“hati itu dipilih, bukan memilih”
Ini kisah penghabisan
Kugy-Keenan yang dibiarkan menggantung di akhir kisah PK 1 Agustus lalu. Buat penonton PK 1 dan terutama pembaa
novelnya, tentu jadi film yang paling ditunggu di Oktober ini. Bukan, bukan uma di Oktober ini, melainkan
ditunggu sepanjang tahun ini. Dan hasilnya?
Well, bagi pembaca novelnya tidak akan menemukan kejutan di endingnya--tapi
pasti penasaran dengan eksekusi endingnya; nah bagi penonton PK 1 bagaimanapun
endingnya yang jelas mereka memang butuh kejelasan akan nasib Kugy, Keenan, Remi
dan Luhde.
Dibuka reuni pasukan
kura-kura ninja di nikahan Noni-Bimo, diteruskan dengan sejumlah adegan dengan
porsi besar untuk keempat tokoh sentralnya.
Bukan pasukan kura-kura ninja ya, tapi dua orang pasukan kura-kura ninja
ditambah pasangan mereka kini, yap Remi dan Luhde. Pasa reuni, Kugy-Keenan kembali intens. Bahkan Kugy sampai rela mematikan
handphone-nya sampai-sampai membuat Remi khawatir setengah mati demi menikmati ‘penculikan
yang indah’ bersama Keenan ke sebuah pantai di Jawa Barat. Belum lagi proyek dongeng-gambar baru
mereka. Kugy menjadi tak fokus pada
pekerjaannya di Advocado hingga Remi terpaksa harus ‘mengundurkan diri’ sebagai
atasannya.
Puncaknya adalah ketika
Kugy-Luhde bertemu seara tak sengaja saat Kugy tengah dalam perjalanan berlibur
bersama Avoado di Bali. Keduanya baru
saling sadar setelah berpisah. Dan semenjak
itu seuanya tak lagi sama. Baik Kugy
ataupun Luhde menyimpan kepahitannya masing-masing. Bagi Kugy semakin kompleks tatkala hatinya
remuk, tiba-tiba Remi ‘membalut’ lukanya dengan cincin. Akhirnya, mengasingkan diri menjadi pilihan
utamanya setelah kembali ke Jakarta. Dari
Remi, Keenan, dan semuanya. Luhde
sendiri mulai merasa bahwa hatinya tidak dipilih Keenan sekali pun lelaki
pujaannya itu menyatakan bahwa hati-nya memilihnya. “Hati itu dipilih, De; bukan memilih,”
terngiang olehnya nasihat Pak Wayan yang ternyata memiliki masa lalu kelam
dalam urusan asmara bersama ibu Keenan, Lena.
Hati dua wanita terpaut pada
satu hati pria yang sama tapi yang satu terikat pada yang lain sementara yang
satu merasa pertautannya rapuh. Sementara
sang pria yang dimaksud, akhirnya tahu dan juga mengakui akan satu hati tapi
sudah terikat pula pada hati yang lain dan berusaha memantapkan pada yang telah
terikat. Satu pria lagi? Pada akhirnya
ia mengerti akan semua kesamaran yang mewarnai hubungannya dengan Kugy. Semua, keempatnya memekuri kepeddihan hatinya
masing-masing. Namun demikian, sepahit
apa pun, mereka mesti memilih, dan pada akhirnya akan bagaimana pilihan mereka?
Pada siapakah hati mereka masing-masing bertaut? Hati siapakah yang akhirnya saling
dipilih? Hanya di bioskop terdekat
kesayangan Anda akan menemukan jawabannya, so buruan gih!
***
Buat yang udah nonton, gimana
endingnya? Awesome? Unpredictable? Memorable? Atau malah forgettable? Well…buat
penulis sendiri yang baca novelnya plus nonton part 1 nya, ya memang PK 2
menjadi wajib tonton demi menggenpi kepenasaran. Jujur, di PK 1 penulis agak dibut bosan
dengan alur yang enderung lambat, bagi penulis.
Ditambah interaksi Kugy-Keenan nya yang minim. Dan harapan terbesar penulis di PK 2 ini to be honest ya adegan
Kugy-Keenan nya dibikin massif. Terpenuhinkah? A bit. Ya, a bit.
Memang interaksi keduanya lebih banyak, tapi kadarnya sedikit bertambah
banyak dari yang pertama, tidak sangat banyak.
Tidak jauh beda dengan interaksi Kugy-Remi dan Keenan-Luhde. Eksekusi adegan
terakhirnya (antara pemeran utama) juga tidak semanis ataupun semeriah dan sesumringah di novel. Tak ada adegan angkat mengangkat, meskipun
ukup membekas. Jika bagian ini dibuat lebih manis psti bakal semakin
membekas. Tapi, suguhan ending lain pada beberapa karakter ukup bisa jadi penawar akan semua itu, so sweet. Buktinya? Penulis aja sambil
kepengen buat barang sekali lagi hadir di bioskop demi menyaksikan adegan
penghabisan ini. Kenapa? Soalnya memang
momen itu yang penulis tunggu dari overall film-nya. Udah ahh penulis sedang enggan berpanjang
lebar, intinya silakan tidak akan rugi merogoh koek Anda demi menyaksikan kisah
perintaan bernuansa lain ini. Oh, ya,
sebagai pembaca novelnya meskipun ada beberapa adegan yang dirubah
sampai-sampai mebuat unsur dramatisnya berkurang—seperti pas proses Keenan tahu
perasaan Kugy dari Noni, pertemuan di Rnca Buaya, adegan terakhir—tapi karena yang menulis ksenario adalah penulis novelnya sendiri, jadi tidak sebegitu
menganggunya dan malah penulis menikmati PK & PK 2 arahan Hanung Bramantyo
ini sebagai satu sajian visual yang menarik. :D
2 komentar:
nice post...
mohon ijin pasang link blog ini di blog saya dan klo tidak keberatan silahkan pasang link saya di sini ok :)
thx...
nice post...
mohon ijin pasang link blog ini di blog saya dan klo tidak keberatan silahkan pasang link saya di sini ok :)
thx...
Posting Komentar