Warning: penulis artikel ini Cuma penggemar bola biasa, sama
sekali bukan pengamat apalagi komentator bola PROFESIONAL, mohon dicatat! Bila berkenan silakan dilanjutkan, bila tak
berkenan mohon berhenti di sini saja karena jika Anda nekat menghabiskan artikel
ini maka dianggap menyetujui sayarat dan ketentuan berlakunya, yakni: NO
PROTEST just ENJOY READING. Are you ready?
^^
Here we go ...
Seperti yang telah saya kemukanan di atas bahwa saya ini
sama sekali bukan termasuk jajaran pengamat sepak bola ahli. Bukan juga fans fanatik yang serba tahu serba
tahu dan suka serasa paling memiliki suatu klub bola. Saya hanya penikmat sepakbola yang menggemari
suatu klub sepakbola dengan wajar. Saya
senang menonton pertandingan bola, saya menikmati waktu 2x45 menit (berikut additional time-nya) menonton pergerakan
22 pemain ke sana ke mari demi memperebutkan sebuah bola.
Sebagai penggemar dari salah satu klub, saya mungkin tidak
tahu detil sejarah klub (keterlaluan enggak sih?). Siapa saja pemain legendarisnya, momen bersejarah
apa saja yang merupakan masterpiece,
bahkan beberapa nama yang ada di skuad (terutama cadangan) saya masih
asing. Ya, makanya saya lebih suka
menyebut diri saya ini sebagai penggemar biasa saja tok tanpa embel-embel apa
pun (daripada digugat oleh yang melabeli diri sebagai penggemar fanatik..ampun bang).
Saya juga masih belum faham dengan beberapa istilah dalam
sepak bola berikut posisi, fungsi, dan peranan masing-masing pemain. Strategi macam 4-3-3, 3-2-4-1, 3-5-2 dan
variasinya pun masih belum begitu fasih saya fahami. Saya juga masih belum bisa menganalisa secara detil
pergerakan satu pemain. Saya bisa sangat
was-was saat daerah pertahanan sudah berhasil disusupi lawan, dan geregetan
saat tim kesulitan menaklukan kiper padahal sudah leluasa menusuk jangkar
pertahanan lawan. Saya bisa sih menentukan
pemain favorit yang menurut saya bermain impresif, tapi ya itu analisis nya masih
sangat subjektif.
Saya bisa larut dalam euforia (baca: teriak sambil terkadang lompat-lompat) ketika tercipta goal ke gawang
lawan, dan sebaliknya merenggut kecewa sambil meremas kepala bila tim
kebobolan. Saya bersuka cita saat tim
memenangi pertandingan demi merengkuh 3 angka atau melaju ke fase yang
selanjutnya. Akan tetapi, saat tim
mengalami kekalahan gurat kecewa pun akan menguasai raut wajah saya diiringi
rasa sedih dan sesal. Apalagi jika
kekalahannya cukup menyakitkan.
Penggemar abal-abal? Saya rasa sih sama sekali tidak. Penggemar biasa (dan tidak resmi), istilah
yang lebih saya senangi untuk
melabeli jenis penggemar macam saya.
Tentu, saya bukan seorang (penggemar) fanatik apalagi hingga
maniak. Saya ini juga tidak teregistrasi
sebagai member resmi di official
membership-nya tim kesayangan saya. Tapi
itu tadi, saya selalu menikmati penampilan tim kesayangan saya. Saya juga berusaha untuk tidak melewatkan
satu pertandingan pun, apalagi di fase penting (big match, knock out). Selain
itu saya pun senantiasa mengikuti perkembangan tim melalui berbagai media baik
cetak maupun online.
Intinya, sekali lagi saya hanya ingin menegaskan kalau saya
ini tipe penggemar biasa yang selalu mendukung tim kesayangan saya apa pun yang
terjadi. Selalu juga berusaha percaya bahwa hasil
yang kurang memuasakan kini bisa berbuah manis nanti. Seperti berusaha menerima 'puasa' gelar selama
sewindu hingga musim lalu, untuk buka puasa
dengan lebih dari satu ‘menu’ musim ini.
Ya, dari apa yang saya ikuti dengan cukup intens beberapa bulan
belakangan, saya (mungkin juga seperti banyak atau malah kebanyakan
penggemarnya yang lain) memiliki keyakinan bahwa ‘kontrak’ sewindu tidak akan
diperpanjang hingga sedasawarsa. Tanpa bermaksud
mendahului Sang Maha Berkehendak atau sok-sok menjadi cenayang, berbekal agresivitas penampilan hari ini,
aktivitas di bursa transfer, dan tentu saja-ini yang penting-keyakinan dan kepercayaan
terhadap skuad hari ini serta taktik sang pelatih, saya (yang penggemar biasa ini)
berkeyakinan bahwa kami akan dibuat tersenyum bahagia dan bersuka cita penuh kebanggaan
di akhir musim ini nanti. Bukankah bersantap
saat buka puasa itu selalu memberikan kenikmatan tersendiri kan dibanding bersantap
saat tidak berpuasa? :)
^^
Prolog: gimana-gimana? Tuh kan udah dibilangin kalau gak
berkenan mending berhenti dari awal tadi.
Bukan salah penulis lho kalau para pembaca yang terhormat menyesal telah
sampai hingga ke titik ini. Toh, di awal
juga kan sudah penulis jelaskan siapa penulis, harusnya sudah bisa mengukur-lah
ini postingan isinya bakal kayak gimana.
Eit..tapi sebagaimana syarat dan ketentuan yang berlaku, Anda-Anda
dilarang protes lho karena menuntaskan postingan ini adalah keputusan yang
telah Anda sekalian pilih tanpa paksaan dari pihak manapun, apalagi
penulis. Jadi sepakat, tidak sepakat, penulis anggap SETUJU. INGAT: NO PROTEST!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar