"Aku Cahaya...."
"Jangan lari dari masalah..."
Pemain : Donny Damara, Raihaanun
Sutradara : Teddy Soeriaatmadja
Skenario : Teddy Soeriaatmadja
Sesudah
dikecewakan oleh film yang konon memnag tidak dibuat untuk kepentingan
komersil, akhirnya hai ini penulis berhasil menyakisikan salah satu film yang
telah masuk daftar tunggu sejak 2011 silam.
Meskipun harus merogoh kocek yang lumayan dalam bagi seorang mahasiswa
tok seperti penulis , namun toh setimpal lah dengan apa yang penulis rasakan
setelah menonton film ini.
Seorang
waria berjalan lunglai dengan muka babak belur dan bertalanjang kaki menuju tempat tinggalnya. Di tempat lain, seorang gadis muda berkerudung sedang menikmati pemandangan yang
dilaluinya melalui jendela kereta yang ditumpanginya.
Setibanya
di stasiun pada sore hari, sang gadis bergegas mencari tahu satu alamat yang
membawanya ke satu rusun di Jakarta. Di rusun
tersebut ia mendapatkan informasi tentang seseorang yang sengaja dicarinya
jauh-jauh dari Jawa. Ia pun menuju
lokasi yang disebutkan tetangga Pak Saipul, sang ayah yang dicarinya.
Menjelang
tengah malam, waria yang belakangan diketahui bernama Ipuy sedang meladeni
seorang pelanggan lalu mangkal lagi seperti yang biasa dilakukannya tiap
malam. Ipuy yang sadar ia tengah dicari
seorang gadis berkerudung yang malah lari begitu melihatnya menjadi
penasaran. Ia pun mengejar sang gadis.
Setengah
berlari Ipun mengejar si gadis, bahkan mengomelinya yang enggan membuka
mulut. Sang gadis yang terdesak akhirnya
menyebutkan namanya sambil terisak. “Aku
Cahaya” ungkapnya getir, dan seketika membuat Ipuy tak mampu berkata-kata
sejenak sebelum ia bertanya “ngapain lu kesini?”.
Jelaslah
sudah bahwa si gadis yang bernama Cahaya ini merupakan anak dari Pak Saiful
alias Ipuy yang sudah tidak saling berjumpa sejak 14 tahun lalu. Cahaya yang sampai ‘kabur’ demi bisa bertemu
dengan sang ayah hamper berpisah lagi begitu saja jika ia tidak muntah. Bagaimanapun, Ipuy tetap seorang manusia yang
punya rasa perikemanusiaan ketika meilhat orang lain menderita, dalam hal ini
mengetahui fakta bahwa seorang gadis lugu dari daerah nun jauh disana, seorang
diri, masuk angin. Diajaklah ia makan.
Sempat
merasa risih karena bagi Ipuy tidak lumrah seorang waria jalan bareng anak
kecil, berkerudung pula, ahirnya Cahaya melepas penutup kepalanya setelah
memuntahkan isi perutnya di kamar madi/ “begini,
lebih bebes kan” katanya saat kembali ke meja makan.
Setelah
makan, Ipuy sebenarnya memilih segera meninggalkan sang anak dan memintanya
untuk segera melupakannya, dan menganggap bahwa hubungan meraka berakhir sampai
disitu. Namun, takdir berkata lain. Saat Ipuy hendak kabur dari satu kelompok
yang yang uagnya konon dirampok olehnya sebesar 30 juta, ia malah bertemu
kembali dengan Cahaya yang serta merta memeluknya. Akirnya sisa malam itu dihabiskan keduanya
berdua dengan satu syarat: hanya semalam dan hubungan mereka berakhir saat
mereka berpisah!
Beragam
kisah pun bergulir kala keduanya menghabiskan sisa malam bersama. Bagaimana Ipuy akhirnya melunak dan mau
menerima sang anak. Tak lupa kisah masa
lalu seputar perpisahnnya dengan ibu Cahaya pun ia sampaikan. Pun Cahaya akhirnya tak mampu lagi menutupi
kehamilannya uang kontras dengan latar belakangnya sebagai lulusan
pesantren. Meskipun singkat pertemuan
itu sangat berkesan, menyentuh, sekaligus mengharukan.
Sempat
diselingi adegan kekerasan baik fisik maupun seksual yang menimpa sang ayah
sementara si anak menunaikkan shalat subuh, bagaimana ketika Cahaya kepergok
oleh kekasih sang ayah di taman hiburan, Cahaya diperkenalkan pada teman-teman sesama
waria sang ayah, kisah ini berakhir keesokan harinya ketika sang fajar
menyingsing dan cahaya harus kembali ke kota asalnya dengan dihantarkan sang
ayah dalam wujud seorang lelaki dan diiringi satu pesan: jangan lari dari masalah.
***
Kan,
bener, gak nyesel tuh udah merogoh kocek yang tidak sedikit demi memonton film
ini. Gak sia-sia juga penyesalan serta
penantian sampe akhirnya film ini diberi kesempatan untnuk dilihat khalayak
yang lebih luas. Meskipun tadi pas
nonton sempet keganggu oleh sesuatu hal, tapi tetap tidak bisa bikin acau feel
dan mood filmnya. Beberapa adegan bikin
gemes, greget, sekaligus menyayat. Tapi
juaranya pas adegan Cahaya mendapati bahawa Pak Saipul adalah seorang IPu,
terus lari, dikejar Ipuy yang penasaran, diomelin, terus bilang “Aku Cahaya” sambil
nangis tertahan yang diluapkan tea….ssukses bikin air ngocor dari mata
penulis! Akting mas Ipun ayey banget,
gak heran ya kalau mas Donny dapat award di Asian Film Festival, wong total
gitu. Sebetulnya ada beberapa latar
cerita yag penulis kurang suka, tapi da memang begitulah realitanya, contohnya
yang terjadi pada tokoh Cahaya. Apa itu?
Cukup tau lah ya.. yang penasaran gih buruan, nyesel lah kalau gak nonton, buru
kunjungi bioskop terdekat di kota Anda! :))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar