hello....long time no post :p lagi punya aktivitas baru yang sebenernya merupakan rangkaian kegiatan akademik sih, tapi yang ini lebih ke mempraktekan teori-teori yang udah penulis dan teman-teman penulis dapetin di bersmester-smester ke belakang. Namanya praktek kan amatiran yah, belum seprofesional mereka yang sudah menggeluti pekerjaan mulia ini berbelas bahkan berpuluh tahun lamanya. Tapi sih ya gak berarti mentang-mentang lagi praktek, amatiran, terus ngajarnya jadi main-main. Justru ya disini kami (yang lagi praktek ngajar ini) oleh berbagai pihak dituntut untuk sesempurna mungkin mulai dari persiapan sampai evaluasinya juga. RPP jelas, media gak boleh terlewat, evaluasi...nah ini dia meskipun diperiksa di luar waktu mengajar tapi sungguh aktivitas ini nampak ringan padahal setelah dijalani cukup menguras tidak hanya tenaga tapi juga fikiran. Jadi ya...jadilah aktivitas memeriksa itu bak tugas kuliah yang serasa melilit otak, melemaskan badan dan menyayat hati *lebay to the max mode on*. Belum lagi kalau dibenturkan dengan aktivitas membuat RPP atau mempersiapkan bahan+media ajar besoknya...wihh ternyata gak salah ngajarnya cuma kurang dari dua jam, tapi persiapannya itu loh bisa semalam suntuk! Dan, nelangsanya adalah pas usaha kami yang (sudah) sebegitunya ternyata gak 'laku' atau gak 'ngejual' di mata siswa. wihh....ngelus dada deh...insap *ya kali dulu waktu penulis di posisi anak-anak pernah sesekali nyuekin guru praktikan---maaf ya Pak, Bu* Ya, gak mungkin juga nyalahin siswa ya, toh kan itu udah jadi isu utama sekaligus tugas kita sebagai praktikan untuk bukan hanya sekedar menyampaikan materi yang sebenarnya di era internet kayak sekarang ini sangat-sangat mudah didapat dengan unduh mengunduh, tapi lebih jauh daripada itu kita dituntut untuk menerapkan classroom management. Jangan sampai ya keberadaan kita di kelas hanya dianggap sebagai parasit yang tidak merugikan sih tapi sekaligus juga tidak menguntungkan bagi si siswa (baca: udah materinya diabaikan, kitanya gak dianggep pula). Oh, ya, by the way, meskipun di awal-awal sempet banget ngerasain menjadi sosok yang tak dianggap oleh siswa-siswa yang kelasnya penulis masukin, tapi lambat laun it's getting better. At least, mereka udah bisa inget nama kita *walopun cuma segelintir*, sudi menyapa kita saat berpapasan *sosok tertentu aja sih*, mulai mau sedikitnya memperhatikan penjelasan kita *alhamdulillah daripada tidak sama sekali*, dan terutama mengurangnya frekuensi mereka yang berkali-kali menaruh tangannya demi menutupi aroma campur aduk yang keluar dari mulutnya saat mereka mengatupkannya lebar-lebar *masih ada aja sih, tapi kan ya wajar sesekali doang mah..heu*. Intinya, meskipun belum menjadi sosok yang benar-benar disegani *ya kan berproses*, at least diterimanya kehadiran kita di dalam kelas saja sudah menjadi sesuatu yang luar biasa dan menyenangkan. :D Walaupun entah apakah mereka bisa benar-benar sepenuhnya menerima, tapi sih penulis akan berusaha semampunya untuk menjadi sosok yang disegani sekaligus dinantikan oleh para siswanya. Kalaupun tidak sekarang, ya mungkin nanti, seiring waktu, kan ini yang disebut proses. Kalau tidak di masa praktik sekarang, ya barangkali ketika mengajar sungguhan, Insya Allah, Wallahu 'alam. Yang pasti, I enjoy doing my activity to teach and share with my students, no matter what. Semoga spirit ini bertahan till the end of my teaching practice, and continuing until I become a real teacher, a professional one. :))
***
wihh....jadi curhat aja, dan panjang! padahal itu baru satu perkara doang lho, dan masih ada beberapa! udah pengen banget ngeresensi film-film terakhir yang penulis tonton kayak Perahu Kertas, Test Pack, sama Radio Galau FM! Sayang nih gak sempet nonton film-nya Pak Deddy Mizwar *ishh...lagi begini lupa judul, haduh -.-*. Tapi yaudahlah, liat aa Reza dua kali berturut-turut di dua film, belum lagi tar nyusul di lanjutannya PK plus film-nye tentang pak Habibie udah lebih dari cukup lah buat menutupi kealpaan menonton film-film yang gak sepet ketonton. Well, berhubung belum sempet bikin resensi lengkapnya per judul, dikum aja dulu ya secara garis besar. Di PK, hemm...gak nyesel kan penulis baca dulu novelnya sebelum menonton visualisasinya. ya walaupun as usual gak mungkin dan emang gak kan pernah mungkin sama persis tapi overall gak bikin jadi ngerasa novel dan film-nya saling menghianati. Kecuali kemunculan aa Reza sebagai yang seperti diulas di berbagai review lebih menonjol dan kuat dibanding sosok Keenan yang diperankan Adipati Dolken, semuanya seems walk in the right path. Penulis bukan tidak sepakat Adipati menjadi Keenan, suka kok, pas sama Maudy Ayunda, si Kugy. Tapi, apa ya, ya emang aa Reza itu charming BGT disini. Kalau gak baca novelnya kayaknya udah pengen Kugy-nya sama aa Reza, bukan Remi. ya tapi, untungnya yang jadi Kugy Maudy Ayunda, jadi...ya dalam kacamata penulis sih secara visual kurang cocok sama aa Reza, tapi ya kalau secara karakter lain lagi ceritanya.... intinya sih gitu, dinanti lah kelanjutannya, biar tuntas jadi tuntas juga feel-nya dan resensinya pun sekalan jadi ian *modus*. Next, another aa Reza's movie, Test Pack, yang sempet bikin kerung jidat pas pertama tau judulnya. Tapi sih pas ditelusuri ternyata memasangkan aa Reza dan teh Acha dalam balutan drama komedi romantis yang (nampaknya---dan belakangan memang iya) dewasa..langsung jadi recommended movie to see buat penulis. Menyaksikan keintiman aa Reza-Acha di layar jadi sesuatu yang bikin penulis penasaran sekaligu excited! Kenapa? karena Acha! Lho? He'em...bukan sosok Acha-nya tapi lebih ke proporsionalan Acha-nya sebagai pasangan aa Reza yang di kebanyakan film selalu dipasangkan dengan yang bukan sekedar lebih tua setahun dua tahun, bahkan jauh lebih tua. Emang sih si aa mukanya dewasa BGT, tapi kan gak berarti...hah sudahlah memang dasar ini penulis aja yang kurang sreg kalau aa jadi brondong. Dan, yeyeye, lalala, chemistry-nya pas! Boleh deh kapan-kapan dipasangin lagi, di drama sejenis sih maunya penulis biar dapet aja sekeintimannya. Oh, ya, kemarin-kemarin aa reza juga sempet tuh berpasangan sama Jullie Estele yang seangkatan Acha, tapi berhubung tema yang diangkat lebih ke persahabatan jadi penulis pribadi sih belum bisa ngerasain chemistry-nya *IMO*. Nah, tapinya bukan berarti tanpa cacat, salah satu dan bisa jadi satu-satunya yang mengganggu penulis adalah aksen Sunda-nya si aa. Okelah si aa aktingnya emang tidak diragukan, tapi untuk hal pelafalan logat...hemm...sebagai orang Sunda tulen penulis sih sedikit banyak terganggu ketika si aa berdialog dalam bahasa Sunda. Itu aja sih, selebihnya..meski sempat dibikin hampir terbuai ke alam lain di pertengahan film, ya oke. The following movie would be Radio Galau FM. dari judulnya aja udah ketauan kalau ini film bakal gak jauh-jauh dari unsur komedi dan remaja. Dan ternyata tidak meleset! Dimas Anggara-nya sih faktor utama penulis pengen nonton film ini. Pas udah nonton? meski tidak seintim TP atau sepersonal PK, ya RGFM bisa masuk kategori recommended movie. Bagi sebagian atau mungkin banyak orang, bisa jadi kisahnya Dimas Anggara itu jadi "Gue BGT", kalau bagi penulis ya mungkin ini realita yang banyak terjadi tapi tetep unsur dramatisasi masih lumayan banyak kerasa sih....walaupun overall, film ini bisa jadi penawar buat yang lagi apalagi hobi nge-galau. bakal esem-mesem sendiri lah, komedinya ngena!
***
Emm...apalagi ya? kayaknya segini dulu aja. tugas periksaan udah banyak, belum lagi persiapan masuk kelas besok. Ini aja udah jadi pelarian, capek ahh...mau beresin yang itu dulu.. nanti penulis cerita-cerita lagi yaa tentang pengalaman penulis jadi praktikan. Suka duka, semua deh, --kalau sempet-- bakal penulis share-kan disini. hehe. Ambil yang bermanfaat dan abaikan yang tidak bermanfaat. Saran dan kritik dinanti lho, bagi yang punya dan ingin menyampaikannya. Thank You, all... see you. :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar