Ada
yang spesial dalam penyelenggaraan FFB ke-25 tahun ini. Selama 25 tahun penyelenggaraannya baru kali
ini salah satu festival film paling bergengsi ini disiarkan sevcara live di
salah satu staiun TV sawsta. Good News
bagi pecinta film—pecinta dan penikmat, bukan pengamat, okay--
Dibuka
oleh penampilan tari Jaipong oleh 6 Mojang, Charlie Van Houten masuk dalam
iringan sisingaan membawakan lagu “Jangan Ngarep”-nya Setia Band, Band baru
yang diawakinya. Disusul oleh penempilan
CherryBelle dengan tujuh personil
tersisanya menembangkan “Love Is You”.
(Aneh deh penampilan Girl Band yang baru kehilangan dua personel, serasa
ada something missing yang bikin penampilan mereka serba kagok, baik dari segi
nyanyian pun gerakan tariannya, pengaruh hengkangnya dua personel yg penulis
suka gitu? *uppss…ketauan!*)
Andika
Pratama dan Acha Septriasa diikuti oleh Narji dan Reuben kemudian muncul
menyapa hadirin dan pemirsa (borongan maak!).
tanpa berpanjang-panjang, Reza rahardian muncul bersama Chantique mumcul
untuk membacakan nominasi Pemeran Pembantu
Pria Terpuji (Billy sandy—Negeri 5
Menara, Mathias Muchus—Pengejar Angin, Agus Kuncoro, Surya Saputra—Malaikat Tanpa Sayap, Putu Wijaya).
Selanjutnya,
kategori Penata Musik Terpuji
dibacakan oleh Project Pop dengan nominee (Tya Subiakto, Thorsi Ageswara, Tya
Subiakto—Hafalan Shalat Dellisa, Aksyan
& Titi Sjuman—Sang Penari,
Thorsi Ageswara). Seusai mebmbacakan
nominasi, Project Pop pun menghibur penonton dan pemirsa lewat tembang “Dangdut
is the music of my country”.
Setelah
iklan pertama, tiba-tiba muncul sesosok Uya Kuya bermonolog di atas panggung
seputar “diskriminasi” yang terjadi terhadap film tentang sebangsa ning pocong
dan kawan-kawannya, yang banyak tapi tidak pernah masuk nominasi! Setelah cukup lama bermonolog, akhirnya sang
anak Cinta pun muncul membawakan kertas berisi nominasi Pemeran Pembantu Wanita Terpuji yang terdiri dari (Dewi Irawan—Sang
Penari, Hj. Jenny Rachman, Paramitha Rusady—Umi Aminah, Ira Maya Sopha—Mother Keder, Ratna Riantiano—Get Married 3). Dan seperti halnya project pop, pasangan
ayah-anak ini pun kemudian mempersembahkan sebuah lagu setelah pembacaan
nominasi .
Duet
Narji-Reuben kembali mengisi panggung untuk menghantarkan pembaca nominasi Poster Terpuji (nah kan…asiik nih festival!)
oleh Lyla Band dengan nominee (Di bawah Lindungan ka’bah, Pengejar Angin, The Mirror Never Lies, Tanda Tanya,
Sang Penari). Tidak seperti pembaca
nominasi yang sudah-sudah yang terus menyanyi, justru cepot muncul di layar
membawakan peran Syahrini-Aisyahrani tepat sebelum teteh “alhamdulillah
sesuatu” membawakan lagu andalannya “Sesuatu”.
Sebelum
jeda muncul parade Film Asing Terpuji
(berasa Oscar*woow*) dengan nominasi The Tree of Life, The iron Lady, The Lady,
Hugo, Midnight in Paris, 5 Days of War,
Begitu
beres jeda, giliran Acha-Andika yang muncul di panggung (baru deh berasa ada di
festival film nih..heu) menghantarkan Agus Kuncoro membacakan nominasi untuk
kategori Penata Kamera Terpuji (yadi
Sugandi-?, Faozan Rizal—Pengejar Angin, Ipung Rahmat Saiful—Di Bawah Lindungan
Ka’bah, Bambang Supriadi—HSD , Ipung
Rahmat Saiful—The Mirror Never Lies).
Indah Dewi Pertiwi kemudian tampil membawakan lagu “Gerakan
Badanmu”.
Derby
Romero, si Sadam di “Petualangan Sherina”, membacakan nominasi khusus kepada Chantique Shargiel yang dinilai sukses
memerankan seorang anak yang kakinya diamputasi dalam Hafalan Shalat Dellisa.
Kemudian, Dwi Sasono dan Prisia Nasution muncul untuk membacakan
nominasi Penata Editing Terpuji
(Wawan I. wibowo—Pengejar Angin, Cessa David
Lukmansyah—Sang Penari, Wawan—The Mirror Never Lies, Cessa David
Lukmansyah—Hafalan Shalat Dellisa, Yoga Tripratama—Di Bawah Lindungan Ka’bah).
Pasangan suami istri Melly Goeslaw-Anto Hoed berduet menyanyikan lagu “Let’s
talk about love” sebelum jeda.
Andika-Acha
kembali menyapa pasca jeda sebelum kemunculan Roy Martin dan Dede Yusuf beserta
sejumlah aktor senior dan pejabat perfilman lainnya untuk membacakan kategori Lifetime Achievement Award kepada Aminah Cendrakasih dan Slamet Rahardjo diiringi lagu “Tanah
Air Beta” oleh Project Pop. Keluarga Uya
Kuya turut eksis di panggung tepat sebelum jeda.
Lyla
membuka jeda dengan hits “. Penulis Skenario Terpuji yang dibacakan
oleh Surya Saputra mengadirkan nominasi sbb (Salman Aristo—SP, Ben Sihombing—Pengejar Angin, Nirmawan Hatta—The Mirror Never
Lies, Jerimias--, Monty Tiwa—Sampai Ujung Dunia). Syahrini pun kembali menghibur dengan single
teranyarnya “Semua Karena Cinta”.
Jihan
Fahira dan Dian Sidik hadir membawakan nominasi Penata Artistik Terpuji (Eros Eflin—Sang Penari, Fauzi—Pengejar
Angin, Allan Sebastian-Dibawah Lindungan
Ka’bah, Toni Trimastanto & Tommy
D. Setyanto-The Mirror Never Lies, --Malaikat Tanpa sayap). *disini kacau* belum juga pemenang kedua—kan
ada dua pemenang—menyampaikan winning speech, ehh…Super Gerlies dengan “Aw aw
aw” nya main nyodok aja ke panggung.
#sesuatu
Eits….pasca
jeda sekelompok anak muda yang menamakan band mereka yang beraliran melayu
sebagai Gamma 1 menyanyikan lagu berjudul “1/2”. Ray Sahetapi bersama Tio Pakusadewo hadir di
atas panggung menghantarkan nominasi Sutradara
Terpuji (Ifa Isfansyah—Sang Penari, Kamila
Andini—The Mirror Never Lies, Hanny R. saputra—Di Bawah Lindungan Ka’bah,
Hanung Bramantyo—?, Ari Sihasale—Serdadu Kumbang.
Apa
pula ada 6 Stars menyanyikan “Pretty Women” sebelum pembacaan nominasi Pemeran Utama Pria Terpuji oleh Maudy
Ayunda dan Syahrini (Oka Antara—Sang Penari, Abimana Aryasatya, Qausar HY—Pengejar
Angin, Dwi Sasono—Sampai Ujung Dunia, Reza rahardian—The Mirror Never Lies). Masih aja ada Girl Band lagi, Soulmatch.
*hemm…bener-bener karnaval SCTV ini mah*
Nah,
lumayanlah duet mbak Acha sama aa Reza Rahardian *muach..muach..muach*
menyanyikan soundtrack Broken Heart gubahan Melly Goeslaw berjudul . Muncullah kemudian dua cowok ganteng: Yama
Carlos dan Adipati membacakan nominasi Pemeraan
Utama Wanita Terpuji (Prisia
Nasution—Sang Penari, Chantique Shargiel—Hafalan Shalat Dellisa, Atiqah
Hasiholan—The Mirror Never Lies, Maudy Ayunda—Malaikat Tanpa Sayap). Derby Romero and The Revolution pun tampil
menghibur penonton kemudian dengan lagu “Dan Aku”.
Setelah
jeda, Setia Band muncul kembali menyanyikan “Broken Heart” yang disusul
pembacaan nominee Film Trepuji yang diawali menyanyikan Himne FFB oleh Melly
Goeslaw. Pembacaan nominasi Film Terpuji ini dibacakan langsung
oleh dua insan perfilman senior Deddy Mizwar dan Slamet Rahardjo (Sang Penari,
Pengejar Angin, The Mirror Never Lies,
Di Bawah Lindungan Ka’Bah, Hafalan Shalat Dellisa).
Berikut
petikan testimony ole dua pelaku film kawakan Indonesia:
“Pada saat film bermutu banyak
ditonton oleh penonton pasti menciptakan kondisi ideal dimana film bermutu
disaksikan banyak insan untuk menghasilkan film bermutu lainnya.” Deddy Mizwar.
“Tahu bagaimana skenario,
editing, pengarahan , sutradara itu senimana sekaligus teknisi” Slamet
Rahardjo.
Daftar
perai Piala Terpuji selengkapnya bisa dilihat di sini:
http://id.wikipedia.org/wiki/Festival_Film_Bandung
http://id.wikipedia.org/wiki/Festival_Film_Bandung
***
Overall,
kenapa ya apa karena ini ditayangin di SCTV jadi ada semacam konpensasi yang
dalam bahasa kerennya moU bahwa para pengisi acaranya SCTV pisan. Maksudnya artis-artis yang sering atau
langganan tampil di panggung karnaval atau InbOx-nya SCTV. Cuma
bedanya, ada sejumlah aktri dan aktor Film Indonesia yang juga turut mengisi
acara. Nah, karena ini pertama kalinya
live, jadi penasaran apakah tahun-tahun sebelumnya suasananya juga seperti ini?
Heu
FFB
kali ini bisa dikatakan milik “the Mirror Never Lies” Prestasi yang ditorekan Kamila Andini melalui
TMNL bisa dikatakan sebagai “pembalasan” atas dominasi suaminya melalui “Sang
Penari” di FFI lalu. Igaan kecurigaan
penulis bawa Kamila Andini memiliki dara Bandung pun terbukti, yes she is lewat
winning speech-nya yang menghaturkan rasa terima kasih pada keluarga besarnya
di Bandung. Mengetaui fakta tersebut
penulis secara konyol berfikiran bahwa faktor Bandung-la yang turut
mensukseskan mojang ini Berjaya di ajang FFB.
Yang
menarik sekaligus mengherankan *bagi penulis*, berbagai nominasi yang diadirkan
di tiap-tiap kategorinya cukup berbeda jauh dengan FFI yang sudah lebih dulu
digelar. Menjadi mengherankan karena
banyak diantara nominasi yang menurut penulis sebagai awam sebaiknya diisi oleh
nominee lain. kesimpulan itu penulis
ambil berdasarkan hasil review terhadap film-film tersebut dari beberapa sumber
terpercaya. Jadi ya film-film yang
dinilai banyak penikmat sekaligus pengamat film biasa-biasa, tapi justru
istimewa di mata para dewan juri, disitulah uniknya (sekaligus aneh *kekeuh*). Begitupun dengan para pemenangnya, banyak
yang meleset dari ekspektasi penulis, banyak pula yang berbeda dengan asil FFI
*beda dewan juri, beda selera; beda festival, beda kriteria, nampaknya…*
Okay,
terlepas dari nominasi dan para pemenangnya, secara keseluruan bisa dikatakan
penulis kecewa dengan piak penyelenggara.
Tidak ada yang sala dengan konsep outdoor, toh FFI pun pernah menggelar konsep
serupa beberapa tahun ke belakang, juga di lokasi yang sama. Tapi, kekecewaan penulis lebi pada pengemasan
acara, mulai dari co-Host, pengisi acara, bakan beberapa pembaca nominasi. Jujur kemarin seperti yang telah disinggung di
atas, penulis tak ubanya menyaksikan Karnaval SC** dengan bintang tamu para
aktor dan aktris. Semua suguhan yang
ditampilkan sama sekali kurang menampakan cita rasa ke-award-annya, gak berasa
meganya, hilang gengsinya. Ulang taun
perak (ke 25) pun jadi tidak berasa, jadi seolah bukan merupakan momen
spesial.
Entahlah,
mungkin sang media partner turut berperan dalam ke-tidakpas-an penyelenggaraan
perhelatan tsb. Karena memang penulis
peratikan belakangan ajang award-awardan serupa di stasiun TV yang sama emang
semakin berasa kurang nendang, digarap terlalu ringan dan terkesan kurang
serius. Mungkin maksud awalnya ingin
mengilangkan kesan kaku dan formal dari acara serupa, tapi pada akhirnya malah
kebablasan sampai-sampai berasa turun kelas.
*well, ini si Cuma pendapat penulis pribadi sebagai yang rutin mengikuti
acara penganugerahan model begini, emang sih sa sa aja tampil beda selaamaa
masi memperhatikan nama besar ajang tersebut, kan sayang aja, udah besar-besar
namanya mesti tercoreng gara-gara penggarapan yang kurang serius, eu ini ma isi
hati penikmat yang sesekali mencoba jadi pengamat—yang masi amatir—perfilman Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar