang diri
membawakan nominasi Soundtrack
Terfavorit yang nominasinya dinyanyikan secara langsung dengan marathon
oleh Pentaboyz: “Pupus” (Pupus),
“Cubit-Cubitan”(Get Married 3), “I
Need You” (Purple Love), “Darah
Garuda” (Garuda di Dadaku 2), “Tendangan dari Langit” (Tendangan dari Langit.
Baru di kategori ini nih
favorit penulis juga akhirnya keluar sebagai peraih Piala Layar Emas, emang
asik sih, sayang seribu sayang penulis belum sempet nonton film ini.
Ari
Sihasale dan Nia Zulkarnaen mengawali pembacaan nominasi kategori Terbaik untuk
kategori Pemeran Anak-Anak Terbaik dengan
nominasi Emir Mahira (Garuda di dadaku 2),
Monica Sayangbati (Serdadu Kumbang),
Sayev M. Billah (Semesta Mendukung),
Vicky Super K (Simfoni Luar Biasa), Yudi Miftahudin (Serdadu Kumbang).
Kategori ini penulis sebenernya
ngejagoin si pangeran kecil ganteng Emir Mahira, tapi sih siapa aja juga pada
akhirnya penulis yakin ya itulah yang terbaik menurut juri. Sayang, lagi lagi penulis melewatkan film ini
selagi masih tayang di bioskop.
Olivia
Jensen didampingi Robertino membacakan nominasi Pendatang Baru Pria Terbaik yang menominasikan Axel Andaviar (Masib BCB), Baim Wong (Dilema), Marcel Domits (Batas), Qausar Harta Yudana (Mengejar Angin), Yosie Kristanto (Tendangan Dari
Langit.
Mongol,
komik yang tengah menjadi pusat perhatian hadir seorang diri, berstand up comedy di atas panggung. *waktunya ngakak* sebelum kemudian Mieke
Wijaya dan Rangga Joned mengambil alih panggung. Keduanya membacakan nominasi Penatang Baru
Wanita Terbaik yang nominasinya adalah Astrid Tiar (Badai di Ujung Negeri), Dinda hauw (Surat Kecil Untuk Tuhan), Prisia
Nasution (Sang Penari), Siti
Helda Meilita (Mengejar Angin), Tara
Basro (Catatan Harian Si Boy).
Nah, disini baru deh kan sesuai
ekspektasi para pemenangnya, yah kalau dibandingkan dengan versi favorit ya
berarti masyarakat emang lebih cenderung mencari sosok yang sudah popular di
mereka..
Mrario
Lawalata dan Atrid Tiar hadir membacakan nominasi Pasangan Terbaik pasca penampilan duet Dewi Sandra-Olla ramlan Donny Damara &
Raihanuun (Lovely Man), Pevita Pearce
& Wulan Guritno (Dilema), Prisia
Nasution & Oka Antara (Sang Penari),
Reza rahardian & Adinia Wirasti (Jakarta Maghrib), Surya Saputra
& Rio Dewanto (Arisan 2).
Waduh...sekalipun yang menang
my fave actor, aa Reza rahardian, tapi jujur penulis lebih suka chemistry Donny
Damara-Raihanuun atau Prisia Nasution-Oka Antara loh..eeh tapi dipikir-pikir
lagi ternyata penulis gak kebagian nonton Jakarta Maghrib, so gak bisa liat
acting mereka berdua, selamat aj deh aa
*tapi gak suka momen menunggu kissing scene-nya*.
Samuel
Rizal mendampingi Pierre Gruno hadir membacakan nominasi Pemeran Pendukung Pria Terbaik: Abimana Arya (Catatan Harian si Boy), Agus Kuncoro (Tendangan Dari langit), Hendro
Djarot (Sang Penari), Mathias
Mutchus (Mengejar Angin), Rio Dewanto
(Arisan 2).
Donny
Damara bersama Dinda Hauw membawakan nominasi Pemeran Pendukung Wanita Terbaik Adinia Wirasti (Arisan 2), Dewi Irawan (Sang Penari),
Ira Maya Sopha (Simfoni Luar Biasa),
Poppy Sovia (Catatan Harian Si Boy),
Sarah Sechan (Arisan 2).
Sayanggggggg sekali lagi-lagi
mas Agus Kuncoro harus cukup puas menjadi nominasi, padahal penulis sih pengen
ya paling enggak disini doi dapet setelah di FFI dan FFB pun gak dapet. Tapi di kategori wanita, syukurlah
pemenangnya sesuai ekspektasi gak kayak di ajang award serupa dua pekan
sebelumnya.
Latinka,
Angel, dan Gisel menayanyikan “Badai Pasti Berlalu”, alamat pembacaan
Penghargaan Khusus Lifetime Achievement
Award yg bakal dikasihin kalo gak ke om Slamet Rahardjo kayaknya Roy Martin
atau Christine Hakim *nah lho*. Oohh…ternyata
Cuma sebagai reminder, okay..
Duo
cowok cool yang beda umur, aa Reza rahardian sama on Tio Pakusadewo membacakan
nominasi Pemeran Utama Wanita Terbaik Adinia Wirasti (Jakarta Maghrib), Cut Mini (Arisan
2), Nani Wijaya (Ummi Aminah), Raihanuun (Lovely Man), Wulan Guritno (Dilema).
Sedangkan
nominasi Pemeran Utama Pria Terbaik
dibacakan oleh Wulan guritno yang bersanding dengan Ray Sahetapi yang
menominasikan Deddy Mizwar (Kentut), Donny Damara (Lovely Man), Oka Antara (Sang
Penari), Tio Pakusadewo (Dilema),
Tora Sudiro (Arisan 2).
Dan..yap, untuk kategori
pemeran utama terbaik diborong sama cast-nya Lovely Man. Untuk di kategori pria penulis gak begitu
bermasalah, artinya sepakat, ya semoga tidak terpengaruhi beban kalau
sebelumnya mas Donny “Ipuy” Damara ini udah menang di Asia Film Festival. Nah, kalau untuk mbak Raihanuun sih penulis masih
inget bener pas adegan yang “Aku Cahaya…uhukhukhuk”, tapi entah karena
keseringan dihadirkan sosok Prisia Nasution sebagai jawara di kategori ini ya
penulis sebenarnya lebih condong ke doi, hemm..semoga aja juga bukan gara-gara
Prisia-nya udah menang di kategori pendatang baru, jadi bagi bagi nominasi
gitu, semoga sportif semuanya, selamat buat mas Donny dan mbak Raihanuun.
Akhirnya,
dua perwakilan dewan juri Didi petet dan Alex Komang hadir membacakan nominasi
Film Terfavorit yang menghadirkan 12 kategori: “Arisan 2” (Kalyana Shira Film),
“Catatan Harian Si Boy” (700 Pictures), “Dilema” (WGF Pictures & 87 Film),
“Garuda Di Dadaku 2” (SBO Films, Indika,
Kompas), “Get Married 3” (PT. Kharisma Starvision Plus), “Jakarta Maghrib”
(Indie Picture, Lovely Man (Karuna Pictures, “Masih Bukan Cinta Biasa” (Wannabe
Picture), “Pengejar Angin” (Putar Production),” Sang Penari” (Salto Film,
Indika, Kompas-Gramedia), “Serdadu Kumbang” (Alenia Picture), “Tendangan Dari Langit”
(Sinemart Picture).
Okay,
berhubung ini labelnya favorit yang notabene pilihan pemirsa, jadi ya gak
banyak protes deh, apalagi ternyata perwakilan yang ngasih winning speech dari
film yang bersangkutan salah satunya ya sang pemeran utama, si pangeran muda
ganteng Emir Mahira! Suaranya sekarang
ya, hemm..suara anak cowok menuju ke remaja cowok, mulai beurat! Congrates bro!
Dengan
dibacakannya kategori Film terfavorit, maka berakhir sudah gelaran Indonesia
Movie Award 2012. *teu rame*
***
Udahan? Kirain masih ada
kategori terbaiknya buat film. Penulis
juga sebenarnya menantikan kategori yang lumrah ada di award film, macam
sutradara, penulis skenario, penata kamera, penata musik, sinematografer, dan
lain-lain, pokoknya mereka yang berada di belakang layar. Tapi ternyata? Nihil! Well, mungkin dari segi
penyelenggaraan, IMA 2012 ini lebih berasa nuansa awardnya, artinya atmosfer
award dibangun melalui perpaduan host, pengisi acara, pembaca nominasi, sampai
ke lokasi dan set panggungnya. Jadi
nuansa kemegahan berbalut eleganitas dari satu ajang penghargaan itu
berasa. Kalau harus membandingkan sama
award serupa dua pekan sebelumnya, maaf ya, kalah jauh. Acara award di stasiun tv ‘satu untuk semua’
itu bagi penulis pribadi tak ubahnya acara musik mingguan milik stasiun tv
bersangkutan Cuma dihadiri oleh sederetan aktor dan aktris sebagai bintang
tamu, tok! Hostnya, pengisi acaranya,
sampe pembaca nominasinya itu semua stasiun tv yang bersangkutan punya. Pokonya disana penulis gak bisa ngerasain
gengsi dari suatu ajang penghargaan.
Berlebihan? Gak kok emang begitu
yang penulis rasakan.
Bagaimana dengan IMA? Yah, nothing perpect ya memang. Ketika IMAmemiliki semua unsur yang mesti ada
dalam suatu ajang penghargaan bergengsi, sayang komponen utama yakni nominasi
sama sekali tidak lengkap. Yang
diapresiasi disini hanya rasanya terbatas pada sebagian unsur film saja, hanya
dari unsur pemain, yang muncul di layar.
Sementara mereka yang dibalik layar, sebagaimana diungkapkan sebelumnya,
tidak kebagian apresiasi di sini. Untuk
format favorit dan terbaiknya sendiri taka da masalah karena toh komitmennya
msih ditunjukkan dengan hadirnya kategori terbaik mendampingi favorit. Selain itu dari segi peraih nominasi pun
tidak banyak kejutan berarti. Dari
nominasi pun penulis lebih merasa puas dibanding nominasi award si stasiun tv
sebelah sebelumnya. Cuma di beberapa
nominasi ada kesan seperti ingin bagi-bagi piala, soalnya tidak ada yang
memboyong lebih dari satu piala, kecuali satu film iya ada yang memboyong beberapa
piala seperti Dilema dan Jakarta Maghrib.
Sebenarnya yang bikin penulis
agak kurang sreg yakni reputasi sang pemilik hak siar yang di ajang award
tertentu disinyalir berlaku tidak adil dengan dominannya perolehan nominasi
yang menyertakan stasiun tv bersangkutan.
Jadi sempet khawatir aja kalau ada sedikit unsur ‘politis’ untuk
menghapus image kurang baik yang kadung melekat. *semoga tidak*. Yang menarik dari IMA 2012 ini adalah
dominasi nominasi. Jakarta Maghrib,
Lovely Man, dan Dilema bersaing ketat mengoleksi gelar. Padahal di FFI, yang mendominasi adalah Sang
Penari karya Ifa Isfansyah, sementara dalam FFB, sang istri, kamila Andini
melalui the Mirror Never Lies-lah yang mendominasi. Okay, Sang Penari masih adalah, tapi The
Mirror never Lies? Gak masuk di satu kategori pun, aneh!
Menilik fakta ini, pada akhirnya
penulis berkesimpulan bahwa tiap ajang penganugeraan memang memiliki kekurangan
dan kelebian masing-masing. Jika award
yang satu unggul dari segi penyelenggaraan, tapi hanya memberikan penghargaan
untuk segelintir kategori saja, nah award yang lain lengkap dari segi kategori
nominasi (sampai ke sinetron dan soundtrack), eeh..penggarapannya
menegcewakan. Selain itu, masing-masing
ajang juga kayaknya punya kriteria dan standarisasi masing-masing, yang cukup
sangat berbeda satu sama lain, walhasil para pemenang di ajang yang satu bisa
jadi sangat berbeda dengan pemenang di ajang yang lainnya. Ada masala? Sah-sah saja sih bagi penulis
selama penilaian dilakukan secara fair dan jauh dari unsur politisasi *plis mau
jadi apa bangsa ini kalau segala sektor kehidupan dipolitisasi?*. Pokoknya maju terus perfilman Indonesia!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar