Awal
pekan lalu, penulis dibuat kaget dengan tweet-nya bang Vino GB tentang rilis
film terbarunya yang ternyata dibintangi juga oleh Velove Vexia. Padahal penulis tahunya film teranyar bang
Vino yang bakal rilis itu ya ‘Madre’ yang entah kapan tanggal rilis
pastinya. Penasaran, akhirnya penulis
pun mencari sinopsis dan melihat trailer-nya.
Aneh! Rasa penasaran yang menggebu malah jadi kelelep sampe palung
terdalam *lebay*. Tapi iya, begitu baca
sinopsisnya penulis jadi teringat sama film-film sejenis Bila, SKUT, dan
film-film lain yang bercerita tentang pesakitan, (inginnya) menguras air mata,
dan pastinya berujung kematian salah satu tokohnya. Jenis drama yang entah kenapa kurang menarik
perhatian penulis. Padahal secara
poster—disamping faktor bang Vino-nya—film ini cukup menarik perhatian penulis
lho dibanding satu film lain yang dijadwalkan rilis di tanggal yang sama,
Sang Pialang. Secara poster, film besutan Asad sebenarnya
kurang menarik bagi penulis, tapi pas liat yang mejeng di posternya tidak ada
alasan untuk tidak menjadwalkan menonton film ini. Dan, akhirnya tanpa ragu di premiere kedua
film tersebut, akhirnya penulis dengan seorang teman akhirnya memilih menonton
film pertamanya mas Abimana di tahun 2013 ini.
***
"main saha itu rumusnya cuma dua: insting dan timing"
"sebenernya SUJU itu wajib militer gak sih?"
Mahesa
(Abimana) adalah seorang broker di Barata Sekuritas, perusahaan pimpinan Rendra
(Pierre Gruno) yang sekaligus ayah dari rekan sekaligus sahabatnya, Kevin
(Christian Sugiono). Meski bersahabat
karakter mereka cenderung bertolak belakang: Mahesa yang lurus nan konservatif;
Kevin ambisius di tengah kemodernannya.
Tiga orang alinnya menggenapi lingkaran persahabatan mereka: (Mario
Irwinsyah), (Alblen), dan satu-satunya perempuan Analea (Kamidia Radisti). Kelimanya bergerak di bidang yang serupa tapi
tak sama (yang jelas gaji yang mereka dapet per bulannya nampak bejibun ya dari
gambaran ngelunch di restoran-nongkrong di cafe mulu-rutin clubbing-belanja merk).
Bahkan Analea terlibat cinta segitiga dengan Mahesa dan Kevin.
Prestasi
Mahesa yang menuai pujian dari bosnya yang tak lain ayah Kevin, menanamkan rasa
iri pada diri sahabatnya itu. Belum lagi
perihal Analea yang sering kali begitu jelas memberikan kode pada Mahesa yang
malah terlalu naif untuk menyadarinya.
Makanya Kevin sampai rela menghalalkan segala cara untuk mengangkat
posisinya di mata rekan-koleganya, dan terutama sang ayah. Bahkan Analea yang sudah lelah meksimal
dengan ketidakpekaan seorang Mahesa rela diresmikan sebagai sepasang kekasih
dengan Kevin. Dan, ya, dalam tempo
sebentar saja ia sudah bisa membeli jam tangan baru, menghadiahi tas ternama
untuk Analea, hingga promosi jabatan, yang sayangnya diraih dengan cara yang
kurang bersih tadi.
Sementara
itu, posisi Mahesa yang sedang agak menurun menyebabkannya kehilangan seorang
bawahan yang beralih ke kevin. Belum
lagi sang ayah masuk rumah sakit setelah mendengar kalau nilai saham yang
dibelinya anjlok terus menerus. Maklum
saja, butuh waktu lama bagi Mahesa untuk meyakinkan sang ayah agar mau
menginvestasikan uangnya di bursa saham, ketimbang di bisnis jual-beli tanah
sebagaimana kebiasaanya. Keluarga
Mahesa, terutama ayahnya, yang digambarkan sebagai muslim taat memang meragukan
kehalalan bisnis saham yang dianggapnya menyerupai judi. Dan dalam hal ini Mahesa yang di kantor
merupakan seorang broker ulung pun sering kali tak bisa berkutik.
Ternyata
api akan selalu menimbulkan asap, itulah yang terjadi pada Kevin. Ia kelabakan saat salah seorang nasabahnya
ingin menarik seluruh uang yang memang merupakan hakknya. Ia berada di masa kritis. Apalagi hubungannya dengan Mahesa tengah
bermasalah sejak ayah sahabatnya tersebut masuk rumah sakit. Pun dengan Analea yang kecewa berat setelah
mendapati Kevin mencuri data milik perusahaanya. Melapor apalagi mengadu pada
ayahnya pun hanya akan merusak kepercayaan yang sudah diidam-idamkannya sejak
lama itu. Sementara itu, Pak (Ferry
Salim) terus mendesak supaya uangnya segera dicairkan... Apakah Kevin mampu
mengatasi masalah ini sendirian? Apakah
Mahesa, Analea, dan dua sahabatnya yang lain akan membantunya? Bagaimana reaksi
ayah Kevin? Saksikan akhir kisah empat sekawan ini hanya di bioskop terdekat
kesayangan Anda. Yuk nonton sana yang penasaran. ;D
***
Filmnya
asik sih, seger gitu liat tampilan fresh nan trendy para tokohnya sebagai para
eksekuti muda yang bergelimang gaji pula.
Asik pula liat tempat kongkownya macam restoran dan kafe yang cozy nan
ekslusif. Pusing juga dijejali kerlap
kerlip lampu diskotik di beberapa scene. Tapi disegerin lagi matanya oleh
tongkrongan para tokoh yang so pasti berjenis mewah. Rumah Kevin, apartemennya...semua bikin mata
ngiler! Iya bikin ngiler, iya bikn,
ngiri, tapi juga bikin mikir: buset dah ini gajinya sebulan pada berapa
ya. Menggiurkan!
Film
Sang Pialang ini sesuai judulnya mau mengangkat tema tentang bisnis saham yang menggiurkan
di satu sisi, tapi penuh resiko di sisi lain. Penulis sebagai penonton awam
seenggaknya jadi tahu oh gitu toh yang namanya bursa saham. Cuma kalau ditanya ngerti enggak? Jawabannya absolutely
enggak. Penulis cuma tahu (bukan ngerti)
kalau main saham itu rumusnya Cuma dua: insting sama timing. Beli saham perusahaan yang serba positif
review-nya, kalau harga lagi terjun jangan panik, sabar, tahan dulu aja
sahamnya, tunggu sampai naik lagi baru dijual.
Dan satu lagi: jangan main-main dengan dana nasabah kalau gak mau
senasib sama Kevin! Hii. That’s all, no
more.
Di
luar persahaman yang penulis dapet dari film ini adalah tentang mahalnya
kepercayaan dari orang terdekat.
Sebagaimana menimpa tokoh Mahesa dan kevin. Jika Mahesa digambarkan susah minta ampun
meyakinkan ayahnya tentang prospek pekerjaan di dunia saham dan sejumlah
keuntungan bersaham ria, maka Kevin kesulitan mendapat kepercayaan sebagai
broker unggulan dari ayahnya. Disamping
itu tokoh Mahesa hadir sebagai sosok wise yang berusaha mengedepankan kejujuran
di tegah arus pekerjaan yang tidak menentu. Kevin sendiri bukan murni
antagonis, hanya caranya merebut simpati sang ayah yang membuat ia menghalalkan
segala cara. Memnag di situlah
dilemanya, pendekatan pada keluarga yang notabene lingkungan terdekat kita,
justru pada prakteknya menjadi bagian tersulit. Sepakat.
Konflik
asmara antara Kevin-Analea-Mahesa mampu
memberi warna tersendiri beserta tingkah memancing tawa dari dua sahabat
mereka yang lain. Bertebarannya #kode
dari Analea untuk Mahesa di sepanjang film salah satu yang bikin penulis
mesem-mesem sendiri. Ada ya sosk setiis
Mahesa. Ketidakpekaan maksimal. Tapi ya di sisi lain mungkin memang Mahesa
diciptakan sebagai tipe lelaki yang tidak suka mengumbarkan keromantisannya. Untung, satu adegan di penghunjung film bisa
jadi penebus semua ketidakpekaan Mahesa di sepanjang durasi sebelumnya.
Jujur
aja pas nonton film ini, konsentrasi penulis sedang tidak penuh. Ada lah sesuatu hal yang menganggu keasyikan
menonton penulis. Tapi tenang saja, itu
semua bukan berasal dari dalam film ini, tapi faktor eksternal kok. Chemistry kedua tokoh utamanya, plus satu
tokoh pemanis, dan dua tokoh pelengkap bagi penulis terbangun manis. Dan kalau ditanya tokoh favorit dan scene
favorit iyu pokonya yang meilbatkan dua sejoli sahabat Mahesa lainnya. Kehadiran tokoh lain sebagai penopang cerita
juga menurut penulis pada porsinya kecuali kemunculan beberapa tokoh cameo yang
sambil lalu saja.
Secara
keseluruhan, yap, film ini sangat bisa dinikmati. Hey, ini Indonesia bung. Mau tema apapun, tetep unsur dramanya nomor
satu. Tapi paling gak ini bukan drama
pengumbar air mata. Yang ada malah mata
kita dimanjain sama yang bling bling.
Selamat menikmati film-nya. :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar