Kisah klasik percintaan
berbalut konflik persahabatan dengan penyakit sebagai bumbunya. Kalau bukan factor aa Reza, entah penulis
masih berminat atau tidak. Sekali lagi,
yang pertama dan terutama yakni factor aa Reza, yang kedua faktor Melly Goeslow
*suka sama soundtrack aransemenan doski*.
Lanjutin ya, jadi ceritanya seorang editor cantik nan seksi *gak percaya
nonton aja, tapi awas JANGAN BAWA ANAK KECIL* bernama Olivia (Julie Estelle)
baru saja ditinggal tanpa kabar oleh sang kekasih, Jamie (Reza Rahardian). Di saat itulah seorang penulis Best Seller benama
Aryo (Darius Sinatrhya) pun muncul “mengganggu” hari-harinya. Sempat mengalami penolakan, toh ekdekatan
antara dua insane yang kemudian saling mencintai itu pun tak dapat
terhindarkan. Jadi, tak ada Jamie, Aryo
pun jadi!
Selain ketiga tokoh di atas,
porsi tokoh lain seperti geng gong-nya si Oliv sama keluarganya Jamie cuma dapet
jatah yang kayaknya gak lebih dari 10 menit dari durasi yang sampai 90
menit. Keliatan kan kalau ketiga tokoh
saling terkait dengan seolah-olah menempatkan Oliv di tengah-tengah segitiga
siku-siku. Okay, kita ibaratkan hubungan
ketiga tokohnya dengan segitiga. Andaikata
si segitiga dianggap siku-siku, maka Oliv di tengah. Namun, jika ia sama sisi berarti semuanya
bisa menjadi pusat. Akan tetapi, penulis
sendiri lebih sepakat menamai segitiga ini sebagai segitiga sama kaki dengan
Jamie yang berada di tengah-tengahnya.
Kenapa Jamie? Karena Olivia
adalah kekasihnya, sementara Aryo adalah
sahabatnya. Rasa sayang keduanya ke
Jamie sama besarannya dengan rasa sayang Jamie pada keduanya. Tapi, Oliv dan Aryo pun kemudian saling
menyayangi dengan kadar yang berbeda dengan rasa sayang Aryo-Jamie ataupun Oliv-Jamie. Seiring waktu hubungan mereka sampai pada
titik terumit bak hubungan Irwan-Sika-Fey Pilih-Pilih Mnatu *laah*. Jamie yang awalnya meminta Aryo untuk
mencintai Oliv ehh tiba-tiba malah memintanya memutuskan Oliv yang baru aja
sembuh dari luka karena ditinggal Jamie.
Padahal Aryo udah kadung sayang ma Oliv, pun sebaliknya. Di titik yang jadi klimaksnya ini yang paling
agalau adalah Aryo yang dihadapkan pada pilihan klasik: Persahabatan atau
Cinta. Nah, yang paling egois ya Jamie. Oliv? Paling innocent, objek, yang cuma
tahu-tahu ada cinta baru, tahu-tahu patah hati lagi.
Kenapa coba Jamie kudu
merelakan Oliv dipacarin Aryo, sahabatnya sendiri? Apalagi kalo bukan karena si Jamie ini
divonis menderita Anorexia Nervosa. Penyakit
yang digambarkan bikin doi gemetar, perut membuncit, bibir pias sepias-piasnya,
muka udah bikin gak nafsu *eehh*. Jadi tadinya
si Jamie pengen ada yang gantiin ngejagain dan membahagiakan Oliv, apalagi
ketika ia sudah tiada *maklum divonis gak lama lagi oleh dokter, konon*. Tapi, seiring waktu ia masih gak rela melihat
wanita yang dicintainya makin mesra dengan sahabatnya sendiri. Tidak jelas juga mengapa si Jamie ujug-ujug
mengidap penyakit ini. Sampai akhirnya Jamie
minta mereka putus, Aryo gak tahan untuk membongkar semua rahasia tentang
dirinya dan Jamie, Jamie yang pingsan ‘kabur’ ke Semarang, Aryo yang menyusul
di tengah kepanikan kemudian……*apa coba??* enk ink enk…seratus buat Anda! Something happened to one of them! Totally fatal! Penasaran? Nonton gih ke bioksop terdekat
kesayangan Anda! J
***
Well, nonton film ini jujur aja
penulis sedikit kecewa. Kecewa dalam
artian apa yang penulis tonton itu tidak sesuai dengan ekspektasi penulis. Katanya aa Reza main di film ini karena ada
faktor apalah gitu mengingat ini jenis genre film romantic yang klasik. Persahabatan dan penyakit, mau gak klasik
gimana, iya gak sih? Penulis fikir
dengan tiga pengisi jajaran cast utama film ini bakal memberikan sesuatu yang
lebih dari sekedar kisah cinta, drama romantic kebanyakan dengan plot dan
formula yang hamper sama. Tapi ternyata? Kalau gak mau dibilang sama, ya gak jauh beda
lah begitu. Malah, penulis cenderung
banyak merasa bosan di beberapa scene, terutama yang meilbatkan Jamie dan
Aryo. Beberapa scene lainnya pun, kayak
pas di awal saat Aryo PDKT ke Oliv, berasa terlalu slow. Okay, penulis akui di beberapa scene emang
berhasil mengundang air mata penulis, tapi seperti kata temen penulis “that’s
it, setelah nangi the ya udah gak ada perasaan apa-apa lagi”, dan memang
begitulah adanya. Selain itu, penulis
rada kurang sreg dengan pemilihan Darius di tokoh Aryo. Ini sih personal ya, karena kadung melekat
kalo doi sudah beristri dan beranak tiga, kayaknya bakal jauh klebih berasa
dilemanya kalau yang main itu Vino G. Bastian atau Fedi Nuril misalnya,
misalnya lho. Ada lagi, penulis juga gak
begitu paham ya kenapa tuh cast ceweknya mesti berkostum serba mini
begitu. *to be continue*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar