Tidak terasa Indonesia Open
2012 ini telah mencapai puncaknya.
Diwarnai berbagai kejutan sedari babak babak awal dengan bertumbangannya
sejumlah unggulan, comeback-nya Sonny Dwi Kuncoro, dan kesuksesan para pemain yang
mesti berlaga dari kualifikasi menembus babak semifinal, dan kesuksesan pemain unggulan menghentikan
langkah unggulan pertama. Setelah
melalui berbagai pertarungan sengit di setiap babaknya, sampailah Indoneisa
Open ini pada puncaknya. 10 pemain dari
6 negara berlaga di final kejuaraan yang memperebutkan total hadiah US$ 650.000
ini.
China, sekalipun banyak
pemain unggulannya yang berguguran masih mendominasi dengan menempatkan empat
wakilnya masing –masing di Ganda Putri (Wang Xiaoli/Yu Yang dan Qian Ting/Zhao
Yunlei), Tunggal Putra (Du pengyu) dan Tunggal Putri (Li Xuerui). Tuan rumah, Indonesia, menyusul dengan dua
wakilnya di Ganda campuran (Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir) dan Tunggal Putra
(Simon Santoso). Empat negara lainnya
masing-masing menempatkan satu wakilnya, mulai dari India dengan Saina
Nehwal-nya (Tunggal Putri), Korea menempatkan Jung Jae Sung/Lee Yong Dae (Ganda
Putra), Denmark diwakili Mathias
Boe/Carsten Mogensen, serta Thailand dengan duo Sudket/Saralee (Ganda
Campuran).
Satu gelar di Ganda Putri sudah
dipastikan jadi milik China setelah berhasil menciptakan All-China-Final. Dan bisa jadi koleksi gelarnya bertambah
hingga tiga melalui Li Xuerui dan Du Pengyu
di sektor Tunggal Putra dan Putri.
Tapi, tunggu dulu, keduanya ditunggu oleh pemain yang tidak sembarangan.
Li Xuerui ditantang juara Indonesia Open 2009 dan 2010, sementara Du Pengyu
dinanti andalan tuan rumah, Simon Santoso, yang sudah haus gelar sejak berpuasa
sejak 2010 lalu. Di dua partai lainnya
juga akan tersaji pertarungan yang tak kalah seru. Mathias Boe/Carsten Mogensen yang tengah
kembali on fire mesti menghadapi ganda Korea yang konsisten performanya
sepanjang tahun ini, Jung jae Sung/Lee Yong Dae. Sedangkan partai terakhir mempertemukan ganda
unggulan tuan rumah, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dengan Sudket/Saralee. Secara statistik pasangan ini menang di tiga
pertemuannya dengan ganda utama Thailand ini.
Akan tetapi meskipun demikian pasangan ini patut diwasapadai karena di
perempat final berhasil menghempaskan unggulan teratas Zhang Nan/Zhao
Yunlei.
Berikut
hasil lengkapanya…
WD:
Wang Xiaoli/Yu Yang (China—1) vs Zhao Yunlei/Qian Tin (China—2)
Pertarungan junior-senior ini
berlangsung ketat di awal set pertamas. Setelah
melalui perjuangan tiga set melawan ganda Indonesia, Greysia Polii/Meiliana
jauhrai, sehari sebelumnya, pasangan Qian Ting/Zhao Yunlei ini tidak mau begitu
saja takluk di tangan seniornya. Sudah jadi
rahasia umum jika pasangan berbeda satu peringkat ini memang terbiasa saling
bunuh di turnamen besar mengingat jarang ada pemain yang mampu menaklukan dua
pasang ini. Sempat mengambil alih set
pertama 21-17, dua set berikutnya menjadi milik sang senior, Wang Xiaoli/Yu
Yang 21-9, 21-13.
MD:
Jung Jae Sung/Lee Yong Dae (Korea—2) vs Mathias Boe/Carsten Mogensen
(Denmark—3)
Sempat unggul jauh di babak
pertama, namun ganda Denmark mesti merelakan set pertama jadi milik Korea
23-21. Di set kedua, sempat saling
menyusul, akhirnya JJS/LYD dipaksa bermain hingga tiga set setelah diungguli
Boe/Mogensen 18-21. Set ketiga sedikit
anti-klimaks karena pertarungan yang sempat berjalan ketat akhirnya diakhir
dengan skor 21-11 untuk Korea. Korea pun kembali memenangi sektor ini
setelah terakhir meraihnya pada tahun 2009.
Korea pemenangnya, tapi bintang sesungguhnya yaitu LEE YONG DAE!
WS:
Li Xuerui (China—4) vs Saina Nehwal (India—5)
Saina mendapat dukungan penuh
sejak awal dari publik ISTORA. Namuan,
rupanya sukungan penonton yang membahana belum mampu mengangkat semangat
seorang Saina, set pertama pun direlakannya untuk tunggal unggulan keempat asal
China itu, Li Xuerui, 21-13. Li Xuerui
seharusnya bisa memastikan gelar kedua bagi China andai saja Saina Nehwal tidak
mampu menyamakn kedudukan di angka 20-20 pada set kedua. Momentum ini justru menjadi titik balik
seorang Saina, set ekdua pun akhirnya jadi milik primadona India ini, 20-22. Set ketiga kembali berlangsung ketat, Saina
dan Li sama-sama saling mengejar poin.
Namuns epertinya atmosfer ISTORA lebih berpihak pada Saina, ia pun
kembali meraih gelar ketiganya setelah menuntaskan set ketiga dengan poin 19-21.
MS:
Simon Santoso (Indonesia—8) vs Du Peng Yu (China)
Ini dia partai yang paling
dinantikan publik ISTORA dan tentu saja masyarakat Indonesia. Namanya Indonesia Open, tidak lengkap rasanya
tanpa kehadiran dan bahkan kemenangan wakil Indonesia di final. Apalagi, dua tahun terakhir ini Indonesia
tanpa gelar di rumah sendiri. Dan, ya
Simon mencoba mencetak sejarah baru.
Tidak tanggung-tanggun dua sekaligus!
Mencatatkan diri sebagai pematah puasa gelar di Indonesia Open, dan yang
lebih penting lagi mencatatkan namanya sebagai wakil Indonesia kesepuluh yang
memenangkan turnamen ini.
Melawan Du Pengyu yang ulet
dan pantang menyerah bukan suatu hal yang mudah. Meski
ia amsih berada di bawah seniornya macam Lin Dan, Chen Jin,dan Chen
Long, nmaun jangan pernah menganggap remeh kemampuan seorang pemain China. Terbukti, walaupun akhirnya memenangi set
pertama 21-18, tapi Simon mesti menghadapi perlawanan ketat sang lawan. Malah, set kedua menjadi milik Du Pengyu 13-21,
kesalahn sendiri yang berulang kali dilakukan Simon menjadi salah satu
penyebabnya. Beruntung, Simon kembali di
set ketiga. Sempat berimang di awal
permainan, akhirnya Simon berhasil mengandaskan sang lawan dengan skor 21-11. Puasa gelar dua tahun pun berakhir. GREAT JOB, SIMON! We are really proud of you!
:D
XD:
Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (Indonesia—3) vs Sudket/Saralee (Thailand)
Partai terakhir yang
dihaapkan menjadi klimaks bagi Tontowi/Liliyana. Mengulang final Swiss dan India Open, banyak
yang lebih mengunggulkan tuan rumah.
Selain faktor tuan rumah, faktor unggulan ketiga pun menjadi indikator
lainnya. Menempati peringkat 9 dunia,
ganda utama Thailand pun tidak diperhitungkan sebagai unggulan pada turnamen
ini. Namun, rekm jejak mereka hingga
menembus final patut diwaspadai.
Keberhasilan kuda hitam ini menumbangkan unggulan pertama sala China,
Zhang Nan/Zhao Yunlei tantu merupakan hasil yang lebih dari sekedar biasa, jika
tidak mau disebut istimewa.
Kembali ke pertandingan. Dukungan penuh dari publik ISTORA rupanya
tidak langsung tokcer bagi pasangan nomor tiga dunia ini. Meski berlangsung ketat di awal-awal,
pasangan Thailand rupanya tampil lebih dominan dan akhirnya merebut set pertama 17-21. Di set kedua, pasangan Indonesia mencoba
bangkit dan kahirnya berhasil memaksakan rubber game setelah balik unggul
21-17. Sayangnya, di set terakhir
pasangn Indonesia tidaak mampu mempertahankan keunggulan dan terus tertekan
oleh permainan ganda Thailand.
Tertinggal 6 angka, 5-11, di paruh babak ketiga, rupanya terus berlanjut
hingga akhir laga dengan skor akhir 14-21 untuk kemanngan Sudket/saralee. Very
sweet revenge for Thai!
5
Gelar, 5 Negara
Dengan demikian, maka lima
gelar menjadi milik lima negara berbeda.
Sesuatu yang sangat langksa di era dominasi China hari ini. Lima dari enam negar ayang berlaga di final
ini semua mendapat gelar, kecuali Denmark yang pulang dengan tangan hampa
setelah Boe/Carsten dipeccundangi Jung Jae Sung/Lee Yong Dae. China meraih satu gelar di Ganda Putri
setelah menciptakan final sesama pemain China, wajar. India dengan Saina Nehwal-nya berhasil
mengandaskan dominasi China yang menyisakan seorang Li Xuerui di Tunggal
Putri. Indonesia selaku tuan rumah
akhirnya meraih gelar setelah absen dua tahun melalui perjuanga seorang Simon
Santoso yang mesti bersusah payah menaklukan seorang Du Pengyu di Tunggal
Putri. Terakhir, Thailand mengandaskan
mimpi peccinta bulu tangkis tanah air untuk mendominasi final Indonesia Open
dengan dua gelar setelah secara meyakinkan menyudahi perlawanan jagoan tuan
rumah, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Oke, menganut asas keadilan sejahtera bagi
seluruh finalis Indonesia Open 2012, ini sepertinya.:p
Berimbang
dan Rubber Game
Menariknya kelima gelar
tersbut diraih oleh kelimanya melalui perjuangan yang tidak mudah. Entah berapa liter keringat yang dihasilkan
jika diperas dan ditimbang *naon sih #abaikan*.
Pasalnya, kelima partai di Final Indonesia Open 2012 ini semua
berkesudahan dengan rubber game! Dari
partai pertama hingga partia kelima!
Hal ini barangkali tidak
terlepas dari ketatnya persaingan antar pemain dengan rangking dan kemampuan setara. Iya lah, semua yang bertanding di final DIO
ini merupakan pemain unggulan kecuali Sudket/Saralee. Makinmenarik karena ternyata mereka hanya
terpaut satu peringkat saja. Artinya iya
secara kemampuan pun tidak ada perbedaan berarti alias setara. Kan, terkadang ranking itu hnaya masalah
seberapa banyak turnamen yang diikuti.
Adapun Sudket/Saralee yang non unggulan, mereka peringkat ke Sembilan
kok, naik satu lagi aja, bakal jadi unggulan juga. Jadi, kualitasnya ya tidak bisa disamakan
dengan mereka yang memulai dari babak kulaifikasi (dengan ranking puluhan).
Makanya, gak heran ketika
seluruh partai mesti sampai RUBBER GAME.
Ya, emang ketat. Kalau kata
komentatornya “mereka yang berbuat kesalahan sekecil apa pun yang akan
kalah”. Ini sangking sengitnya
persaingan diantara para finalis. Dan
bener, sepakat lagi kata komentator bahwa ya inilah final ideal, yang begini,
yang berimbang. Kualitas memang gak bisa
dibohongi. Pemain berkualitas akan menghadirkan
satu permainan berkualitas dan memberi satu pertunjukkan yang setara
pertunjukkan seni, mengutip kata seorang budayawan asal kota kembang. Gak rugi dan nyesel deh nontonnya sekalipun
bukan Indonesia yang main, kalau semua final kayak di Indonesia Open ini.
STOP
PUASA GELAR
Ini nih, intinya, menyudahi
puasa gelar. Cukup ya dua tahun puasa
gelar dibayar lunas oleh kemenangan manis Simon Santoso. Akan lebih afdol sebenarnya jika dua tahun
puasa gelar dibayar oleh dua gelar di tahun ini. Tapi, apalah daya Owi/Butet yang ditargetkan
meraih emas Olimpiade London ini mesti mengakui keunggulan Sudket/Saralee
melalui pertarungan RUBBER GAME. Yasudahlah,
Owi/Butet toh sudah berusaha, hanya saja memang ganda Thailand sedang begitu on
fire, dan sepertinya punya tekad bulat untuk revenge. Sedikit flash back, pasangan ini dua kali
dikalahkan di final Super Series, Swiss Open dan . Jadi sangat wajar ya kalau mereka ingin
membalaskan kekalahan di hadapan publiknya sendiri. Owi/Butet pun mungkin sedikit terbeban ya
dengan harapan banyak orang apada mereka yang digadang-gadang dipersiapkan
meraih emas Olimpiade. ahh…kembali ke
pokok pembicaraan, yang penting puasa gelar itu sudah terpatahkan. Thanks Simon, thanks Owi/Butet, IN-DO-NE-SIA!
:D
And,
The Real Star of ISTORA is …..
Lee Yong Dae? Mungkin iya
sebelum partai final antara Simon Santoso vs Du Pengyu. Tapi, aa YONGDAE yang sudah sedari awal jadi
idola publik ISTORA harus mengakui keunggulan pesona ke-cool-an Simon Santoso
setelah mempersembahkan gelar pemupus puasa gelar bagi Indonesia. Aa YONGDAE memang memesona dan akan selalu
begitu dengan kecharmingannya, tapi maaf maaf aja Simon benar-benar stole the
whole attention. Bahkan ya
ketidakberhasilan Owi/Butet pun jadi tidak begitu masalah gara-gara Simon
*IMO*. Pokonya hari ini Simon tiada
duanya, berhasil juara Indonesia Open sekaligus juara di hatis eluruh
masyarakat Indonesia umumnya, khususnya seluruh pecinta bulu tangkis di tanah
air dan terkhusus yang nonton langsung di ISTORA. Nah, khusus buat aa YONGDAE, tenang aja,
sekalipun Simon stole your position in that moment, you are always win (in) my
heart. Always. :D
#FAKTAUNIKDIOSSP2012
Gak ada Dominasi China
Stop Puasa Gelar
5 Gelar 5 Negara
All Rubber Game Final
Tidak ada komentar:
Posting Komentar