Okay, ini lanjutan dari posyingan sebelumnya
ya, as mentioned before this would be about my own experience in the beginning
of this smester…
Semester ini adalah semester yang tidak biasa
dan mudah-mudahan menjadi semester luar biasa dengan hasil akhir yang
gemilang..aamiin! :D because of
non-technical problem, penulis terpaksa menunda praktek mengajar penulis
hingga smester depan dan masih harus seperti mahasiswa non tingkat akhir
lainnya yang masih harus bertatap muka dengan dosen di kelas tiap
pekannya. Well, bukan hal baru sih
mengingat semester kemarin pun penulis sudah berpengalaman. Tapi, teteup aja yaa ada perasaan gimanaa
gitu sedikitnya mah.
Beruntung, ternyata dari lima MK yang penulis
kontrak, di kesemuanya penulis tidak seorang diri! Jadi, yaa..penulis pun tidak merasa terlalu
gimana gitu. Dan, MK yang dikontrak itu
pun sebenarnya bukan karena gak lulus ya, tapi nilainya masih kalau dibahasakan
cukup. Kan, daripada satu semester Cuma
ngintrak satu makul dengan 4 SKS aja sayang, mending dimanfaatkan untuk
perbaikan nilai juga (sistemnya membolehkan dan memungkinkan loh ya, tolong
dicamkan). Hasil akhirnya nanti, ya
tergantung kita nya juga ya. Banyak
teman dan bahkan dosen pembimbing penulis pun mengingatkan bahwa mengulang
nilai yang cukup itu tricky “sayang kan kalau sama aja, apalagi kalau turun,
sekarang mah yang diambil bukan yang terbagus, tapi nilai yang terakhir”, tapi
penulis berprinsip ya itu tadi semuanya tergantung kita, apa serius atau tidak.
Kekhawatiran tentu saja ada, tapi tidak harus
jadi satu hambatan yang mesti mengurungkan niat kita. Toh, motivasi penulis bukan hanya perbaikan
nilai yah, tapi juga up grade pengetahuan dan terutama pemahaman penulis. Ngaku deh, masih pada inget gitu sama
materi-materi kuliah 2-3 tahun yang lalu?
Ada sih aada, tapi berapa persen hayoh? Jawab masing-masing aja ya..
Rasa malu karena ngulang? Gak munafik, sedikitnya ada, tapi itu tadi ya penulis
balikin ke perinsip bahwa semua ini akan jadi bahan pemantapan atau up grade
pemahaman penulis terhadap materi-materi itu.
Toh, di beberapa MK yang penulis ulang ini, dari pengantar awalnya saja
sudah cukup lumayan banyak memberikan pencerahan. Penulis tidak akan menuding ketidakpahaman
penulis karena dosennya ya karena banyak faktor pendukungnya sebetulnya
termasuk dari penulisnya sendiri yang waktu itu belum serius mungkin, everything
is possible.
Dan, di semester ini penulis bertekad akan
sangat-sangat serius supaya hasilnya optimal! Yah, it’s the last, so it has to
be the best! And, I think I’m going to
enjoy this semester with the new lecturer in the similar courses (many of them),
and it would be wonderful, I think!
Let’s look on the positive side that I’m going to have more friends and
the opportunity to gain better result is very much possible besides to up-grade
my comprehension toward those courses.
The fact that it’s the second time for me in taking the similar courses
should be the alarm for me to be more serious and study harder, unless there
will be no progression during the semester, in other words we do for
nothing. A BIG NO for NOTHING! So, I really hope that everything will run
well and manageable so that my objectives for this semester can be
reached. and, it will be fantastic if I
can finish my proposal during the end of the semester and start to process it
since the beginning of the odd semester and finish it before the end of that
semester so I won’t leave any longer from my friends, even it will be enjoyable
if I can graduate together with them *hope the angel listen to my hope and they
said “aamiin” then tell it to the GOD*.
*Funny Experience un the Beginning of the New
Semester*
Okay, itu ya cita-cita (bukan lagi mimpi)
penulis di semester ini khususnya, dan di tahun ini khususnya. Naah, pengalaman menarik lainnya adalah
ketika penulis mengalami hal yang sama seperti masa-masa tiga tahun yang lalu,
ketika penulis masih menjadi sophomore.
Bedanya, jika dulu penulis menjadi subjek, maka kini menjadi
objeknya! Hukum karma? Hemm….maybe yes,
maybe no. Jadi dahulu kala, penulis yang
sudah nyaman dengan format kelas yang hanya berisikan tidak lebih dari dua
puluh orang sangat merasa tidak nyaman ketika tiga kelas yang masing-masing
berisi hampir dua puluh orang itu dipersatukan dalam satu kelas! Bayangkan yang asalnya terbiasa dengan kelas
kecil tiba-tiba kelas besar. Namun,
berhubung sistemnya begitu, yah apa mau dikata.
Naah, yang bikin penulis sempat mendumel ialah saat mendapati kenyataan
lain bahwa jumlah mahasiswa tuan rumah yang sudah banyak itu masih harus
ditambahi para ‘penyusup’ dari angkatan atas.
Dan, believe it or not, perasaan yang sama
mungkin saja dirasakan mereka pada penulis saat ini. Merasa terusik dengan kehadiran para penyusup
dari semester atas yang salah satunya adalah penulis..hehe. Tap sih penulis maklum karena toh itu juga
yang pernah dirasakan sepengalaman penulis.
Tapi, selalu ada hikmah di setiap perkara, itu yang selalu penulis
yakini, dan memang terbukti. Ngulangnya
penulis secara tidak langsung membrikan satu eehh dua pelajaran berharga bagi
penulis yaitu: 1) jangan sekonyong-konyong men-judge tanpa mencari tahu
kebenarannya, dan 2) bahwa segala sesuatu itu bukan tanpa alasan alias selalu
ada sebab dibalik akibat!
Dulu, sempat terbesit di fikiran penulis “kok
si teteh anu ngulang sih, jangan-jangan…..; kok si akang anu ngulang, susah
emang MK nya, ahh gak mau kayak mereka”, jahat banget ya penulis *ampuun*. Intinya, penulis underestimate duluan dan
cenderung men-judge ya tanpa mencari tahu kenapa dan kenapa. Pokonya karena mereka ngulang udah berarti
mereka gak pinter-pinter amat, buktinya: ngulang! Padahal kan, nyambung ke yang kedua bhawa
segala sesuatu itu bukan tanpa alasan.
Mungkin memang ada yang memang mesti ngulang karena hal teknis terkait
instrument penilaian yang tidak terpenuhi seperti (jarang mengerjakan tugas,
gak ikut ujian, dll), tapi tidak sedikit yang terganjal faktor non-teknis
seperti kehadiran yang kurang memenuhi ketentuan. Intinya, gak semua mereka yang ngulang itu
berarti gak pinter!
Ada dua kriteria dalam mengulang MK: wajib dan
optional. Wajib bila nilai kita “E” yang
artinya gagal, dan optional untuk nilai B-D (karena gak mungkin lah kalo udah A
mau ngulang lagi, kecuali ada faktor X….heu).
Secara prinsip nilai C bhakan D itu lulus, namun entah mengapa terasa
begitu mematikan jadi selagi ada kesempatan untuk memperbaiki ya kenapa enggak,
betul? *ala Kiwil*. Naah, hati-hati juga
nilai E itu jug bukan berarti mereka gak pintar. Ingat, di luar faktor teknis (nilai) ada pula
faktor non-teknis seperti absensi. Banyak
mahasiswa yang menyepelekan masalah yang satu ini. Padahal, meski banyak yang pada ujungnya
fleksibel walaupun secara teknis hampir di semua jurusan mencantumkan syarat
absensi 80% di tiap MK untuk bisa mendapat hak dinilai, namun tidak sedikit
pula yang benar-benar menerpkannya, termasuk di universitas khususnya jurusan
tempat penulis menuntut ilmu. Penulis
nih salah satu ‘korban’ absensi.
Gara-gara absensinya kelebihan satu kali, yasudah otomatis dinyatakan
gagal, padahal 4 SKS dan itu di akhir pertemuan! Percaya deh gagal gara-gara absensi jauh
lebih menyakitkan daripada gagal karena tidak ikut ujian atau nilai ujiannya
tidak bagus.
Tapi, bagaimanapun, tidak layak rasanya
menyalahkan dosen toh itulah aturannya.
Penulis pun sadar sepenuhnyya bahwa ya memang itu kesalahan penulis
karena tidak hadir tepat waktu di kelas.
Mengertikah? Baik akan
diperjelas. Jadi itu bukan karena
penulis emang bolos atau apa, tapi gara-gara penulis telat 1-2 mneit dari waktu
toleransi yang sudah disepakati! Makin
nyesek kan tuh. Tapi yasudlah, study must go on. Tadi, sesuai apa yang penulis yakini bahwa
segala sesuatu pasti mengandung hikmah, termasuk yang ini. Setidaknya, dalam hal ini, penulis jadi punya
kesadaran akan dua hal tadi sekaligus sebagai koreksi atas kekeliruan penulis
dalam menilai kakak tingkat yang ikut
mengontrak saat penulis masih di semester-semester awal.
Kalau dibalikan ke atas, pada kriteria
mengulang MK, maka di semester ini, satu ML saja yang sebenarnya mau tidak mau haru diulang karena divonis gagal, tapi berhubung nanggung sekali
kuliah satu MK saja, maka sekalian aja sambil memperbaiki nilai yang masih
cukup, kan lumayan yah kalau kita serius setidaknya akan mengurangi koleksi
nilai cukup kita di transkrip akhir nanti *modus*, tapi ya begitulah “sambil
menyelam minum air” atau “sekali mendayung, dua tiga pulau terlewati”, jadi
sambil lah. Tapi ya itu tadi, semuanya akan sangat bergantung pada KITA,
apakahi kita SERIUS atau sekedar ikut-ikutan dan coba-coba tanpa ada usaha
lebih dan tekad yang solid. Untuk kalian
para “tuan rumah”, mohon maaf ya bila kedatangan kami mengusik kalin, tapi
percayalah jika boleh memilih tentu kami pun enggan ya sebetulnya mesti
mengulang, namun itu tadi ada sejumlah alasan yang memaksa kami untuk menyusup
di kelas kalian, dan sungguh kalian baru akan benar-benar paham setelah kalian
mengalaminya sendiri *bukan mendoakan, sama sekali tidak, dan semoga tidak
menimpa kalian*. Intinya, kami hadir
disana karena dan untuk sejumlah alasan yang bisa dipertangungajawabkan.
Akhirul kata, mari senantiasa berpositive
thinking, jangan suka main hakim sendiri, find the truth sekalipun nantinya
dibilang suka kepo, but I think it much better than asal main tuduh jebred
jebred tanpa dasar yang jelas. So, peace
and cheers….. :D
Ps: #FAKTAPENTING! baru tadi pagi aja, seorang
dosen mengungkap fakta bahwa mayoritas mahasiswa yang dapet nila “E” itu
ternyata bermasalah di absen! Hal yang
*akuin aja* kadang-kadang disepelekan, padahal justru itulah, yang meski tidak
masuk penilaian, tapi jadi semacam tiket untuk keluarnya nilai. Kata sang dosen “kadang ada mahasiswa yang
sebenernya dia layak dapet “A” secara nilai, tapi karena absennya melebihi
kuota alias pertemuannya kurang dan otomatis dicoret, jadi nilainya pun
otomatis “E” karena sudah tidak mungkin diluluskan”. Jadi, itulah #FAKTAPENTING-nya, naah kalaupun
ada yang bermasalah di nilai umumnya jatohnya ke “D” walaupun ada juga emang
yag sampai “E’ saking missal gak ikut UTS atau UAS yg presentase nilainya gede,
kan pas dikalkulasi di akhir yaa gak akan sampai ke standar minimum atuh….begitu,
so, yah itu sih penulis menghimbau yah, kisah yang penulis muat di atas semoga
bisa dijadikan pelajaran berharga, dan pesan sekaligus rekomendasinya adalah
bahwa be careful and aware of ur time and ur absence! Semoga bermanfaat, GOOD LUCK! J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar