Sutradara: Kuntz Agus
Penulis: Es Ito
Produksi: Anamalina Picture, Rupakata Cinema
Cast: Abimana, Laura Basuki, Ben Kasyafani,
Enzi, Tio Pakusadewo, Leroy Usmani
Sinopsis:
Sinopsis:
Adalah
Sukmo (Abimana) seorang mahasiswa tingkat akhir Jogja yang keranjingan bermain
jejaring sosial Twitter, sampai-sampai membuatnya nekat untuk ikut pergi ke
Jakarta bersama Andre (Ben), teman sekostannya yang orang Jakarta, untuk
menjemput komitmen dengan ‘kekasih’ Twitterannya, Dyah Hanum (Laura basuki),
seorang jurnalis muda berbakat.
Sesampainya
di Jakarta, ia mengurungkan niat untuk menemui sang pujaan hati dan menunda
mengejar koitmennya saat mengetahui bahwa Dyah Hanum yang selama ini ia kenal
hanya melalui profil picture di account twiiter-nya itu ternyata jauh lebih
cantik, belum lagi tak lama ada seorang lelaki yang menurut si Sukmo ini
Jakarta banget tiba-tiba menghampiri si pujaan hati. Ia yang hanya berkaus oblong, jins, dan
sandal jepit kontan jiper sampai akhirnya memutuskan untuk tidak dulu
menemuinya. “Mundur selangkah untuk maju
dua langkah” katanya pada Andre #ngeles.
Di
Jakarta, Sukmo tinggal di kediaman Andre yang tinggal bersama Ibu (Early Ashi)
dan adik perempuannya, Gita. Ia juga
diajak berkenalan dengan kekasih Andre yang masih SMA, Nadya, yang ternyata
juga penggila twitter sepertinya. “Pacar
kamu sama ababilnya kayak mobil kamu ya Ndre” canda Sukmo pas pertama kali liat
Nadya. Selain itu, ia pun rupanya
mendapat kesempatan bekerja di ‘perusahaan pelayanan jasa’ milik bang
Belo. Pekerjaan yang tidak biasa namun
sesuai dengan hobi-nya bertwitter ria.
Ia
bersama rekan-rekannya diminta mengorbitkan Arif Cahyadi, serorang politisi
yang konon hendak mengajukan diri dalam PILGUB, yang ingin popular di dunia
maya tanpa ingin memiliki account guna pencitraannya. Mereka mendapatkan job tersebut melalui
seorang yang mengaku sebagai konsultan komunikasi atau PR yangbernama Pak Kemal
(Tio Pakusadewo). Tugas mereka sih cukup
membuat hastag #ARIFCAHYADI menjadi tranding topic, syaratnya gampang: berdiam
diri di depan computer selama hampir full 24 jam, calling kolega untuk bantu
mengetik hastag atau retweet, that’s all.
Syarat lainnya, tweet yang disampaikan harus efektif dan menarik seperti
yang sering dilakukan Sukmo dalam tweet-nya seperti kata bang Belo (yang
gara-gara itu jadi tertarik merekrut Sukmo.
“Kamu ada bakat di bisnis ini, Mo” katanya satu kali.
Sementara
Sukmo sibuk ketak-ketik sampai kelupaan sama handphonenya, di sudut Jakarta
lainnya Hanum lagi galau. Galau karena
ia dianggap kurang berkontribusi dalam setiap laporan, galau karena gagal
bertemu Sukmo yang sduah lama ia nantikan, galau menanggapi keinginan ayahnya
agar ia beralih menjadi presenter saja karena namanya belum pernah sekalipun
muncul di liputan utama meski ia sudah cukup lama dan enjoy sebagai jurnalis,
dan yang paling utama galau setelah ide yang hampir matangnya dicaplok begitu
saja oleh wartawan senior di kantornya sampai ia lagi-lagi dianggap kurang
berkontribusi oleh atasanya. Berbagai
kegalauannya itu membawanya pada satu keputusan untuk berhenti menjadi wartawan
dan mulai mempertimbangkan menjadi presenter sekalian bikin bangga sang papa. Ada sosok Rika (Jenifer Arnelita) reakan
kerja sekaligus sohibnya serta Gary (Gary Iskak), lelaki yang selama ini
mengejarnya, di sisi Hanum, tapi ia tetap masih merindukan dan penasaran dengan
Sukmo.
Setelah
suskes dengan proyek menjadikan #ARIFCAHYADI-nnya sebagai tranding topic, Sukmo
dkk pun gajian. Kesempatan ini pun ia
gunakan untuk membayar hutang pada Andre dan bertemu dengan Hanum. Pas ketemu, si Hanum yang tadinya seneng jadi
bĂȘte dan kesel pas tau kalau Sukmo yang ia bayangkan slengekan ternyata
berdandan sok rapid dan bergaya sok santun.
Pertemuan yang gak lebih dari lima menit dan cuma berisi kenalan,
makasih, dan maaf karena harus pulang duluan.
Andre memperingatkan Sukmo buat konsisten sama perkataannya buat menjadi
diri sendiri kayak nasehatnya pas Andre-Nadia berantem gara-gara Andre ngerasa diduain
sama followers-nya Nadya.
Masalah
muncul pas Sukmo yang tau kalau Hanum bakal berhenti jadi jurnalis pas ngeliat
dari recent foto-nya di twitter langsung nyusulin ke kantornya, Lini Masa, dan
mengungkapkan semua hal terkait akun rancangan #ARIFCAHYADI yang sedang booming
itu untuk menjadi bahan berita Hanum demi mencegahnya mundur sebagai
jurnalis. Sejak itu hubungannya dengan
Hanum mencair. Hanum pun mendapatkan
momentumnya sebagai wartawan baru. Ide
briliannya seputar rekayasa akun twitter sebagai salah satu strategi politik
sangat diapresiasi oleh pimpinannya.
Berita
utamanya hanum pun naik cetak. Ia sangat
diapresiasi oleh banyak orang. Orang
tua-nya, pimpinannya, reak-rekannya.
Namun tidak oleh Sukmo yang justru merasa terkhianati karena Hanum
melanggar perjanjian dengan menyebut nama bang Belo dan Pak Kemal yang
seharusnya anonim. Juga Nadya yang
belakangan diketahui sebagai anaknya Arif Cayadi yang jadi bahan
pemberitaan. Dan tentu saja Pak Kemal
dan bang Belo. Akhirnya, Sukmo pun melakukan
klarifikasi melalui akun twitternya dan minta maaf pada pak Kemal yang kadung
sudah dihujat banyak orang. Bisnis ‘jasa
twitter’ bang Belo pun hampir pasti gulung tikar. Sukmo pun memutuskan untuk kembali ke Yogya
menyelesaikan skripsinya. Ia pergi
dengan meninggalkan hand-phonenya.
Bukan
maksud hati Hanum untuk mengkhianati kepercayaan Sukmo sebenarnya, namun apa
daya sang pimpinan meminta Hanum untuk segera mengambi keputusan sulit untuk
membuka dua nama yang semula dianonimkan jika ingin beritanya naik cetak
sebagai berita utama. Makanya, rasa
bangga dan suka citanya terkontaminasi perasaan bersalah dan sedih. Ia pun bertekad memperbaiki semuanya. Bagaimana caranya? Mampukan ia megembalikan
kepercayaan Sukmo? Bagaimana dengan Nadya yang marah setelah tahu bahwa Sukmo
dan Hanum-lah yang berada di balik kasus sang ayah? Bagaimana nasib bisnis bang
Belo pasca kehebohan berita akun rancangan itu? Apakah komitmen yang dikejar
Sukmo itu kesampaian? Temukan sendiri jawabannya di bioskop kesayangan Anda
segera! J
---
Menonton
film ini bikin kita mesem-mesem sama manggut-manggut sendiri sambil bergumam
dalam hati “ihh…kayaknya gue BGT deh kayak gitu”. Banyak fenomena seputar penggunaan twitter
mulai dari untuk sekedar mencurahkan isi hati hingga pencitraan diri; dari
masalah cinta, bisnis, sampai politik, semuanya ada di twitter. Karakter Sukmo dan Hanum ya sesama jamaah
twitter taat dari dua latar belakang yang sangat bertolak belakang: Sukmo,
pemuda Jawa sederhana bahkan secara penampilan cenderung ndeso; Hanum, gadis
ibu kota yang modis dan tengah meniti karir sebagai jurnalis. Dua insan berbeda latar budaya dan status
sosial bisa menjadai begitu akrab melalui twitter.
Ada pula Nadya, anak SMA kekasih Andre,
sahabat Sukmo, yang juga penganut jamaah twitter yang tidak kalah taat
sampai-sampai bisa sebegitu keselnya pas ada teman yang meng-unfollow
twitternya tanpa seba “ya masalahnya dia duluan gitu yang nge-unfollow aku, coba
aku yang duluan” gerutunya saat dinasihati Andre untuk tidak terlalu
memikirkannya.
Bang
Belo lain lagi, semenjak hand-phone dengan nomor pin marak beberapa tahun
terakhir ini, usaha warnetnya menjadi lesu sehingga ia pun banting stir dengan
membuka layanan jasa pengelolaan akun twitter orang-orang terkenal yang ingin
eksis di dunia maya tapi tidak memiliki waktu mengurus akunnya karena
sibuk.
Nah,
Kemal yang katanya seorang konsultan komunikasi ini memanfaatkan momentum
ke-boomingan twitter untuk menaikkan seorang tokoh bernama ARIF CAHYADI yang
konon adalah kliennya. Belo pun
diliriknya untuk melancarkan usahanya dalam rangka membentuk pencitraan seorang
Arif Cahyadi, yang belakangan hanya dimanfaatkannya untuk kepentinganya saja.
Di luar
mereka, tokoh-tokoh dalam film ini tidak diceritakan sebagai penganut jamaah
twitter. Andre, sahabat Sukmo sekaligus
kekasih Hanum, malah gak habis piker dengan tingkah polah orang kebanyakan,
terutama anak muda yang disebutnya “generasi menunduk” saking asiknya bercyber
ria via handphone dimanapun. Rika, Cuma jadi
pendukung Hanum dalam hal apapun di luar hobinya bertwitteria yang menurutnya “penuh
kepalsuan”. Arif Cahyadi, sang ‘tersangka
utama” yang ternyata tidak tahu menahu apapun dan dimanfaatkan Kemal saja. Ada lagi senior Hanum peliput berita politik
yang degan liciknya mencuri ide Hanum. Atasan
Hanum yang sering menuntutny auntuk meningkatkan kinerja. Ayah Hanum yang pecinta diskusi interaktif
dan sedikit memaksa Hanum beralih profesi menjadi presenter. Gary, pria metropolis yang naksir Hanum
*kirain awalnya tunangannya*. Ibu dan
Adik Andre yang muncul sekilas-sekilas doang.
Serta Ibu Nadya (Nina Tamam) yang muncul Cuma di satu scene saja pas
ngejamu si Andre di rumahnya.
Secara
umum, nonton film ini asik meski entah ada sedikit perasaan bosa di
tengah-tengah, tapi keseluruhan film-nya asik.
Kisah Sukmo-Hanum tidak mengambil porsi yang begitu besar, malah lebih
banyak seputar tweet men-tweet. Adegan romantisnya
pun tidak lebih dari sekedar good-bye
kiss di pipi sama pelukan yang seinget penulis Cuma sekali aja sepanjang
film, dan paling pegangan tangan. Kisah kasih
Andre yang mahasiswa tingkat akhir sama Nadya yang masih SMA juga cukup unik
ya. Gimana ngambeknya Nadya yang masih
SMA, Andre yang merasa terabaikan sama Nadya yang asik twitteran. Yang juga menari , aktivitas twitteran yang
porsinya banyak di sepanjang film itu terkesan sangat nyata. Terutama di scene-scene di warnetnya bang Belo.
Penulis pribadi jadi mikir “oh…kayaknya gini nih kurang lebih kondisi
para admin-admin suatu situs itu..yang kerjanya hampir 24 jam di depan layar, tidur
disana, dan pantesan yang ngelola itu gak mungkin Cuma satu admin!”, yah
sedikitnya jadi bisa membayangkan suasana kerja mereka.
Tapi,
meski asik ada beberapa hal yang mengganjal sih, sedikit kok. Yang pertama dan terutama, penokohan
Sukmo-Andre sebagai mahasiswa tingkat akhir.
Entah penokohannya atau malah cast-nya yang bermasalah, yang jelas Abimana
dan Ben Nampak terlalu tua untuk jadi seorang mahasiswa walaupun tingkat
akhir. Terus, dandanan Jennifer Arnelita
yang jadi Rika kayaknya agak berlebihan ya terutama di scene awal soalnya
penulis pun sampai yang kesulitan mengidentifikasi awalnya. Di luar itu gak ada masalah, asik, ending
ceritanya pun gak sememaksakan dan seterburur-buru banyak film lainnya *IMO*,
suka lah penulis mah.
Naah,
sekarang yang unik dari film ini…
- Suka sama gayanya Laura Basuki sebagai Dyah Hanum, sederhana tapi modisnya dapet, ditunjang tubuh jenjang—apalagi kakinya—asik lah liatny.
- Karakter ABG NAdya pas banget, manja-manjanya, ngambeknya, cemberutnya.
- Beberapa dialog yang layak di-RT kalo via twitter:
- Karakter dengan nama Nuil yang sama kayak nama tengah penulis (penasaran Bang Es Ito terinspirasi darimana) *jadi curhat*
- Munculnya sponsor2 kayak AX*OO, AP**E, B*.
- Orang tua-anak gak ada kemiripan (anaknya bule sama agak Chinese, ortunya Indonesia tulen)
- Beberapa karakter yang kurang signifikan ke cerita kayak mama-nya Nadya.
- aktivitas bertwitter-ria kayak follow, unfollow, retweet, block, reply, upload foto udah bener-bener nyata *yah emang harus gak sih? haha*
Segitu
dulu deh, masih ada satu kisah yang mewarnai perjalanan penulis menonton film
ini, berhubung kalau di post disini kepanjangan, penulis akan bikin sebagai
postingan baru saja yaa dan diumumkan bukan khusus film ini aja. Yang pasti
buat kalian ya para pengguna twitter, gak rugi deh meluangkan waktu nonton film
ini di bioskop terdekat kesayangan Anda *buruan sebelum film-nya turn layar ini
SERIUS!—akan dibahas dipostingan selanjutnya--* J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar