Ini adalah kisah mengenai seorang gadis,
mengenai harapan, cita-cita, serta prioritasnya di tahun ini, pasca tanggal
penting dalam hidupnya. Tanggal yang menjadi alarm baginya untuk serius
menyusun dan tentu saja melaksanakan targetan-targetannya tersebut. Penasaran? Beginilah kisahnya….
Tiga hari yang lalu gadis ini genap
berusia 22 tahun. Sebuah sudut di rumah
sakit umum terbesar di kotanya tinggal mmenjadi saksi bisu kehadirannya di
dunia ini. Terlahir sebagai anak pertama
dari pasangan yang telah menikah selama dua tahun sekaligus cucu perempuan
pertama (dari tiga cucu) dari pihak sang bunda dan cucu keempat dari pihak sang
ayah (dua lelaki, satu perempuan), bayi perempuan mungil sepanjang 51 cm dan
seberat 3 kg ini kemudian diberi nama Febriyani Nuril Akmaliyah. Febriyani diambil dari bulan kelahirannya
(febri untuk Februari, Yani sebagai indikasi anak perempuan *sotoy*), Nuril
diambil dari gabungan nama depan orang tuanya sebetulnya namun masih menyandang
arti dari Nur itu sendiri yang adalah cahaya, dan Akmaliyah diambil dari bahasa
Arab seperti halnya Nur yang berarti sempurna.
Jadi jika disimpulkan Febriyani Nuril Akmaliyah bisa jadi berarti ‘Anak
Perempuan yang lahir di bulan Februari dengan Cahaya Kesempurnaan ‘ atau Peremepuan
dengan Cahaya Sempurna yang lahir di bulan Februari’ (100% interpretasi sendiri
tnapa mengacu kemanapun, jadi jangan asal percaya! Haha). Jika demikian adanya, (sudah sempurnakah) si
gadis?
Belum, tentu saja belum dalam hal-hal tertentu dan tidak untuk beberapa hal. Secara konkrit sama sekali tidak sempurna, secara abstrak masih berproses menuju kesempurnaan. Memang, sebagai wanita si gadis pastilah cantik *kan tidak mungkin ganteng*, namun dibandingkan dengan gadis seumurannya si gadis secara tampilan konkrit kalah menarik. Tak apalah, mungkin kesempurnaan itu sesuai namannya terpancar melalui cahaya yang secara abstrak muncul dari apa yang menurut orang disebut sebagai aura *SOTOY ABIS SUMPAH, #ABAIKAN!*. Apa pun itu, si gadis memang sedang berproses menuju pribadi yang berkali lipat lebih baik seiring dengan semakin berkurangnya jatah tinggalnnya di dunia ini. Meskipun yang konkrit dirasa sulit untuk diperbaiki, namun toh sangat banyak yang bisa ia perbaiki bagi yang abstrak.
Kini di usianya yang sudah memasuki fase
dewasa awal berdasarkan teori psikologi, tentu kedewasaan dalam arti seutuhnya
menjadi salah satu resolusinya di tahun ini.
Dewasa dari segi karakter, emosi, pribadi dan tentu saja finansial yang
pada akhirnya terangkum dalam harapan atau yang dikenal sebagai “birthday-wish”nya
si gadis di tahun ini.
Dimulai dari finansial. Di usianya yang memasuki tahun keduan di
dasawarsa ketiganya ini, si gadis masih didukung secara finansial oleh orang
tuanya. Baik si gadis maupun orangtuanya
belum mempermasalahkan mengingat statusnya yang masih mahasiswa. Si gadis ini pada awalnya memang tidak
ngotot untu lulus sesegera mungkin dan justru mengamini pendapat seorang
temannya tentang lulus pada waktu yang tepat; namun seiring waktu kesadarannya
untuk segera memberi hadiah terindah atas jerih payah orang tua membiayai kita
hingga detik ini pun akhirnya tak terelakan lagi mengingat adik kedua dari
empat adiknya akan masuk kuliah di tahun ajaran baru ini yang berarti beban
biaya orang tuanya pun akan semakin membengkak.
Carannya? LULUS ASAP! Jadi ya
itu, akhirnya wisuda di penghujung tahun ini pun masuk dalam daftar prioritas
si gadis di tahun ini meskipun ia hingga berita ini diturunkan bahkan masih
belum kepikiran mau mengangkat apa untuk (setidaknya) proposalnya!
Kedua, dari segi pribadi. Selain sebagai seorang mahasiswa yang
bergelut dengan kegiatan akademik seperti mengerjakan tugas, hadir di kelas,
dan segala tetek bengeknya dan aktivis yang bergelut dengan aktivitas peryarikayannya
mulai dari rapat, merancang hingga melaksanakan sejumlah program, berikut
kunjungan daerah, si gadis ini tentu saja masih berstatus sebagai anak yang
masih menjadi hak orang tuanya dan memiliki kewajiban terhadap orang tuanya
sepenuhnya. Karenanya, si gadis kini
mulai berpikir untuk segera mandiri sebagai seorang pribadi dengan berganti
status dari anak menjadi calon orang tua dan dari siswa menjadi calon guru. Caranya? Melaksanakan sunah rasul dan segera
mengajar! Yap, rasanya ini sudah the
right time for getting the right one juga the rigt time for spreading and sharing
out my knowledge. Sesuai apa yang
diharapkan sekaligus juga doa barangkali dari sang bunda yang ingin si sulung
segera lulus supaya segera memulai kehidupan baru sebagai pendamping seseorang,
si gadis pun sangat mengamini harapan itu sekali pun sampai detik ini si mr.
right itu masih sangat sangat sangat misteri bagi si gadis yang masih suka
galau *kadang pengen segera, sering kali ditinjau ulang untuk segera*. Makanya, kemandirian dalam hal ini bakal jadi
prioritas di kala si gadis setidaknya telah melewati tahapan disang skripsi,
yah semacam urusan setelah selangkah menuju LULUS KULIAH.
Untuk perubahan status yang kedua yang
sebenarnya sudah menjadi hasratnya sejak beberapa tahun terakhir namun terlalu
banyak kendala sudah sangat ingin diaplikasikannya di tahun ini. Dan, Alhamdulillah, kesempatan itu terbuka di
awal bulan depan yang meskipun sama sekali tidak profit *hanya dihonor
seongkoseun*, tapi disambut dengan sangat hangat dan terbuka oleh si gadis
sebagai ajang pemanasan dan pengasahannya sebelum terjun secara resmi ke medan
yang sesungguhnya smester depan. Ke depan,
mudah-mudahan mengajar bisa segera menjadi profesi yang akan engahntarkan si
gadis meraih kemandirian dari segi finansial.
Dari segi emosi dan karakter, ya penulis
ini sebetulnya tipe pecinta kedamaian dan pengalah di luar meskipun tak jarang
bisa meledak-ledak juga kalau di rumah. Dengan
orang lain penulis paling enggan menuai konflik yang kadang tanpa diundang pun
tercipta dengan sendirinya dalam kehidupan bersosialisasi mengingat banyaknya
pribadi dan karakter yang tentu saja berbeda satu sama lain yang terlibat
disana. Bahkan si gadis cenderung rela
terkorbankan perasaannya demi terciptanya perdamaian. Kasarnya, si gadis lebih rela dia yang
meafkan orang lain daripada mesti orang lain yang memaafkannya yang menurutnya
belumm tentu semudah yang pertama. Tapi,
jangan salah, plis si gadis bukan 100% malaikat, ia pun sama seperti yang lain
bisa merasakan marah dan kesal. Bahkan ia
pun bisa meledak-ledak, di rumahnya! Tapi
ya gimana mungkin karena rumah dan keluarga itu ya tempat semua orang bisa
benar-benar menjadi dirinya sendiri karena seburuk apa pun mereka tetap bisa
menerima dan memaffkan kita.
Si gadis
contohnya, semarah apa pun ia pada keempat adiknya, akan sangat-sangat mudah
baginya untuk menghapuskan bahkan melupakan kemarahannya serta memaafkan
adik-adiknya. Bukan tidak pernah juga si
gadis kesal pada kedua orangtuanya yang meski bisa sampai perang dingin
beberapa hari tapi di batinnya ia segera langsung menyesali kekesalan atau
sikap kesalnya pada kedua orangtuanya—hanya soal gengsi saja yang tidak
membuatnya segera kembali normal. Karenanya,
besar harapan si gadis di usianya yang sekarang ini ia sudah jauh lebih mampu
mengatur emosinya terutama terhadap keluarga tercintanya serta mulai
menunjukkan karakter agar memudahkan untuk mulai menjadi subjek bukan dominan
sebagai objek lagi di lingkungan sosialnya.
Begitulah harapan, cita-cita, sekaligus
prioritas si gadis di tahun ini yang jika dirangkum maka prioritas utamanya ada
di menyelesaikan studi yang nantinya akan berimbas pada kemandirian baik secara
pribadi dengan menemukan si mr. right juga secara finansial dengan
berkesempatan menjadi pendidik yang sesungguhnya dengan didukung kematangan emosional
dan karakter yang kuat. Semoga seluruh
harapan dan cita-cita si gadis terkabul ya, untuk itu mari doakan bersama-sama
supaya semuanya itu tercapai..aamiin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar